Gak Ikut PGP Dijamin Nyesel


Mariyatul Qiptiya

Berawal dari rasa penasaran karena sering melihat postingan teman alumni BK UM 2001, yang mengikuti CGP angkatan 1 di Kab. Malang. Banyak sekali kegiatan yang dilakukan teman saya selama 1 tahun dan terlihat seru dan penuh tantangan. Hal ini membuat saya sangat tertarik untuk mengikuti seleksi CGP juga dan bertanya kepada teman saya program apa dan bagaimana cara mengikuti kegiatan tersebut. Dari informasi tersebut, saya mencoba membuka SIMPKB, ternyata tertertera bukan kabupaten terpilih. Baru kemudian pada Angkatan ke-5 Kabupaten Sumenep mendapat jatah untuk mengikuti seleksi Calon Guru Penggerak. Saya menawarkan pada beberapa teman untuk sama-sama mengikuti seleksi ini, tetapi mayoritas teman saya tidak tertarik dengan seleksi ini. Akhirnya hanya dua guru yang mengikuti seleksi, saya dan teman saya yang saat ini sudah diangkat menjadi pengawas.    

Motivasi saya mengikuti CGP adalah untuk mengembangkan diri, menggali potensi, dan meningkatkan kualitas diri dengan harapan apa yang saya lakukan berdampak pada murid dan sekolah saya. Sebagai guru dan sebagai orang tua ada hubungan yang saling melengkapi yang pada akhirnya membuat saya ingin terus meningkatkan potensi yang ada dalam diri saya, mengupgrade ilmu sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat alam sehingga apa yang saya berikan pada siswa sesuai dengan perkembangan zaman. Sebagai orang tua, saya berharap bahwa anak saya harus dididik oleh guru yang baik dan memiliki profesionalitas dalam mendidik, sehingga anak saya bisa bahagia dan senang dalam belajar. Dari harapan saya sebagai orang tua, maka saya sebagai guru berusaha meningkatkan kualitas diri dengan mengikuti program yang dilucurkan oleh menteri pendidikan Bapak Nadiem Makarim dengan mengikuti test CGP.

Selanjutnya kesan saya saat mengikuti PGP, pertama hadir di Lokakarya Orientasi saya sedikit khawatir dan cemas karena sepertinya akan banyak tugas yang di deadline harus selesai tepat waktu, akan lebih banyak waktu untuk mengerjakan tugas memikirkan itu semua membuat saya stress, apakah saya bisa menyelesaikan tugas di LMS tepat waktu? Ternyata semua pikiran di awal saya salah.  PGP sungguh sangat menyenangkan, banyak hal yang di luar pemikiran saya, saya kira di PGP itu membosankan ternyata semua modul sangat menarik, banyak hal baru yang saya dapatkan dalam kegiatan belajar di LMS, bertemu dengan Fasilitator hebat, PP yang baik dan teman -teman CGP yang luar biasa. Bersyukur  bisa belajar dengan mereka semua. Dan yang terpenting adalah PGP ini mampu mengubah mindset saya tentang pendidikan, dan bagaimana mengimplementasikannya sebagai pemimpin pembelajaran bagi peserta didik.

Sebuah perjalan tentu tidak mulus begi.u saja, ada kendala yang dihadapi. Hanya saja bagaimana kita menyikapi kendala itu menjadi sebuah kekuatan. Kendala yang saya hadapi awal mengikuti PGP adalah kurang paham tentang IT. Semua kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring melalui LMS. Di LMS, memang tidak ada kendala berarti, tetapi saat harus menyelesaikan tugas yang harus diunggah di LMS, mau tidak mau saya harus belajar lebih mendalam lagi tentang Canva, Kine master. Selain itu, banyaknya tugas di sekolah ditambah tugas di LMS, bukan hal yang mudah bagi saya, terkadang harus lembur untuk sama-sama menyelesaikan tugas sekolah dan LMS, tetapi dengan dukungan teman-teman CGP dan beberapa rekan sejawat di sekolah alhamdulilah bisa diatasi.

Kendala yang paling saya ingat adalah saya sakit dan harus di infus, setelah dua hari anak saya ikut sakit dan harus opname di RSI Kalianget, padahal waktu itu harus praktik segitiga restitusi, tetapi saya sangat bersyukur karena semua itu bisa dilalui dengan baik dan saya bisa menyelesiakan tugas tepat waktu. Namun, banyaknya kendala bukan berarti membuat saya patah semangat, karena dalam proses PGP sungguh menyenagkan, saya enjoy dengan berbagai tugas yang ada di LMS, karena dalam belajar, ditemani teman, fasil, dan PP yang luar biasa.

Bagi saya semua modul sangat berkesan namun dari sekian modul yang paling berpngaruh terhadap diri saya pribadi yaitu di modul 1.1.  Di modul 1.1 ini adalah dasar bagi CGP untuk belajar bagiamana filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara. Dalam modul ini, diingatkan kembali apa tujuan pendidikan dan bagaimana seharusnya sikap guru terhadap murid. Dari sini, saya belajar bahwa seharusnya pendidikan itu berpusat pada murid bukan guru, seharusnya murid bisa nyaman dan bahagia dalam belajar sesuai dengan tujuan dari pendidikan menurut KHD yaitu “Menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya” (Dewantara, 1961:20).

