Menjadi Pelopor Pendidikan



Oleh Dewi Purwati Samiatun

Pendidikan  menempati posisi yang sangat strategis dalam kemajuan suatu bangsa. Posisi strategis ini dapat dilihat dari beberapa alasan. Pertama, kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusinya. Semakin bagus SDMnya maka SDM tersebut dapat mengisi posisi dan pengembangan sosbud polhukam. Sebaliknya kualitas SDM yang rendah hanya akan menimbulkan kekacauan. Lihat saja kejayaan Islam pada abad VII masehi dikarenakan kemajuan luar biasa pendidikan yang ditandai dengan hiruk pikuknya ilmu pengetahuan saat itu.

Indonesia sangat memahami kondisi ini. Hari kelahiran pelopor pendidikan Ki Hajar Dewantara, 2 Mei, dijadikan hari untuk memperingati hari pendidikan nasional. Hari dimana momentum untuk mengingat jasa-jasa pejuang pendidikan dimasa lalu dan meneguhkan kembali untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Tidak berlebihan pemerintah Indonesia menetapkan hari kelahiran Ki Hajar Dewantara ini menjadi hari pendidikan nasional karena Pemerintah Indonesia sangat memahami betul akan pentingnya pendidikan.

Sekilas kita bertanya, apa yang sebenarnya dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara sehingga namanya begitu harum sampai saat ini. Dalam beberapa buku sejarah dicatat bahwa Ki Hajar Dewantara adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda. Kepedulian yang sangat tinggi inilah dalam memperjuangkan hak-hak warga pribumi untuk turut merasakan pendidikan menjadi kunci namanya harum dicatat dalam sejarah bangsa ini. Tentu Ki Hajar Dewantara tidak mempunyai niatan untuk menjadi harum dikenang, tapi niatan tulus itulah kemudian setelah meninggalkan dunia ini namanya dicatat dalam sejarah sebagai pelopor pendidikan.

Bagaimana dengan Ki Hajar Dewantara masa kini? Ada beberapa hal yang perlu kita renungkan bersama untuk terus memperjuangkan pendidikan. Dengan berbagai teori pendidikan dan sistem pendidikan yang maju, seorang pelopor pendidikan tidak hanya mereka yang mengabdikan dirinya dilembaga pendidikan semata. Menjadi pelopor masa kini adalah bagaimana usaha kita untuk terus mengisi ruang kosong yang menjadi kemerosotan pendidikan itu.

Misalnya saja, banyak lembaga pendidikan yang hanya mengembangkan kemampuan pengetahuan semata, maka pelopor pendidikan akan mempunyai konsep untuk menyeimbangkan pengetahuan dan sikap serta keterampilan karena manusia mempunyai tugas sebagai hamba dan khalifah, dan tugas pendidikan mengantarkan manusia pada tugas utamanya tersebut. Lainnya misalnya menjadi pejuang untuk pengentasan literasi media. Zaman dimana arus informasi begitu masif ternyata dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab dengan menciptakan berita-berita palsu atau kebohongan yang diberitakan. Maka counter isu terkait ini adalah bagian dari pelopor itu sendiri karena mampu mengentaskan masyarakat dari buta media dan tidak termakan oleh hoak.

Akhirnya, menjadi pelopor pendidikan adalah terus berbuat sesuatu untuk kemajuan SDM dengan berbagai macam ikhtiar dalam kerangka out of the box. Tidak selalu berada dalam arus utama (mainstream) tetapi mampu keluar dari zona nyaman dan membuat inovasi dan kreatifitas yang nantinya akan menjadi catatan sejarah dengan tinta emas.

Pejuang gigih, politisi handal, guru besar bangsa, pendiri Taman Siswa, memang sudah diakui oleh sejarah. Tapi sebagai pribadi yang keras tapi lembut, ayah yang demokratis, sosoknya yang sederhana, penggemar barang bekas, belum banyak orang tahu. Bahkan bagaimana tiba-tiba dia dipanggil dengan nama Ki Hajar Dewantara juga belum banyak yang tahu

Tokoh peletak dasar pendidikan nasional ini terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, dilahirkan di Yogyakarta pada hari Kamis, tanggal 2 Mei 1889. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Pendidikan dasarnya diperoleh di Sekolah Dasar ELS (sekolah dasar Belanda) dan setelah lulus, ia meneruskan ke STOVIA (sekolah kedokteran Bumi putera) di Jakarta, tetapi tidak sampai selesai. Kemudian bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedya Tama, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Ia tergolong penulis tangguh pada masanya; tulisan-tulisannya sangat tegar dan patriotik serta mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.

Selain menjadi seorang wartawan muda R.M. Soewardi juga aktif dalam organisasi sosial dan politik, ini terbukti di tahun 1908 dia aktif di Boedi Oetama dan mendapat tugas yang cukup menantang di seksi propaganda. Dalam seksi propaganda ini dia aktif untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya kesatuan dan persatuan dalam berbangsa dan bernegara.

Dewi Purwati Samiatun  Mahasiswi IDIA Prenduan Sumenep Madura,  Jurusan PBA IV asal  Pamekasan





POSTING PILIHAN

Related

Utama 9045224550493007689

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item