Faldo Si Kleptomania

Cerita: Nadinda Zena Amoraina

Di pagi hari yang cerah, ada seorang anak bernama Siti. Dia adalah anak yang baik hati, pintar, dan patuh kepada kedua orang tuanya. Siti bersekolah di SDN Cinta Nusa. Pagi hari itu, sebelum berangkat ke sekolah, dia berpamitan kepada kedua orang tuanya.

Siti pergi ke sekolah dengan berjalan kaki. Karena rumah Siti dekat dengan sekolahnya. Di tengah perjalanan, Siti bertemu dengan seorang anak lelaki. Anak lelaki itu ngebut dengan sepedanya sehingga Siti terkena genangan air yang dilewati oleh anak lelaki itu. Dia merasa kesal, karena bajunya basah. Dia tidak punya pilihan dia harus tetap ke sekolah meskipun dengan baju basah.

Sesampainya di sekolah, dia bertemu dengan temannya, Farah.
“Hai Siti. Loh kenapa baju kamu basah?” tanya Farah.
 “Tadi ada anak lelaki yang ngebut dengan sepedanya. Kebetulan ada genangan air, lalu kena bajuku. Akhirnya bajuku basah deh,” jawab Siti.
“Yang sabar ya Siti.”
Bel masuk pun berbunyi, “Kring...kring...kring...”
Semua murid masuk ke kelasnya masing-masing. Setelah mereka berdua duduk, bu guru datang dengan anak lelaki tadi.
 “Farah...”
 “Apa Siti?,” jawab Farah.
“Farah kau tau tidak, anak lelaki itu yang tadi membuat bajuku basah.’
“O...Dia,’’ ibu pun memperkenalkan anak lelaki itu kepada murid-murid.
“Halo anak-anak. Ada murid baru loh...”
 “Memangnya siapa Bu?”tanya murid-murid kompak.
 “Ayo perkenalkan nama kamu siapa?” perintah bu guru.
 “Namaku adalah Faldo”.
“Oh...jadi nama kamu Faldo ya?,” timpal Fahri.
 “Ya, iyalah kan tadi udah dibilangin, masih aja di ulang memangnya kurang jelas apa?” ujar Farah.
Lalu Fahri menjawab,” jelaslah kamu aja yang nggak santai orangnya.” . “   
Ih...Fahri!” jawab Farah dengan marah.
”Sudah jangan bertengkar. Ayo Faldo duduklah di bangkumu. Ayo keluarkan buku matematikanya.”
Murid-murid menjawab ”Siap bu.”.
Bel istirahat pun berbunyi. “Kring...kring...kring...”.

Siti dan kawan-kawan pun keluar dari kelasnya untuk pergi ke kantin. Sesampainya dia di kantin, ternyata ia lupa membawa air minumnya. Akhirnya Siti pun kembali ke kelasnya. Sesampainya di kelas dia terkejut, ternyata Faldo adalah seorang pencuri. Dia mengambil pulpen dari kotak Fahri. Siti terdiam dan berbicara dalam hatinya.

“Oh tarnyata, Faldo pencuri. Tapi bisa saja dia sudah meminta izin kepada Fahri, bahwa ia ingin meminjam pulpennya.” Gumam Siti dalam hati.
 Namun Siti tidak menghiraukan hal itu, ia pun masuk ke dalam kelas dan tidak lupa dia menyapa Faldo.
” Hai Faldo, kamu sedang apa?”
Dengan gugup Faldo menjawab,”hai...a-aku ba-baik-baik sa-saja”.
”Kamu kenapa Faldo, kok gugup sih? Aku kan gak marahin kamu, walaupun kamu mengotori baju aku,” jelas siti.
“Oh..perempuan itu ternyata kamu ya? Maafin aku ya, soalnya tadi aku ke buru-buru takutnya telat. Aku kan murid baru di sini.” ujar Faldo.
Siti menjawab, ”Ya aku maafin kok.“ Dia mengambil botolnya dan keluar.
Ucap Faldo dalam hatinya, “Huh...syukurlah.”.
Bel masuk berbunyi. “Kring...kring...kring...”
Setelah murid-murid masuk, Fahri kebingungan mencari pulpennya yang hilang. Ketika ia kebingungan Faldo meminta izin kepada bu guru, bahwa ia ingin pergi ke toilet. Bu guru pun mengizinkan Faldo. Dia keluar kelas dan menuju ke toilet. Sedangkan Fahri masih kebingungan.
“Ada apa Fahri mengapa kau seperti orang kebingungan?” tanya Siti. Fahri menjawab,
“Pulpenku hilang bagaimana ini?” jelas Fahri
“Biar aku sampaikan bu guru ya?”
“Hem...baiklah.”
“Bu, pulpen Fahri hilang bu.”
“Memangnya hilang di mana Fahri?” tanya bu guru.
“Tadi saya taruh di dalam kotak, tapi setelah istirahat pulpen saya sudah hilang bu.” jawab Fahri
“Ya sudah nih ibu ganti.” kata bu guru sembari menyodorkan bulpen miliknya.
“Terimakasih ya bu.”
“Ya sama-sama Fahri.”
Ketika permasalahan selesai, Faldo pun kembali ke kelasnya. Lalu ia duduk di bangkunya. Akhirnya bel pulang berbunyi, semua anak berkemas untuk pulang. Di tengah perjalanan pulang, Siti memberi tahu kejadian di jam istirahat tadi kepada Farah. Dia terkejut.
”Apa? kau benar melihat hal itu?”
 “Ya Farah aku melihatnya”.
“Tapi kau yakin dia mengambil pulpen dari kotak Fahri? Karena kotaknya sama dengan Faldo, jadi belum tentu dia yang mengambil pulpen dari kotak Fahri.”
 “Iya ya kamu benar juga.”
 Tak terasaa Siti sudah sampai di rumahnya.
“Ya sudah aku masuk ke rumah dulu ya. Dah...”
 “Iya...da...”.

