Tahapan Membaca Puisi

Penyair M Faizi ketika membaca puisi
Gani(2014: 47) menyatakan bahwa, menghadirkan penampilan membaca puisi yang baik, yang berkualitas, yang enak/menarik ditonton, dan yang dapat memuaskan penonton tidaklah mudah. Akan tetapi, juga tidak sukar. Ada beberapa tarik ulur, dicermati, dikaji ulang, dan dilaksanakan dalam setiap penampilan membaca puisi. Berdasarkan hal tersebut, dikenallah beberapa tahap pembacaan puisi. Tahapan tersebut terdiri atas tiga, yaitu: (1) tahap persiapan, (2) tahap penampilan, dan (3) tahap pasca penampilan atau tahap peningkatan.

Tahap Prapenampilan

Langkah awal dari tahapan penampilan baca puisi adalah tahap prapenampilan atau sering juga disebut dengan tahap persiapan. Tahap pertama ini sangat penting untuk diperhatikan dan dilaksanakan, terutama bagi orang yang baru mengenal puisi. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap prapenampilan dalam membaca puisi adalah; (1) pengenalan diri, (2) pendekatan dalam mengapresiasi puisi, (3) pemahaman/penjiwaan puisi, (4) interpretasi, (5) penyiapan alat bantu, (6) pengenalan lokasi, (7) pengenalan audien, (8) persiapan mental, dan (9) prediksi waktu.

Tahap Penampilan
Pada pembacaan puisi, tahap penampilan merupakan tahap yang sangat menentukan. Hal itu disebabkan karena pada tahap inilah seorang pembaca puisi mengeksplisitkan segenap potensi yang telah dieksplorasi sebelumnya. Pada tahap ini mereka dinilai dan ditentukan tingkat keberhasilan atau kegagalannya. Biasanya, keberhasilan pada tahap penampilan ini merupakan barometer dari kematangan dari sebuah persiapan.

Seperti halnya pada tahap persiapan, pada tahap penampilan ini juga perlu dipikirkan, diperhatikan, dan dilaksanakan beberapa hal. Diantaranya adalah sebagai berikut: (1) konsentrasi, (2) tehnik kemunculan, (3) ekspresi, (4) gerakan, (5) pengolahan suara, (6) aspek komunikatif atau teknik pengembangan, (7) bentuk penampilan dan, (8) penggunaan alat bantu.

Tahap Pascapenampilan
Inti dari kegiatan pascapenampilan adalah refleksi. Refleksi ini dilakukan dalam bentuk mengevaluasi segala sesuatu yang telah diperhatikan, dipikirkan, dan dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya, yaitu tahap persiapan dan (terutama) pada tahap penampilan. Berdasarkan evaluasi tersebut diperhatikanlah, dipikirkanlah, ditetapkanlah, dan dilakukanlah hal-hal tertentu sebagai tindak lanjut bagi penampilan baca puisi selanjutnya.

Mempelajari dari penampilan sebelumnya, sangatlah dianjurkan untuk mulai kembali memilah dan memilih puisi, memahami dan menjiwai puisi, serta memperbanyak latihan. Latihan-latihan yang perlu kembali dilakukan dalam meningkatkan membaca puisi adalah latihan analisisi puisi, latihan olah suara atau vokal, latihan olah gerak atau olah tubuh, dan lain-lain. Dengan berbagai latihan tersebut diharapkan seseorang dapat memahami dan menjiwai puisi dengan lebih baik, serta menampilkan pembacaan puisi dengan lebih menarik.


Teori Belajar dan Pembelajaran
Pemahaman tentang konsep belajar dari berbagai ahli memiliki makna yang berbeda. Meskipun berbeda, tetapi pendapat para ahli memiliki kerangka umum yang hampir sama. Gegne (1984) dalam Sujarwo (2008: 33) mendefinisikan belajar merupakan suatu proses terorganisasi sehingga menjadi perubahan perilaku pembelajar akibat pengalaman. Belajar merupakan modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Burton dalam Hamalik, 2001). Menurut kedua pandangan tersebut, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, bukan sesuatu hasil dan tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, tetapi juga mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan latihan, melainkan perubahan tingkah laku. Menurut Meyer (1999), formulasi belajar dapat diteropong melalui pardigma belajar yakni (1) belajar sebagai penguatan respon, belajar sebagai pemeroleh pengetahuan, (3) belajar sebagai konstruksi pengetahuan. Jika dicermati, pandangan Meyer tersebut mempunyai tiga paradigma formula konsep belajar, yaitu behaviorisme, kognitvisme, konstruktivisme.

