Sajak-sajak Nandy Pratama


Nandy Pratama
lahir pada tanggal 15 Februari 1997, beliau adalah seorang terapis kesehatan sekaligus penyair dengan nama penanya Ternate Di Ujung Pena. Giat menulis telah ditekuni sejak masih SMP baik itu yang berupa cerpen ataupun puisi. Beberapa prestasi yang pernah diraih diantaranya pernah menjadi juara 2 lomba cipta puisi, 50 penulis terbaik, 100 penulis termuda selain itu beliau juga telah menulis 2 buah buku puisi yang berjudul “Terjebak Puisi dan Ina”. Pada tahun 2019-2022 beliau juga berkesempatan menjadi juri lomba cipta dan baca puisi yang diadakan secara online. Fb : Pratama Matali , No Telp/WA : 085232340866 (Nandy)

*****



Di Ujung Kepergianmu

Sembab kematian yang diuntai warna-warni air mata
menuju gerimis yang menyimpan banyak warna dan membuat emosi
mengutuk pucat kedekatanku.
Dan tak tergambarkan satupun-kamu.

Lalu kehendak-Nya bersisian untuk tak merasa saling suka
dalam duka 24 jam tanpa ditabung seperti apa
baik-rupa hanyalah kasih yang bisa menutup usia
Sedangkan aku tak mampu mendeteksi kamu yang pergi

Sungguh, betapa mudahnya yang memang miliki-Nya
Tak menawarkan kesempatan kedua ; saling mengadu di hari kematian yang banyak dipenuhi air mata
Tumpukan tangis meledak di tepi laut
Riuk selamat jalan mengucap “ apa sayang hanya menyambut pergi ?”
Melayat deret kehangatan tubuh dalam hembusan recaka di ilalang panjang
; yang tak menyambut kita

Ternate, 01 April 2019





Ingatanku Adalah Duka

Kepada ingatan yang tak ingin dilihat oleh siapa-siapa
Isyarat kelaki-lakianku tak pernah sampai pada riwayat perjalanan wanita
Hanya kekosongan menjadi trauma yang begitu pekat ;
Tepat seusai rentetan gundah berjumlah semu
Di amuk oleh belasan rindu ; di pura-purakan senyum
dan di tertawakan oleh air mata

Itulah mengapa aku banyak menyemerbak kehilangan
Meletakkan mata di banyaknya kamu
Seperti laik yang kosong ; sabarku melintas tanpa puan
semesta yang memecahkan kehampaannya dalam diksinya
mencumbu makna tanpa meratakan aksara

Di bawah bibirmu kusimpan banyak lukisan yang berlaku sementara
Menyanyikan setiap basah di angka kosong jam delapan
Mengundang kegilaan tanpa belas kasih

Di bawah kamu pula seluruh rayuan mautku menjelma duka
Duka ; tangis ataupun sebutan lain yang tak dapat kujamah satu-persatu
Ketika segelas kamu ditenggelamkan waktu.

Ternate, 13 Januari 2020





Pulang, Rumahmu Bukan Aku

Kau tahu, ungkapan rindu yang begitu sakit.
Ketidakmampuan mencipta temu adalah rasa perih tak terperincikan

“ Aku merindukanmu “ adalah sosok yang tak lagi aku-pun kamu
Ia menjelma kata lantang terucap oleh bibir sesat yang enggan berharap
penuh luka tanpa harap untuk bercinta

Rindu adalah bualan paling magis
untuk orang yang jatuh pada pelukan sesaat
Kata adalah sihir paling indah bagi mereka
yang terjebak dalam dekap sementara ; dan duka selalu terpayungi oleh mereka
Hanya ilusi di dekap mereka yang tak pernah sadar.

Sedang hati tertutup oleh mata
Membawa gunung di dinding ingatan

Kubiarkan lukisan yang lain selain dirimu abadi
Merumahkan tempat pulangku di taman, di tempat yang dulu pernah kusinggahi

Ternate, 10 Februari 2020
 




Selepas Persetubuhan

Langitku merangkum setiap keramaian yang menjelma nafas
Cerita-cerita yang gagal untuk bahagia ; aku melihat duka melayat kehilangan
di pemakaman
Mengumandangkan doa-doa terbaik di sesak pelupuk cakrawala
Menunggu aamiin-aamiin  menampar langkah yang samar
Tatkala hentakan kian gemetar menuju tempat peristirahatan yang terakhir.

Gelap mengusik kehampaan dalam bilik yang selalu di penuhi ketakutan
Menabung kegilaan ataupun kata dipeluk erat-erat penyesalan

Takdir namamu lebih memilih singgah
setiap ratapannya melepas bahasa-bahasa yang paling singkat
sedang hadirmu menjerat aku di haribaan menuju Sang Pencipta  
Dari jantung yang penuh kerelaan, keheningan dan kehancuran
menjadi kesudahan yang tak sejalan ; yang menghantam gemuru rindu
Setelah sekujur kita dibasahi oleh rasa sakit

Ternate, 25 Desember 2019





Sebelum Abadinya Kamu

Aku bisikkkan padamu bahwa Maha tak mengenal durjamu
dan tumpukan sisa tak dapat menjadi kuasa hukum yang menyelamatkanmu
penuh sesal dan seluruh ketakutan menjelma penghianatan
dan bersembunyi sebagai ingkar

Deras bibirku memanggil nama-Nya
Menegak segelas penuh sunyi
Seperti senyum mentari pagi ; raut wajahku ingin merajuk rindu-Mu
Menghidangkan setiap pahala tanpa harus bertemu

Hasratku menjelma sesuai kehendak-Nya
Bersolek ke tepian ayat-ayat yang berselisih setengah malam
Menyaksikan percakapan-percakapan di pergantian malam
di pengakuan yang diam-diam menyelipkan air mata
di sepanjang jalan yang meletuskan rasa sakit tanpa harus terbengkalai
dan menjadi pecundang

Nafasku mengerang tanpa pengampunan
Saat air mata ini menelanjangi kesedihan
Sedang kamu berjalan-jalan menjadi firman yang penuh bayang-bayang

Ternate, 29 Maret 2020



POSTING PILIHAN

Related

Utama 406322384489228730

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item