Mereka berduapun pulang kerumahnya masing-masing. Saat malam hari Siti masih memikirkan kejadian yang terjadi di jam istirahat tadi. Ia berbicara sendiri, “Emangnya benar ya? Faldo pencuri? Tapi sudahlah dari pada memikirkan itu lebih baik aku melanjutkan tugasku”.

Keesokan harinya, ketika Siti sudah sampai di sekolahnya. Siti berbincang-bincang dengan teman-temannya. Topiknya bermacam-macam. Mulai dari tugas sekolah, liburan bulan lalu, sampai rencana liburan yang akan datang. Bel masuk pun berbunyi, seperti biasa semua murid masuk ke kelas masing-masing. Setelah jam 09.00 WIB waktunya untuk istirahat. Anak-anak keluar kelas untuk istirahat. Siti berfikir untuk memata-matai Faldo.

Di saat Faldo pergi  ke kelasnya ia mengulang perbuatan kemarin, ia mengambil pensil dari kotak Farah. Siti juga berpikir sama dengan kemarin lagi. Ia berfikir Faldo sudah meminta izin kepada Farah bahwa ia ingin meminjam pensilnya.

Bel masuk berbunyi, “Kring...kring...kring...”.

Semua anak-anak masuk ke dalam kelasnya masing-masing. Tetapi Farah langsung mengatakan bahwa pensilnya hilang kepada bu guru.

“Bu, pensil saya hilang,” lapor Farah.
“Mengapa dari kemaren banyak yang kehilangan?” Tanya bu guru keheranan.
“Mungkin ada yang mencuri bu.” kata Fahri.
 “Ya bu, benar!” jawab yang lain serentak.
“Mungkin saja anak-anak. Tetapi siapa?”
 “Mungkin Faldo bu. Karena sejak kemaren saya melihat Faldo  mengambil bulpen Fahri saat jam istirahat. Lalu saya juga melihat dia mengambil pensil dari kotak Farah bu!”jelas Siti.
“Faldo apakah kamu mengambil pensil Farah?”
 “Sa-saya ti-tidak me-mengambil pensilnya bu.” jelas Faldo terbata-bata.
“Jujur saja Faldo, janganlah kamu berbohong nanti kamu dosa loh.” desak Fahri.
“Baiklah, saya jujur bahwa saya yang mengambil pensil Farah dari kotaknya dan saya juga yang mengambil pulpen dari kotak Fahri”.
Siti berbicara dalam hati, “Oh... ternyata dugaanku benar bahwa Faldo adalah pencuri”.
“Mengapa kamu menjadi pencuri Faldo?” kata bu guru.
“Sebenarnya saya ingin memiliki pensil dan pulpen tersebut bu.”
“Ya ampun Faldo. Ibu akan memberi hukuman yang setimpal untuk kamu ,dan ibu juga akan memanggil orangtuamu besok untuk ke sekolah.”ucap bu guru menahan marah.
 “Baiklah bu.”
 Faldo pun pergi ke ruang kepala sekolah untuk bertemu dengan kepala sekolah.
“Anak-anak kalian jangan tiru sikap Faldo ya.”.
“    Ya bu”Jawab murid-murid serentak.

Keesokan harinya orang tua Faldo datang ke sekolah dan pergi menuju ruang guru. Setelah mereka berdua bertemu dengan guru Faldo mereka berdua duduk dan berbincang.