Paradigma belajar menurut pandangan behaviorisme. Belajar adalah perubahan perilaku siswa. Konsepsi utama teori tersebut adalah strimulus dan respen (S-R), yaitu suatu proses yang memberikan respon tertentu terhadap yang datang dari luar sehingga terjadi perubahan. Behaviorisme bersifat otomatis dan mekanistik/superfisial (Golloway dalam Soekamto, 1996). Seorang dikatakan belajar apabila dalam dirinya terjadi perubahan perilaku S dan R sehingga menjadi sebuah kebiasaan (Schuman, 1996).

Belajar menurut pandangan kognitivisme. Belajar adalah perubahaan struktur kognitif (Degeng, 1988), sedangkan menurut Galloway (dalam Soekamto, 1996), belajar diartikan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan faktor-faktor lain. Oleh karena itu, model tersebut sering disebut model konseptual dan perseptual. Belajar menurut teori tersebut adalah adalah perubahan persepsi dan pemahaman.

Pembelajaran konstruktivisme didasarkan kepercayaan dan keyakinan bahwa pembelajar pengonstruk makna. Makna diciptakan oleh pembelajar dari apa yang dilihat, di dengar,dirasakan, dan bersifat alamiah. Belajar dapat terjadi apabila pebelajar dilibatkan secara aktif dalam suatu proses pengonstruk pengetahuan. Fungsi pembelajar pada pandangan adalah membantu perkembangan pemikiran kritis dan menciptakan pelajar untuk termotivasi dan mandiri. Zeleman, Daniels, dan Hyde (1993) menunjukkan bahwa pembelajaran melibatkan semua area pokok untuk menemukan dan membangun gagasan baru. Menurut mereka, teori konstruk dalam kurikulum mengharuskan guru menciptakan lingkungan agar anak-anak membangun pemahaman mereka.Sejalan dengan pernyataan di atas Meyer (1999) menjelaskan belajar adalah mengonstruk pengetahuan. Konsepsi utama teori tersebut bahwa pengetahuan dibangun secara internal oleh siswa. Guru bertugas menyediakan lingkungan belajar yang mendukung konstruksi internal pengetahuan. Seseorang dikatakan belajar apabila secara internal melakukan konstruksi pengetahuan dari lingkungan belajar yang memfasilitasinya.


 Tulisan bersambung
  1. Inilah Teknik Membaca Puisi
  2. Membaca Puisi sebagai ApresiasiPuisi
  3. Bentuk dan Gaya dalam MembacaPuisi
  4. Tahapan Membaca Puisi
  5. Membaca dengan Pendekatan Teater
  6. Olah Tubuh atau Latihan Tubuhuntuk Baca Puisi
  7. Peran Guru Dalam Pembelajaran Membaca Puisi

Belajar merupakan proses mental yang terjadi pada diri siswa. Pembelajaran merupakan proses interaksi yang terjadi antara guru-siswa, siswa-guru, siswa-siswa. Jika mencermati pemaknaan belajardan pembelajaran tersebut, keterlibatan siswa dan guru memiliki posisi terpenting dalam proses pembelajaran. Guru dan siswa serta hal-hal yang mendukung terjadinya proses pembelajaran merupakan suatu komponen yang membentuk sistem dalam bekerja.

Metode pelatihan dasar teater sebagai salah satu bentuk pembelajaran dengan konsep student centered berakar pada teori belajar konstruktivisme. Sejalan dengan pendapat John Dewey, pembelajaran sejati adalah lebih berdasar pada penjelajahan terbimbing dengan pendampingan daripada sekedar transmisi pengetahuan. Pembelajaran merupakan penemuan individual. Pendidikan memberikan kesempatan dan pengalaman dalam proses pencarian informasi dan membuat keputusan bagi hidupnya sendiri.(bersambung)

POSTING PILIHAN

Related

Gupen 6778176146346499945

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

item