Jangan Suka Berlagak Sebagai Pahlawan


Maimun Main

Ketika mau di "cekrèk" ingat buku karya kiai M. Faizi, "Merusak Bumi dari Meja Makan." Kontemplasi tingkat tinggi dari seorang kiai yang berkhidmat di dunia literasi. Tutur beliau; “bumi ini dirusak diatas meja makan”. Hemat kami, Bumi ini dihancurkan dari rumah. Dari dalam kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu, lebih-lebih ruang makan. Di laksanakan secara kolosal di warung makan, restoran, pasar tradisional, mall, swalayan dan toko "paracangan" di desa-desa terpencil. Semuanya menyumbang kerusakan pada okosistem alam.

Ekosistem alam dirusak bukan oleh curanmor, bandit, germo, mafia narkoba dan koruptor, tapi oleh kita bersama. Kita berjamaah untuk menghancurkan Bumi. Kita bahu membahu secara tidak sadar bahwa kita melakukan satu kejahatan akbar dengan menghanguskan bumi tempat kita dan anak cucu kita berpijak.

Kita belajar dari PAUD sampai ke jenjang perkuliahan. Betapa banyak kita belajar teori. Betapa banyak kita hafal konsep. Bahkan kita di pandang sebagai terpelajar. Orang yang tahu mana yang salah dan benar. Kita di agungkan karena sudah di level terdidik. Kaum yang bisa mengarahkan mana yang patut untuk dilakukan dan yang harus ditinggalkan. Tapi nyata, semua prestise itu justru tidak bisa berbuat apa2 untuk tidak menghancurkan Bumi dari Meja Makan.

Maka jangan suka berlagak sebagai pahlawan. Jangan bangga dengan prestasi akademik yang kita sandang. Jangan jumawa dengan status sosial yang kita dapat dimasyarakat. Dan ingat, jangan hanya suka berzikir tapi lupa berfikir. Sebab perintah Allah itu tdk hanya "ala bizikrillah" tapi juga " afala tatafakkarun". Sebab bukan hanya politisi dan orang kantoran saja yang merusak bumi dari Meja makan, semua golongan juga menjadi donatur tetap nan abadi akan hal itu.

Bukan perbuatan yang luar biasa membuang sampah pada tempatnya. Yang luar biasa itu ketika kita bisa meminimalisir membuat sampah. Demikian dawuh kiai M. Faizi dimlain kesempatan. Sampah apa yang tersirat dari "main massage" di petuah tersebut? Hemat kami lagi, tentu sampah plastik. Kenapa plastik? Ada apa dengan sampahp? Siapa saja yang bisa mengedukasi masyarakat bahwa sampah plastik sangat berbahaya bagi ekosistem alam? Adakah seorang politisi, akademisi, lawyer, ustad, tukang becak, bakul sate, tukang tambal ban, petani, perwira dan lain-lain yang satu hari saja tidak menggunakan plastik.

Pemerintah harus turun tangan berupa sosialisasi akan bahaya sampah plastik. Jika dengan cara ini belum berhasil untuk menyadarkan masyarakat. Ambil langkah yang kedua. Buat sayembara. Umumkan melalui saluran televisi dan media lain, agar seluruh rakyat indonesia mendengar bahwa pemerintah akan memberikan hadiah bagi siapapun yang bisa satu hari saja tdk membuang plastik. Pertanyaannya beranikah pemerintah mengambil langkah ini? Tunggu saja dulu sebelum kiamat belum terjadi. Siapa tahu kelak bakal lahir seorang pemimpin yang memiliki kepedulian untuk menyelamatkan bumi tercinta ini.

Para kiai dan ustad harus mengangkat tema "plastik" di forum-fotum pengajian dan di ruang kelas. Sampaikan pada santri dan siswa bahwa harus bijak dalam menggunakan kantong plastik. Dibantu oleh para da'i yang secara door to door menyampaikan dakwah, kiranya amat bagus di angkat tema soal bahayanya sampah Plastik.

Untuk mengurai plastik secara alami butuh ratusan bahkan ribuan tahun. Betapa sulitnya plastik diurai. Betapa mudahnya kita menggunakan dan membuangnya tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.



POSTING PILIHAN

Related

Utama 4672965800581623983

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item