Sajak-sajak Achmad As’ad Abd. Aziz
http://www.rumahliterasisumenep.org/2020/06/sajak-sajak-achmad-asad-abd-aziz.html
Achmad As’ad Abd. Aziz, Mahasiswa Institut Dirasat Islamiyah Al-Amien Prenduan (IDIA), Aktif di dunia jurnalistik sebagai Anggota Aliansi Jurnalis Muda IDIA (AJMI), dan Pembina Majalah Al-Qowiyul Amien (qa.tmial-amien.sch.id)
***
Alienasi
Dari berkas cahaya yang mungkin tak ada,
Kulihat separuh mimpi yang kita buat
di tanah kita sendiri, kita tak berjejak
hilang bersama ilusi yang tak tersisakan
Di almari yang gelap,
sempat aku wasiatkan sejumlah dokumen
pada detik kematian pendahulu
lihat, apa yang kita tinggalkan saat ini,
tangis air mata pun tak bisa mengeja huruf kesengsaran
saat warisan yang direnggut oleh anak
yang telah lahir dan menyusui dari rahim ibu yang sama
dari yang tersisa, hanya peluh menyatu bersama tangis
Mei 2020
Dari berkas cahaya yang mungkin tak ada,
Kulihat separuh mimpi yang kita buat
di tanah kita sendiri, kita tak berjejak
hilang bersama ilusi yang tak tersisakan
Di almari yang gelap,
sempat aku wasiatkan sejumlah dokumen
pada detik kematian pendahulu
lihat, apa yang kita tinggalkan saat ini,
tangis air mata pun tak bisa mengeja huruf kesengsaran
saat warisan yang direnggut oleh anak
yang telah lahir dan menyusui dari rahim ibu yang sama
dari yang tersisa, hanya peluh menyatu bersama tangis
Mei 2020
Doa yang Kembali
Sesat mulut waktu mendesah pada jiwa
Membisikan secuil kata, tuk benar berpasrah,
Kucoba tuk menata hati
Menselaraskan laku yang mencoba pergi jauh dari keharibaan
Pada selaksa malam,
Jiwa tak terhenti tuk membisikan panggilan
kembali pada semesta yang senantiasa mengajarkan
Merekahlah telaga saat sayup-sayup doa dilantunkan
Saat jiwa-jiwa yang haus mengharap seteguk embun mengendap,
menyatu, memenuhi raga yang gersang
Raga, tangan, mata bahkan selaksa nyala kehidupan
Sepantasnya menyelaraskan puja doa yang kembali riskan.
Surabaya, April 2020.
Sesat mulut waktu mendesah pada jiwa
Membisikan secuil kata, tuk benar berpasrah,
Kucoba tuk menata hati
Menselaraskan laku yang mencoba pergi jauh dari keharibaan
Pada selaksa malam,
Jiwa tak terhenti tuk membisikan panggilan
kembali pada semesta yang senantiasa mengajarkan
Merekahlah telaga saat sayup-sayup doa dilantunkan
Saat jiwa-jiwa yang haus mengharap seteguk embun mengendap,
menyatu, memenuhi raga yang gersang
Raga, tangan, mata bahkan selaksa nyala kehidupan
Sepantasnya menyelaraskan puja doa yang kembali riskan.
Surabaya, April 2020.
