Bila Cerita Lisan Bertentangan Dengan Manuskrip

Ilustrasi: Makam Eyang Buyut Atika di Kelurahan Giri, Kecamatan Giri, Banyuwangi (foto: mashuri Ahamdulillah)




Mashuri Alhamdulillah

"Memang, data lisan dan manuskrip itu bisa dijadikan sebagai sumber sejarah. Bagaimana bila data dalam cerita lisan tidak sama dengan data dalam manuskrip, Mas?" tanya seorang peserta diskusi, yang digelar kapan hari.

Mendengar itu, ingatan saya langsung terjun bebas ke kolam memori beberapa tahun lalu. Begini. Kata "wisata" telah menjelma menjadi mantra sakti kekinian. Kata itu seakan-akan mewakili hal ihwal terkait dengan keindahan, hiburan, kepuasan jiwa raga, dan tentu saja banyak yang berujung pada fulusiyah. Jika 'wisata' dikawinsilangkan dengan 'religi', tuah doa sapujagat tersaji di depan mata: dunia kena, akhirat pun dapat. Ehm!

Tentu bukan maksud Patik mengutak-atik kemapanan wisata religi. Sebagai sebuah 'lembaga' itu sudah stabil banget. Patik hanya sekadar berbagi seupil terkait dengan adanya ikhtiar komodifikasi pada beberapa situs makam, yang terlalu berlebihan. Terutama terkait dengan beberapa makam sesepuh yang dapat mengundang para peziarah untuk datang dalam rangka wisata religi. Yeah, bagaimanapun Patik tetap makmum pada almukarom Gus Dur, tidak penting yang dikuburkan itu si fulan benar atau tidak, tetapi yang penting bagaiamana kemanfaatannya pada masyarakat, terutama orang kecil.

Beberapa waktu lalu saya melakukan sebuah riset keci-kecilan terkait dengan hal-ihwal kedigdayaan tokoh perempuan dalam cerita rakyat. Sang tokoh termasuk figur super penting tetapi posisinya terpinggirkan dalam sejarah. Metode saya mengulik data yang bersumber dari manuskrip dan cerita lisan.

Nah, dari riset itulah saya mendapatkan temuan asolole, terutama di beberapa makam yang dinisbatkan pada sang tokoh. Saya melihat terdapat ikhtiar dari orang kekinian dengan mengatasnamakan wisata untuk memodifikasi identitas yang bersangkutan. Kebetulan makam tokoh kita dikenal di empat daerah, yaitu Banyuwangi, Sidoarjo, Gresik, dan Lamongan.

Jika kalangan arkeolog mengenali jati diri shohibul makam lewat nisan, begitu pula dengan sarkub yang ngilmiah, tetapi fenomena yang terjadi tidak demikian. Hal itu karena nisan tidak lagi dapat dijadikan penanda. Nisannya tidak lagi ori. Pada akhirnya cerita yang berkembang di sekitarnya, yang dapat dikategorikan sebagai cerita lisan menjadi salah satu patokan.

Alhasil, dari cerita lisan yang saya kantongi, saya mengidentifikasi telah tejadi modifikasi yang terlalu kreatif. Bumbunya terlalu berlebihan. Apalagi ketika saya berusaha melacak kisah sang tokoh lewat manuskrip kuno, yang ditulis sebelum tahun 1900, sejumlah lebih dari 10 buah judul/teks yang berbeda-beda, hampir semuanya tidak sesuai dengan versi lisannya.

Ada penyimpangan alur yang dahsyat! Jika kasus pada Babad Pacitan, yang terjadi adalah kelisanan kedua, karena beberapa cerita lisan merupakan pengulangan cerita yang sudah ditulis, tetapi ini terjadi komodifikasi yang cukup ekstrem. Apalagi di beberapa situs tersebut --tapi tidak semuanya, saya mengantongi data lisan yang diambil pada tahun 2000--2001. Dalam rentang 20 tahun, terjadi perubahan cerita yang luar biasa.

"Sampeyan terlalu ilmiah dan terlalu bernalar untuk urusan beginian," seru seorang karib, ketika saya ngudarasa.

Mungkin benar apa yang dikatakan sang karib tersebut. Yeah, sebenarnya bukan soal ngilmiah dan soal nalar yang menjadi muara persoalan, tetapi soal sederhana: bagaimana cara saya memberitahu persoalan ini pada publik terkait dengan temuan saya. Bukankah hal-ihwal ginian ini terlalu sensitif untuk dibuka blak-blakan?! Dalam kondisi begini, sebenarnya saya demen dengan cara Gus Dur menyikapinya. Sami'na wa atho' na, Gus. Hmmm. Hal-hal khusus memang harus dibicarakan dalam forum khusus. Cik melipe congore, Rek, gak wedi kecanthol kabel listrik ta!

Lalu bagaimana jawaban untuk pertanyaan di awal ngablak yang pas, strategis dan ngilmiah

Siwalanpanji, 2022

diangkut dari akun FB: Mashuri Alhamdulillah


POSTING PILIHAN

Related

Utama 1027156779435070276

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item