"Pangerat", Sajak Abdul Warits
http://www.rumahliterasisumenep.org/2019/10/pangerat-sajak-abdul-warits.html
![]() |
Abdul Warits (kiri) |
Abdul Warits, nama pena dari Abd. Warits. Lahir di desa Grujugan, Gapura, Sumenep, Madura, 07 Maret 1997. Mahasiswa-Santri di PP. Annuqayah daerah Lubangsa. Kuliah di Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) Jurusan Ilmu Al-quran dan Tafsir (IQT) fakultas Ushuluddin Guluk-Guluk Sumenep. Tulisannya dimuat di koran Kabar Madura, Radar Madura, Harian Bhirawa, Analisa, dsb. Puisinya termaktub dalam beberapa buku antologi bersama diantaranya; Kepada Douwes Dekker (Multatuli Fest, 2018), Pesan Damai, Aisyah, Maria, Dan Xi king (IAIN Purwokerto : 2019), Gelombang Puisi Maritim, Puisi Qur’ani, Requiem tiada henti, Yang berlari dalam kenangan (Persi: 2019).
Aktif di Komunitas Penyisir Sastra Iksabad (PERSI), Lembaga Pers Mahasiswa Fajar (LPM) Instika. Bisa ditemui di Istana Pers Jancukers (IPJ) PP. Annuqayah daerah Lubangsa.
Pangerat 1)
Kudekapkan tubuhku di pinggangmu
Digerayangi lentik jemarimu yang kasar
Tanganmu kuasa mengendalikan perasaanku
Kupiara cinta di ceruk jantungmu
Digerayangi lentik jemarimu yang kasar
Tanganmu kuasa mengendalikan perasaanku
Kupiara cinta di ceruk jantungmu
Dengan hati-hati, kau pegang seluruh jiwaku
Seperti Joko Tole, aku diasuh panae’ 2)
Diasah batu-batu yang lugu
Dibelai, seperti kasih sayang seorang ibu
Seperti Joko Tole, aku diasuh panae’ 2)
Diasah batu-batu yang lugu
Dibelai, seperti kasih sayang seorang ibu
Kau membawaku dari kekar akar siwalan
Menakar gemetar hidup seharian
Naik menuju puncak keletihan
Lelah tak pernah alpa memelukmu
Kau tidak pernah gusar
Di antara debar lubang-lubang antat 3)
Menakar gemetar hidup seharian
Naik menuju puncak keletihan
Lelah tak pernah alpa memelukmu
Kau tidak pernah gusar
Di antara debar lubang-lubang antat 3)
Berkibarlah Madura di dadaku
Ketika rakara 4) kujatuhkan ke tanah resahmu
Diiris jadi nutrisi hewan gembala
Disulam jadi tikar serba guna
Ketika rakara 4) kujatuhkan ke tanah resahmu
Diiris jadi nutrisi hewan gembala
Disulam jadi tikar serba guna
Mayang-mayang yang perawan itu
Telah kujamah dengan hasrat menggebu
Kembang beraroma surga
Kau bergairah lebah yang tergoda
Merubung kucuran nira
Madura kentara, semerbak dalam sukma nusantara
Telah kujamah dengan hasrat menggebu
Kembang beraroma surga
Kau bergairah lebah yang tergoda
Merubung kucuran nira
Madura kentara, semerbak dalam sukma nusantara
Ujungku adalah nafsu sakera
Nuraniku dirasuki ruh celurit
Dari urat nadi menggertak akalmu
Mengalirkan ketegangan-ketegangan
Ketika kau penggal segala harapan
Nuraniku dirasuki ruh celurit
Dari urat nadi menggertak akalmu
Mengalirkan ketegangan-ketegangan
Ketika kau penggal segala harapan
Tajam pikiranmu seringkali berkhianat pada kemanusiaan
aku divonis biangkeladi
Antara carok dan bacok
aku divonis biangkeladi
Antara carok dan bacok
Amarah otak binalmu
diam-diam melukai batinku
diam-diam melukai batinku
Ketenanganku adalah perempuan bermata nyalang
Menikam dengan senyuman
Meskipun diamku kebijaksanaan
Menikam dengan senyuman
Meskipun diamku kebijaksanaan
gerakku sedang direncanakan
membunuhmu perlahan-lahan
membunuhmu perlahan-lahan
Annuqayah, 2019
1. Sejenis sabit kecil yang biasa digunakan untuk memotong mayang siwalan.
2. Orang yang naik ke pohon siwalan.
3. Pohon siwalan yang dilubangi berbentuk zig zag untuk memudahkan naik ke atas.
4. Daun siwalan.
2. Orang yang naik ke pohon siwalan.
3. Pohon siwalan yang dilubangi berbentuk zig zag untuk memudahkan naik ke atas.
4. Daun siwalan.
(Puisi : "Pangerat", sebagai Juara II pada Lomba Cipta Tingkat
SMA/MA/SMK dan Mahasiswa se Kabupaten Sumenep, yang diselenggarakan oleh
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sumenep, tahun 2019.)
POSTING PILIHAN