Sajak Faidi Rizal; Tanèyan Lanjhàng
http://www.rumahliterasisumenep.org/2019/10/sajak-faidi-rizal-taneyan-lanjhang.html

Alamat: Jl. Gapura dusun. Sema Bandungan RT 02 RW 05 Gapura Tengah Gapura Sumenep Madura 69472. email: faidi.rizal1987@gmail.com
Tanèyan Lanjhàng
pagi-pagi sebelum mentari mekarburung bernyanyi di bambu-bambu pagar
bunyi derit pintu rumah yang pendiam
mengantar kami membuang tahi ayam
agar sesiapa yang datang bertamu
atau sekadar lewat menuju rindu
tak mencium busuk kesunyian
tak melihat sejumput ulat kenangan
daun-daun kering dan bekas gelisah
yang menjamah panjangnya halaman rumah
akan bersih sebelum secangkir kopi
menghangatkan kata mengharumi hati
tak perlu berkabar lewat ponsel pintar
hanya untuk bertegur sapa yang lancar
sebab bunyi terompah rumah sebelah
bisa menyambung tulang kata yang patah
bila tungku sampai siang tak menyala
harum ikan goreng tak sampai di dada
maka tentu sebelum malam bertandang
piring yang rinding sudah pasti berkembang
sarapan pagi yang paling menyenangkan
serta makan malam paling mengenyangkan
adalah menikmati lapar saudara
sambil mengunyah sendiri dalam dada
tangan kami tiba-tiba jadi panjang
sekadar bersama-sama ngusung kandang
ikut membangun rumah tanpa bayaran
asal senyum tak hilang dari genggaman
kami tak akan pernah menutup mata
menutup hidung dan menutup telinga
bila melihat jalan-jalan berlubang
agar hati tak terpeleset ke jurang
akan kami sapu bersih paku duri
agar tak melukai pejalan kaki
sebab yang nyeri pasti kami sendiri
meski luka tak ada di kaki ini
bila hujan tangis di rumah sebelah
maka dada kami pulalah yang basah
bila darah banjir dari luka-luka
kamilah yang tenggelam dalam nyerinya
bukankah daun gugur dari rantingnya
tak mesti akar yang menanggung perihnya
masih ada kesunyian sederhana
untuk menghapus kesedihan yang ada
di sinilah kami tak pernah sendiri
bukan lantaran rumah berjajar rapi
halamannya yang memanjang tanpa pagar
atau makian yang tak pernah terdengar
di sini sendiri terkubur sendiri
setelah menghirup putik senyum wangi
yang mekar di bibir pintu dan jendela
yang keluar untuk menangkal petaka
doa-doa akan damai berloncatan
ketika cecak pun ramai bersahutan
tapi tak pernah diusir dengan bambu
sebab terkadang ia isyarat tabu
malam-malam kalau tidak turun hujan
tua muda metik bulan di halaman
sambil main tebak-tebakan diri
serta ngunyah renyah kisah para wali
sebelum menutup pintu dan jendela
tak boleh ada sisa lubang terbuka
hingga cinta dalam dada tak tercuri
dan surga tak akan hilang dalam hati
Gapura, 2019
(Puisi : "Tanèyan Lanjhàng", sebagai Juara III pada Lomba Cipta Tingkat SMA/MA/SMK dan Mahasiswa se Kabupaten Sumenep, yang diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sumenep, tahun 2019.)
POSTING PILIHAN