Sosok Tangguh Dalam Keterbatasan

Para guru

Oleh : Adri Hidayatullah

Seluruh warga negara berhak mendapatkan pendidikan sebagaimana yang telah diatur dalam UU Nomor 48/Prp./1960 tentang Pengawasan Pendidikan dan Pengajaran Asing, Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 yang disempurnakan menjadi undang undang Nomor 20 Tahun 2003 yang berisi bahwa Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif, Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.

Peran pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan sangat penting, salah satunya yaitu menyediakan sarana dan prasarana yang layak dalam proses belajar. Jika melihat kondisi riil saat ini, masih banyak sekolah yang sarana dan prasarananya belum sesuai standard kebutuhan, terutama disebagian pelosok/pedalaman.

Salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan yaitu memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran melalui mengembangan budaya membaca, menulis, dan berhitung. Artinya, guru juga memegang peran penting dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Mengapa seorang guru mau ditempatkan didaerah terpencil sekalipun? Sebab calon PNS pada waktu melamar diharuskan membuat surat pernyataan bahwa siap ditempatkan dimana saja di seluruh Indonesia. CPNS yang sudah menjadi PNS mau tidak mau harus menerima konsekuensi. Contohnya penempatan kerja guru didaerah terpencil .

Tentang sarana dan prasarana pendidikan di pelosok memang layak diperhatikan. Paling tidak mendekati lembaga pendidikan diperkotaan. Keterbatasan fasilitas bisa terjadi mungkin karena minimnya dana baik karena tidak dianggarkan oleh Pemkab, provinsi atau melalui dana APBN.

Seorang guru selalu dituntut untuk mengemban tugas mulianya dengan maksimal. Contohnya, dalam pembelajaran sains salah satunya yaitu melakukan penelitian terhadap jaringan sel. Untuk mengenal lebih dalam tentang materi tersebut dibutuhkan ruang laboratorium dan alat alatnya seperti mikroskop dan alat lab lainnya. Namun karena dipelosok sering terbatas fasilitasnya, maka disinilah karakter guru diperlukan. Guru harus mampu membentuk pola pikir siswa untuk menjadi pribadi yang matang.

Guru di Lembaga Negri

Di Indonesia salah satu profesi seperti guru telah dijamin kehidupannya sesuai hak dan kewajibannya. Guru yang mengajar di sekolah negeri mayoritas adalah ASN (Aparatur Sipil Negara). Jenis ASN dibagi dua yaitu PNS dan ahir-ahir ini ada P3K (Pegawai Pemerintah dengan Penjanjian Kerja) serta kemungkinan merekrut tenaga guru honorer jika lembaga sekolah membutuhkan tambahan tenaga pendidik

Jika seorang guru ditempatkan dilembaga pendidikan wilayah perkotaan atau malah disekolah katagori favorit, maka tak masalah karena sarana dan prasaranya tersedia cukup. Sebaliknya para guru dipelosok harus bijak dalam menghadapi fasilitas yang sering tidak memadai untuk tetap menjalankan tugasnya.

Tantangan dalam mengajar baik guru ASN maupun guru honorer tak berbeda jauh. Keduanya sama sama dihadapkan pada kondisi lingkungan sosial ekonomi, baik tingkat pendidikan orangtua, pengalaman diluar lingkungannya maupun strata ekonominya. Akses dan jarak tempuh ketempat mengajarpun tentu sangat berbeda jauh karena biasanya fasilitas jalan masih didominasi oleh jalan tidak beraspal bahkan masih ada yang tidak bisa dilalui kendaraan bermotor sekalipun roda dua

Dari aspek pendapatan, saat ini gaji ASN bisa dikatakan telah cukup untuk membiayai hidup sehari hari. Sebaliknya gaji honorer biasanya tidak akan lebih dari 500 ribu perbulan. Pertanyaannya adalah apakah dengan nilai seperti itu dapat mencukupi kehidupannya bersama keluarga?. Pilihannya adalah mau tidak mau guru honorer harus bertahan hidup ; membiayai keluarga, membayar tagihan listrik, uang sewa kontrak rumah, dan kebutuhan sosial lainnya.

Les, baik privat atau penyelenggara tententu sudah lazim di daerah perkotaan. Les yaitu kegiatan belajar mengajar diluar lingkungan sekolah dan diluar jam sekolah. Selain waktu belajar di Sekolah, siswa bisa menambah waktu tambahan belajar dengan les dengan harapan semakin memantapkan prestasi akademik siswa.

Pengajar les biasanya guru atau seorang yang menguasai materi mata pelajaran tersebut. Karena les sifatnya mandiri, maka siswa tentunya dibebani kontribusi biaya tarif perminggu atau perbulan.

Jika les sudah lazim dijumpai di perkotaan, hal ini berbanding terbalik dengan di pelosok. Wali murid dengan pola pikir sederhana serta kondisi sosial ekonomi mungkin menjadi penyebab mengapa didaerah pelosok/terpencil amat jarang sekali terjadi kesepakatan keinginan pelaksanaan les berbayar. Kalaupun ada les gratis karena “pengabdian tambahan” seorang guru, maka kondisi yang seperti itu menjadi tantangan bagaimana menghasilkan kualitas siswa berprestasi

Guru di Lembaga Swasta

Perjuangan dan pengabdian para guru yang mengajar di lembaga pendidikan swasta sebenarnya hampir mirip dengan yang lembaga pendidikan negeri. Hanya saja dari sisi pendapatan yang diterima lebih beraneka tergantung dari manajemen keuangan lembaga swasta itu sendiri.

Biaya hidup seorang guru swasta digantungkan pada kondisi keuangan yang mendukung. Oleh karenanya, cara termudah sederhana lembaga pendidikan swasta menarik iuran SPP (Sumbangan Pembinaan pendidikan). Selain tentunya pemasukan dari para donatur yang biasanya dikelola oleh yayasan pendukung. Dengan pengelolaan keuangan lembaga yang baik, guru swasta bisa saja mendapat gaji yang hampir setara bahkan lebih dari guru di lembaga negeri

Tantangan antara guru di lembaga negeri dan swasta dalam mengabdi tak berbeda jauh. Keduanya sama sama menghadapi kondisi di pelosok, yakni akses ke lokasi sekolah yang tidak senyaman diperkotaan, maupun terbatasnya sarana prasarana ditempat mengajar

Sarana dan prasarana sekolah dipelosok bisa dikatakan mayoritas serba terbatas. Seperti ketersediaan buku pelengkap pelajaran, bangku, meja, papan tulis, hingga bangunan gedung kelas, laboratorium dan lapangan olahraga yang representatif, guru tetap berusaha untuk meningkatkan pengabdian dan kualitas anak-didiknya.

Kompleksnya keterbatasan yang membelenggu para guru di daerah terpencil tak akan pernah menghalangi kreativitas guru untuk mengabdi kepada negara dan masyarakat. Dengan niat mulia mereka akan terus berjuang sebagai bagian dari kesungguhan pengabdian **     

(Penulis adalah siswa SMA Negeri 1 Batuan, Sumenep) 

POSTING PILIHAN

Related

Utama 6971082652123735406

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item