Memupuk Minat Baca pada Semua Jenjang Pendidikan

Oleh: Suhartatik Membaca merupakan kemampuan/keterampilan dasar untuk menguasai bidang lain, untuk itu kegiatan membaca harus mendapat...


Oleh: Suhartatik


Membaca merupakan kemampuan/keterampilan dasar untuk menguasai bidang lain, untuk itu kegiatan membaca harus mendapat perhatian khusus. Kemampuan membaca merupakan alat, sedangkan bidang lain merupakan substansi/isi yang dipelajari. Minimnya kegiatan membaca juga dinyatakan oleh UNSECO (2012) bahwa hanya satu dari 1.000 orang Indonesia yang memiliki kebiasan membaca. Data di atas merupakan kenyataan yang sangat memprihatinkan, ditambah lagi survei terhadap tingkat kecakapan orang dewasa yang dilakukan oleh OECD tahun 2016 dalam Programme for the International Assesssment of Adult Competences (PIAAC), menghasilkan Indonesia mendapatkan peringkat paling bawah hampir pada semua bidang kompetensi (kemampuan literasi, numerasi, dan kemampuan pemecahan masalah).

Ketiga kemampuan di atas merupakan kemampuan yang dibutuhkan orang dewasa untuk bekerja dan berkarya sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan data tersebut membuktikan ada keterkaitan antara minat baca dari tingkat siswa SD, SMP, hingga mahasiswa (dewasa) berada pada posisi yang sangat terpuruk.  Melihat hal itu tentunya perlu ada upaya-upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kembali gairah membaca mulai dari anak didik kita hingga masyarakat umum. Adanya “Program 15 Menit Membaca” sejak April 2016 bagi siswa usia sekolah, mulai SD hingga SMA/SMK semua sekolah (normal dan disibilitas) merupakan salah satu upaya yang telah dilakukan sekolah.

Kegiatan Gerakan Literasi harus terus dilakukan, yaitu dengan 3 tahap kegiatan: pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Pada tahap pembiasaan, kegiatan 15 menit membaca (buku pengayaan/ sesuai topik pilihan) diberlakukan sebelum pembelajaran kelas dimulai (kondisional). Hal itu bertujuan untuk menumbuhkan budi pekerti siswa (melalui nilai-nilai moral dari isi buku) dan juga meningkatkan minat baca. Selanjutnya tahap pengembangan, siswa membuat jurnal baca harian dan menulis ringkasan hasil baca buku, atau tuga lainnya. Terakhir tahap pembelajaran, ada tagihan membaca buku bagi siswa SD sebanyak 6 judul buku, 12 judul buku untuk siswa SMP,dan 18 judul buku bagi siswa SMA/SMK. Buku-buku ini dipilih sendiri oleh siswa sendiri sesuai kemampuan, bakat dan minat siswa.

Kegiatan 15 menit membaca dilakukan untuk memupuk budaya membaca. Hal itu sesungguhnya tidak hanya berlaku pada jenjang SD, SMP, SMA/SMK saja, akan tetapi tetap berkelanjutan hingga ke jenjang perguruan tinggi (mahasiswa). Mahasiswa dikenal sebagai agen of change sangat memerlukan pengetahuan yang lebih luas untuk bisa mengaplikasikan ilmu dan waawasannya di masyarakat.
Rendahnya minat baca mahasiswa dapat dilihat dari jumlah kunjungan yang ada di setiap perpustakaan kampus. Perpustakaan biasanya hanya akan ramai ketika menjelang ada ujian skripsi atau tugas saja dari dosen. Ketika hari biasa cenderung sedikit atau bahkan sepi tanpa pegunjung sama sekali.

Membaca bagi mahasiswa saat ini tidak lagi menjadi kebutuhan pokok. Mereka lebih banyak aktif di kegiatan- kegiatan tanpa membaca. Memang tidak mudah untuk membuat mahasiswa rajin membaca, karena hal itu terbentuk dari kebiasaan sejak kecil dan kesadaran dari individu itu sendiri.

Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya minat baca siswa hingga ke mahasiswa. Salah satu penyebab utama adalah kebiasaan/ budaya tutur/ lisan. Budaya tutur ini banyak dipengaruhi dari lingkungan keluarga sebagai lingkungan pertama dari seorang anak. Banyak keluarga yang hanya menanamkan budaya tutur/ cerita lisan di lingkungan mereka. Sehingga budaya baca perlahan mulai terlupakan. Jika sejak dini, orang tua telah menanamkan budaya membaca, niscaya minat membaca anak akan semakin meningkat dan menjadi kebiasaan hingga dewasa.

