Kritik Tafsir Fanatik Dan Berepistimologi Tidak Autentik

Al-Qur’an merupakan sumber utama umat islam sebagai pijakan hukum dan pedoman hidup, sehingga dalam memahaminya tidak sepantasnya melenceng dari maksud Al-Qur’an yang sebenarnya, dan AL-Qur’an merupakan firman Ilahi yang mustahil salah, jika terdapat kesalahan bisa jadi karena proses pemahaman kita terhadap Al-Qur’an yang salah, oleh karenanya buku ini hadir untuk menjelaskan sumber-sumber autentik tafsir sekaligus mengkritik terhadap tafsir fanatik dan berepistimologi tidak autentik, sebagaiman kita ketahui bersama bahwa tafsir merupakan suatu bidang yang membahas bagaimna kita memahami Al-Qur’an.

Dalam mengemukakan sumber-sumber autentik tafsir penulis merujuk pada pendapat fayed yang menetapkan basis autentik tafsir dengan Al-Qur’an, sunnah yang shahih, pendapat tabi’in yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan, kaidah bahasa arab yang yang disepakati, dan ijtihad (rasio) yang berbasis pada data, kaidah, teori dan argumentasi yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Jika terdapat tafsir yang tidak bersumber pada dasar-dasar tersebut  maka fayed menggolongkannya ke dalam ad-Dakhil, yaitu penafsiran Al-Qur’an yang tidak memiliki sumber, argumentasi dan data yang valid dari agama (hlm52) yang perlu dikritisi, dianalisa, dan dievaluasi validitasnya.

Jika kita melihat kepada sejarah penafsiran maka kita dapat mengetahui bahwa infiltrasi dan kontaminasi penafsiran dimulai sejak masa tabiin, dikarenakan pada era ini banyak ahlul kitab yang masuk agama islam, sehingga secara masif mereka bercerita terhadap ahlul qur’an mengenai umat-umat terdahulu, bersamaan degan hal tersebut mufassir dari kalangan tabiin bersemangat dalam mendengarkanya untuk mengisi kekosongan data penafsiran, riawayat-riwayat isra’iliyat pun bertebaran di dalam penafsiran-penafsiran mereka.

Kisah isra’iliyat merupakan salah satu infiltrasi penafsiran, sesuatu yang tidak ada sangkut pautnya dengan tafsir Al-Qur’an, yang dimasukkan mufassir kedalam penafsiran baik disengaja maupun tidak. Selain riwayat isra’iliyat, hadist palsu dan pendapat para pendahulu yang tidak jelas asal usulnya, juga merupakan ad-Dakhil fit Tafsir (infiltrasi penafsiran).

Berlanjut kepada generasi sesudahnya problematika tafsir semakin memprihatinkan dengan munculnya beberapa tafsir yang yang tersandera dengan latar belakang ideologi pengarangnya, atau sering disebut dengan tafsir sektarian, yang berimplikasi terhadap tafsir yang dilahirkan, yang tidak mampu untuk menyampaikan maqsud Al-Qur’an secra objektif, justru semakin jauh dari pesan-pesan universalnya.

Di dalam buku ini prosedur penerapan kritik tafsir infiltratif  tertuju terhadap enam bagian, dua bagian pertama seccara spesifik mengupas mengenai kritik tafsir isra’iliyat dan kedua yang bersumber dari hadist maudlu’, sedangkan empat bagian selanjutnya secara berkesinambungan  menganalisis dan mengkritik fenomena infiltrasi pada tafsir linguistik, takwil kelompok Batiniyah kaum sufistik, baha’iyah dan Qadyariyah.

Selain mengkategorikan tafsir yang terkontaminasi dan terinfiltrasi buku ini juga menetapkan metode dan parameter kritik tehadap tafsir tersebut, seperti dalam tafsir Baha’iyah, suatu sekte yang menganut doktrin ingin menghapus agama-agama manusia. Dalam menafsirkan, golongan ini mengedepankan  makna esoterik (batin) tanpa mengindahkan makna lahir. Disinilah kritik tafsir diterapkan, karena mereka menerapkan metode ini guna membenarkan kelompok mereka, bukan untuk memahami AL-Qur’an dengan pesan-pesan universalnya.

Objek analisa buku ini merupakan kitab Ad-Dakhil Fi Tafsir Al-Qur’an al-Karim, karya Abdul Wahab Fayed yang dikenal sebagai pelopor tafsir infiltratif, maka cukup wajar jika di awal buku ini masih mengulas profil penulis kitab tersebut  beserta materi dan sistematika penyajian didalamnya hingga  latar belakang penulisan kitab tersebut, tak hanya sampai di situ, Dr. Muhammad Ulinnuha juga mengomentari kitab tersebut dengan menyatakan kontruksi metodologi kritik tafsir infiltratif  fayed masih terlihat belum tersistematis dengan jelas (hlm,195) juga dalam metodologis menurut penulis kitab tersebut masih belum memperliahatkan pembaharuan kecuali dalam aspek gagasan terminologis.

Tidak salah jika buku ini disebut sebagai kritik kitab kritik. Namun perlu diketahui bahwa kekurangan kitab tersebut hanyalah secuil dari sekian kelebihan yang dipaparkan penulis di dalam buku ini, dan buku ini tidak kalah penting dari kitab aslinya yang telah menjadi mata kuliah diktat pada semester tiga dan empat fakultas ushuluddin, dengan menggunakan bahasa Indonesia yang singkat dan padat kita dapat memahami kitab fayed dengan mudah melalui buku ini serta ditambah perspektif penulis terhadap kitab tersebut membuat buku ini semakin komplit.


POSTING PILIHAN

Related

Utama 6210929824615942264

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item