Ada banyak rasa yang membuncah dalam dada, ketika saya membaca dan mendalami pemikiran  dari seorang KI Hajar Dewantara. Ada cinta, kasih sayang yang tiada batas yang menjadi dasar terlahirnya konsep pendidikan yang beliau cetuskan. Semakin menghayati  bagaimana beliau berjuang, perjuangan yang sungguh luar biasa. Demi pendidikan rela  keluar masuk penjara hingga akhirnya ketulusannya serta kegigihannya bisa kita rasakan untuk mengenyam pendidikan bahkan merdeka dalam belajar.

Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah  menuntun segala kekuatan  kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Hal menarik yang saya rasakan dari arti pendidikan adalah bahwa tujuan utama pendidkan adalah bagaimana seorang anak bisa selamat dan bahagia. Untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan tugas guru adalah menuntun.

Menuntun adalah membersamai anak, menyayangi, membimbing, memberikan kasih sayang sehingga anak bisa menemukan potensi dalam dirinya. Tetapi, yang saya lakukan selama ini masih sebatas mentransfer ilmu, memaksa mereka untuk bisa menguasai pelajaran atau kemampuan tertentu padahal mereka tidak bisa dibidang itu. Saya memaksa jagung menjadi padi, anggur menjadi semangka. Dalam tulisan KHD, sudah dijelaskan bahwa seorang anak adalah ibarat padi. Padi bisa  tumbuh bagus dan subur apabila disemai, dibuang hamanya, mendapat pengairan yang bagus, sinar matahari yang cukup serta pupuk yang berkualitas.

Tetapi tanaman padi ini, jangan pernah diharapkan menjadi jagung atau semangka. Artinya seorang berbakat dibidang masing-masing. Anak adalah manusia unik yang terlahir  sesuai kodratnya. Menemukan potensi yang sesuai dengan bakat minat anak adalah tugas seorang guru, sehingga anak bisa nyaman dan bahagia selama mengikuti proses pembelajaran.

Setelah mempelajari modul 1 sampai modul 3, banyak hal yang berubah dalam diri saya, jika selama ini saya menganggap bahwa guru adalah sosok yang paling tau tentang murid sehingga segala sesuatunya guru yang harus menentukan, tetapi setelah mengikuti PGP, saya menjadi tau bahwa saya salah selama ini, seharusnya murid yang menjadi pusat pembelajaran, guru hanya mmendampingi dan membersamai tumbuh kembang mereka dengan memberikan pelayanan yang terbaik. Guru harus menyadari bahwa setiap anak itu unik dan setiap anak itu hebat. Selain memberikan bekal tentang bagaimana menghamba pada murid, dalam PGP juga bisa membedakan bagaimana cara berpikir defisit dan aset. Bahwa dalam sebuah lembaga, jika semua personal di dalammnya berpikir aset maka dalam keadaan tersempit pun ada jalan keluar.

Dari perubahan yang saya rasakan, saya ingin mengajak semua guru yang masih belum bergabung di CGP untuk bisa mengkuti seleksi CGP. Mengapa? Jika semua guru memiliki konsep pemahaman KHD, saya yakin bahwa pendidikan di Indonesia akan menjadi lebih baik. Paradigma lama pembelajaran lebih mengacu pada pendidikan intelektual yang sempit. Pendidkan seharusnya bermakna lebih luas karena dalam pendidikan bukan hanya terbatas intelektual tetapi lebih mengacu pada pengembangan kepribadian, sikap dan keterampilan sehingga melahirkan pelajar yang berprofil pelajar pancasila yaitu beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, kreatif dan berpikir kritis.

Secara pribadi saya sangat mengapresiasi apa yang sudah dilakukan oleh Pak Nadiem, mengingatkan kembali pada kita semua tujuan dari pendidikan yang sudah lama dicetuskan oleh Bapak Pendidikan Indonesia, bahwa tujuan dari pendidikan adalah keselamatan dan kebahagiaan. PR besar bagi semua guru indonesia, sudahkah kita membuat siswa kita bahagia?? Untuk menjawab ini semua, PGP adalah cara solutif. PGP adalah

Program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran sehingga mampu mengembangkan diri dan orang lain, memiliki kematangan moral, emosi dan spritual, mampu berkolaborasi dengan orang tua dan komunitas, mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif.

Saran saya untuk pelaksanaa PGP ke depannya adalah lebih pada fasilitas pelaksanaan lokakarya misalnya kipas angin yang kurang memadai dan  toilet yang kurang bersih.

Setelah lulus PGP, saya berharap dapat membumikan ilmu yang sudah saya pelajari yaitu beroreintasi agar siswa bahagia, senang dan nyaman dalam belajar, menciptakan budaya positif, dan berkolaborasi dengan rekan sejawat agar tergerak bergerak dan menggerakkan menuju indonesia Hebat dan bermartabat.

*****

Mariyatul Qiptiya, S.Pd adalah seorang guru BK (Bimbingan dan Konseling) di SMP Negeri 1 Pasongsongan, Lahir pada tahun 1983 di Kab. Sumenep tepatnya di Desa Pasongsongan. Pernah belajar di Universitas Negeri Malang jurusan BK. Selain menjadi guru, dia juga

mengemban tugas sebagai Wakasek Kesiswaan di SMPN 1 Pasongsongan. Pernah menjadi Guru Inti pada tahun 2019. . Saat ini sudah memiliki 3 anak yang menjadi motivator bagi dia untuk terus belajar. dia memiliki hobi membaca dan travelling. dan ia berharap mampu menjadi agen perubahan dalam pendidikan minimal di sekolahnya.

“Belajar bersyukur dari hal-hal  yang baik di hidupmu, dan belajarlah menjadi kuat dari hal-hal buruk di hidup mu”

 

 

 

POSTING PILIHAN

Related

Utama 5916556254854411918

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item