Kendi
Di sisa masa penghabisan ini
Dongeng-dongeng banyak diperdengarkan
anak-anak kecil memasang telinga nya
mendengarkan tanah coklat kering
bercerita sedemikian jauh
Di tanah kampung kami
tempat manusia memahat kendi hidup nya sendiri
waktu selalu berpangku pada kerelaan
mengisi beberapa teguk air yang tak jarang bercampur keringat
bagi kami, semua itu cukup menghibur
peluh dari sisa keluh nasib penerimaan
Mei 2020
Di sisa masa penghabisan ini
Dongeng-dongeng banyak diperdengarkan
anak-anak kecil memasang telinga nya
mendengarkan tanah coklat kering
bercerita sedemikian jauh
Di tanah kampung kami
tempat manusia memahat kendi hidup nya sendiri
waktu selalu berpangku pada kerelaan
mengisi beberapa teguk air yang tak jarang bercampur keringat
bagi kami, semua itu cukup menghibur
peluh dari sisa keluh nasib penerimaan
Mei 2020
Purna
Sedemikian yang terjalani,
tak ada yang mampu mengajak kita berbincang
dari masa lalu, seperti kepergian, kedatangan
yang setiap kali menjemput kata-kata untuk ditarikulurkan, kembali
aku lihat, lampu-lampu telah tanggal,
temaram telah menjadi bagian yang menggeliat di tubuhmu
wajahmu kian purna pada musim hujan,
disembunyikanya luka meski menganga
dan kesedihan memperlakukan mata mu dengan tidak baik-baik saja.
Diriku, dirimu sungguh memang tak pernah utuh,
lantas jalanan kota yang lengang,
menyediakanku seribu pertanyaan
“bagaimana satukan inti setiap diri kita, sedang kau enggan mengenal
bagian yang sebenarnya, dari kesedihanku?
Juni 2020
Sedemikian yang terjalani,
tak ada yang mampu mengajak kita berbincang
dari masa lalu, seperti kepergian, kedatangan
yang setiap kali menjemput kata-kata untuk ditarikulurkan, kembali
aku lihat, lampu-lampu telah tanggal,
temaram telah menjadi bagian yang menggeliat di tubuhmu
wajahmu kian purna pada musim hujan,
disembunyikanya luka meski menganga
dan kesedihan memperlakukan mata mu dengan tidak baik-baik saja.
Diriku, dirimu sungguh memang tak pernah utuh,
lantas jalanan kota yang lengang,
menyediakanku seribu pertanyaan
“bagaimana satukan inti setiap diri kita, sedang kau enggan mengenal
bagian yang sebenarnya, dari kesedihanku?
Juni 2020
Mengidam Tahunan
Tidak ada perputaran waktu penantian kali ini,
Matahari enggan menerbitkan diri
Begitupula senja tak jua pula membersamai
Ribuan manusia merahasiakan senyum kekasihnya,
mereka tersadar, butuh waktu yang panjang
untuk sekedar berisyarat rindu hingga komposisi temu
aku menunggu, menghabiskan paruh waktu
berkaca diri pada bening nya kolam,
dan aku lihat detik masih membicarakanmu,
aku tidak butuh wajah orang asing berhias menyerupai seluruh yang kau miliki
sebab, rindu adalah perpanjangan waktu,
yang mengandung mengidam tahunan,
untuk kembali menyebut namamu.
Juni 2020
Tidak ada perputaran waktu penantian kali ini,
Matahari enggan menerbitkan diri
Begitupula senja tak jua pula membersamai
Ribuan manusia merahasiakan senyum kekasihnya,
mereka tersadar, butuh waktu yang panjang
untuk sekedar berisyarat rindu hingga komposisi temu
aku menunggu, menghabiskan paruh waktu
berkaca diri pada bening nya kolam,
dan aku lihat detik masih membicarakanmu,
aku tidak butuh wajah orang asing berhias menyerupai seluruh yang kau miliki
sebab, rindu adalah perpanjangan waktu,
yang mengandung mengidam tahunan,
untuk kembali menyebut namamu.
Juni 2020
Mengunjungi Rindu
Kesedihan selalu menunggu diantara
derai air mata jatuh.
Suatu hari sedih bertanya pada diri sendiri,
“kenapa kau selalu bersama air mata?”
Ia sontak menjawab,
“karena tiap-tiap rumah hari ini selalu menunggu kedatangan,”
Malam paling sunyi,
bersama bunyi parang riuh
menemani di setiap kita
air mata tak segan mati,
sebelum mengunjungi rindu
Mei 2020.