Faktor penyebab berikutnya adalah perkembangan tekhnologi seperti internet yang dianggap lebih mudah untuk mengakses segala informasi yang dibutuhkan. Seiring perkembangan zaman, dunia tekhnologi semakin canggih. Saat ini anak sudah tidak perlu repot- repot membaca buku, cukup dengan sebuah  smartphone mereka dapat dengan mudah mencari berbagai macam informasi.

Keberadaan internet membuat setiap hal terasa lebih mudah. Siswa/mahasiswa tak perlu repot lagi membaca buku- buku yang tebal. Mereka cukup mencari referensi melalui internet. Hal inilah yang kemudian menjadikan mereka malas untuk membaca buku secara intensif. Hal ini tentunya sangat memprihatinkan kita semua, tidak hanya bagi kalangan pendidikan dan pemerintah, melainkan juga masyarakat secara umum.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan guna meningkatkan minat membaca bagi siswa, mahasiswa, ataupun masyarakat, yaitu: Pertama dari keluarga melalui pembiasaan membaca sejak kecil. Hal ini berkaitan langsung dengan keluarga. Orang tua harus memiliki kesadaran untuk membiasakan anak-anaknya dari kecil untuk mulai membaca buku.  Bisa dimulai dari bacaan ringan, seperti cerita pendek, cerita bergambar, komik, dongeng, dll. Mengenai tema/ topik bacaan harus juga tetap terkontrol oleh orang tua. Karena isi/ substansi bacaan dapat mempengaruhi pikiran dan sikap anak.

Orang tua juga harus bisa membatasi anak dalam pemakaian hp/ internet secara berlebihan. Utamakan membaca buku setiap anak memiliki tugas atau ada waktu luang. Sehingga anak tidak mudah bergantung pada kecanggihan internet. Kontrol orang tua juga perlu didukung dari guru/dosen di sekolah. Pembiasaan dan batasan itu tidak hanya berlaku di rumah, melainkan juga di sekola. Sehingga ada kekuatan yang saling mendukung untuk memupuk minat baca anak.

Kedua, dari guru atau dosen melalui pemberian tugas yang menuntut untuk membaca buku. Guru atau dosen merupakan orang yang disegani oleh anak didiknya. Apapun yang menjadi perintah/tugas sekolah akan diupayakan dikerjakan semaksimal mungkin. Oleh karena itu pemberian tugas seperti makalah, slide power point, artikel ilmiah dengan tema yang beragam, akan menjadikan mahasiswa untuk memburu buku atau jurnal ilmiah sebagai referensi. Lambat laun kebiasaan membaca akan mulai terbentuk dengan adanya tugas- tugas tersebut.

Ketiga, penyediaan fasilitas perpustakaan yang lengkap dan kreatif. Perpustakaan merupakaan jantung sebuah lembaga pendidikan, oleh sebab itu perlu ada upaya-upaya kreatif dan inovatif serta berkelanjutan dalam pengelolaan perpustakaan. Mulai dari penataan ruangan yang aman dan nyaman, kelengkapan buku, pencarian buku yang mudah, pelayanan yang ramah, dll. Melalui strategi ini, diharapkan siswa atau mahasiswa bahkan masyarakat  tertarik untuk mengunjugi perpustakaan. Ketika sudah tertarik datang ke perpustakaan, maka secara tidak langsung akan mencari- cari dan mengambil buku yang sesuai keinginan mereka.

Membaca adalah jendela dunia dan tanpa membaca kita menjadi buta. Ungkapan itu sering kita dengar. Untuk itu mari kita bersama-sama untuk selalu membudayakan membaca pada dimulai dari diri kita sendiri, anak-anak kita, orang terdekat, dan masyarakat. Semoga paparan di atas dapat bermanfaat untuk semakin meningkatkan gairah membaca kita.

Disampaikan pada Acara Dialog Interaktif Pro 1 FM, RRI Sumenep bekerjasama denga Rumah Literasi Sumenep,  Minggu, 27 Agustus 2017


POSTING PILIHAN

Related

Bincang 4232501925131253197

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item