“Bu, Faldo bukan pencuri. Sebenarnya Faldo memiliki penyakit yaitu Kleptomania. Penyakit ini adalah penyakit yang suka mencuri. Sebenarnya saya dan keluarga malu karena sikap Faldo yang suka mencuri. Saya takut anak saya nanti akan berurusan dengan hukum.” jelas orang tua Faldo.

 “Ooh ternyata begitu?” kata bu guru sambil mengangguk.
 “Sebenarnya Faldo bisa disembuhkan bu. Yaitu dengan terapi psikologi. Terapi ini tidak di lakukan setiap hari. Jadi, saya meminta izin besok Faldo tidak masuk karena ingin melakukan terapi tersebut.”
“Ooh..ya bu tidak apa apa. Semoga saja Faldo bisa sembuh dari penyakitnya bu.”
“Amin.” akhirnya orang tua Faldo pun pulang.
Keesokan harinya, di tengah jam pelajaran ibu guru berkata,
 “Anak-anak ternyata Faldo  bukan pencuri, tetapi dia memilki penyakit yaitu Kleptomania. Penyakit ini merupakan penyakit yang suka mencuri. Biasanya yang terkena penyakit ini lebih banyak kaum wanita daripada kaum pria. Tetapi penyakit yang diderita Faldo hingga saat ini tidak diketahui apa penyebabnya. Ada beberapa gejala dari Kleptomania yaitu : 1. Sulit menahan rasa ingin mencuri 2. Setelah mencuri, mereka merasa puas 3. Spontan mencuri 4. Sering kambuh. Jadi, Kalian harus membantu Faldo untuk bisa mengendalikan penyakitnya. Mungkin ada yang memilki saran?”jelas bu guru panjang lebar.

“ Bu, Saya mempunyai  saran bagaimana jika saat Faldo masuk sekolah nanti kita jangan membenci Faldo. Kita harus baik padanya agar dia tidak berkecil hati pada kita semua dan juga kita juga jangan memberi kesempatan pada Faldo untuk mencuri  dengan cara tidak meletakkan barang sembarangan. Mungkin dengan cara itu kita bisa membantu mengendalikan penyakit Faldo tanpa harus menyakiti perasaanya” saran Siti.

Dua hari kemudian, Faldo mulai masuk sekolah. Dia merasa heran, mengapa teman-teman Faldo baik pandanya padahal dia telah mencuri  barangnya  bebrapa hari yang lalu. Saat Faldo sedang duduk di dalam kelas Siti menyapanya dengan ramah.

 “ Hai Faldo. Apa kabar ?”
“ Hai Siti.  Aku baik-baik saja.”
 “ Ooo. Begitu? Aku keluar dulu ya Faldo,” sahut Siti.”
 Lalu Faldo menjawab, “ baiklah Siti...”.
Bel masuk berbunyi, Kring...Kring...Kring......!!

Semua siswa masuk ke dalam kelas. Faldo disambut dengan wajah ceria oleh teman-temannya. Saat itupun dia bertanya-tanya mengapa dia tidak dibenci  oleh teman-temannya, tetapi malah sebaliknya. Teman-teman Faldo menyambut hangat akan bergabungnya Faldo di dalam kelas. Bu guru pun datang dan tersenyum pada Faldo. Faldopun membalas senyumannya.

Pelajaran dimulai, semua murid mengeluarkan bukunya dan mendengarkan materi  yang dijelaskan oleh bu guru. 

Beberapa jam kemudian bel istrahatpun berbunyi, “Kring...kring...kring....”.
Saat yang lainnya mulai istrahat, Siti mengajak Faldo untuk berbicara.
“Faldo kemari, aku ingin bicara.”
 Faldopun menghampiri Siti.
Siti berkata “ Faldo, aku minta maaf ya atas kejadian kemarin karena menuduh kamu mengambil barang teman-teman.”
 “ Iya..tidak apa-apa Siti. Aku juga minta maaf atas perilaku yang telah aku lakukan kemarin, jawab Faldo.” 
A“Iya Faldo aku mengerti, semoga dengan kejadian kemarin kita semua belajar bahwa kita tidak boleh sembarangan menuduh tanpa atau alasannya. Kita tidak boleh mengambil barang yang bukan milik kita.” jawab Siti.
Faldopun menganggukkan kepala bertanda dia mengerti apa yang di katakan Siti. Faldo dan teman-teman lainnya pun kembali bermain bersama-sama seperti sebelumnya.


Nadinda Zena Amoraina, akrab dipanggil Nadin. Lahir tanggal 09 Mei 2008, saat ini duduk di bangku kelas 6a SDN Pangarangan 1 Kecamatan kota Kabupaten Sumenep. Alamat rumah Jl. Kartini Gg 1 Pamolokan. Hobi membaca, menulis, dan bercerita. Cita-cita saya adalah menjadi orang yang sukses.





POSTING PILIHAN

Related

Utama 4508315031339039673

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item