Sajak-sajak Ajaz Elmazry,


Ajaz Elmazry,
merupakan mahasiswa pascasarjana UNISMA Malang. Dia merupakan alumni Pesantren Darul Ulum Prongpong Dasuk Sumenep. Saat ini menjadi pegiat Komunitas Ghâi' Bintang. Tulisannya sudah diterbitkan di beberapa antologi bersama, dan media-media cetak beserta online.



Jakarta-(an) Lebih Menggoda

Di tengah perbincangan yang cukup serius
Tiba-tiba kok sepertinya ada yang harus diurus
"Aku pergi duluan, mau ke Jakarta"
"Biarkan yang di sini menjadi urusan orang tua"
Semua suara menjadi sunyi
Bukan semua mengamini
Tapi sebagian mereka masih bingung mencari solusi

Waktu itu pagi memang tidak cukup cerah
Untuk sekedar menyeruput kopi saja belum ada gairah
"Sepertinya besok aku akan ke Jakarta"
"Di sana setiap hari bisa minum Fanta"
Keadaan seketika lahir harapan
Meski awalnya sempat terbesit keputus-asaan

Senja datang begitu indah
Tapi akunya ada di dalam rumah
"Aku harus memang ke Jakarta"
"Selain melihat senja, juga ingin menghilangkan derita"
"Tanggungjawab rumah biar ku titipkan pada tetangga"
Ucapan itu, kok bikin segar, ya
Serasa langsung ingin ketawa haha.. haha..

Tidur dulu, malam sudah menyediakan selimut
Gelapnya sudah janjikan mimpi-mimpi yang imut
"Tapi aku persiapan mau ke Jakarta"
"Biarlah, klo sudah sampai aku istirahat di sana"
Perkataan yang cukup tegar
Bagi seseorang yang batinnya sedang bertengkar

Ada apa dengan Jakarta?
Kok, orang-orang berbondong-bondong pergi ke sana
Di Jakarta ada toko kelontong
Katanya bisa menutupi yang sedang bolong
Ke Jakarta kerja jualan
Katanya hasilnya bisa beli perumahan
Kerja di Jakarta, katanya tidak perlu sekolah
Cukup waktu sebentar sudah bisa beli mobil mewah
Jadi Sultan di Jakarta itu katanya gampang
Cukup pulang, lalu bawa emas yang berbentuk batang

"Kamu juga mau ke Jakarta?"
Lalu, pendidikan anaknya gimana?
Anak bukan hanya tentang kecukupan materi saja
Ia butuh kasih sayang yang berlipat ganda
Ia perlu perhatian yang tidak hanya ditanya "Apakah uangmu masih ada?"
Anak butuh contoh perilaku
Butuh teman curhat saat otaknya sedang beku
Tidak cukup video call lalu ditinggal puluhan minggu

"Kamu juga mau ke Jakarta"
Lalu, bangun rumah untuk apa?
Bukankah rumah bukan sekedar tempat tinggal
Tapi ia juga menentukan jalinan rumah tangga berhasil atau gagal
Buat apa rumahnya megah
Tapi satupun tak ada yang singgah
Untuk apa hiasan rumah yang mewah
Jika yang menempati hanya para arwah
Rumah perlu penghuni
Perlu hubungan baik setiap hari
Berani bangun rumah berarti siap bertetangga
Siap bertetangga berarti jangan sampai semena-nena

Ah, Jakarta
Sungguh dirimu membuat banyak orang gila harta
Ah, Jakata
Sungguh dirimu yang menyebabkan banyak orang buta

Tambaksari, 11 September 2022




Sajak Manusia

Setiap orang bisa berpuisi
Tapi tidak dengan hati
Setiap orang boleh berkata-kata
Tapi tidak dengan cinta
Seseorang bisa meninggalkan
Tapi tidak dengan melupakan
Boleh jadi yang sudah pergi dibiarkan
Tapi selamanya kenangan tetaplah kenangan

Hubungan boleh putus
Ikatan bisa saja pupus
Karena manusia kodratinya emang akan terhapus
Kembali halus
Menyatu dengan bumi, hangus

Penyesalan jangan terlalu lama
Larut dalam sedih hanya menjadikan trauma
Tapi memaksakan bahagia justru semakin terluka
Hiduplah sekedar saja
Menikmati yang ada
Dan menjalani dengan lapang dada

Takdir apapun bentuknya
Tidak ada yang benar-benar membuatmu sengsara
Manusia tercipta tiada lain sebagai hamba
Hidup dan kembali hanya pada Tuhan sang Maha Esa

Masihkah puisi akan berhenti pada arti
Atau kata-kata sebatas omongan belaka
Teruskah cinta selalu berakhir dengan luka
Atau menutup air mata agar terlihat biasa-biasa saja
Kehidupan tidak sesederhana film di layar kaca
Meski kebahagiaan seperti terlihat nyata
Coba perhatikan aktornya dengan sekmasa
Bukan hanya manusia, tapi hewan, tumbuhan, dan alam raya

Kita punya akal, hewan tidak
Kita memiliki nafsu, tumbuhan tidak
Kita bisa mempertimbangkan,
dan lingkungan perlu dipikirkan

Mari saling jatuh cinta
Tidak usah gila dan membuta
Cukup beprilaku sebenar-benarnya manusia

Lalangon, 11 Agustus 2022





Emang Manusia

Setiap kali datang pasti tiba-tiba
Setiap kali tiba-tiba pasti mengejutkan
Setiap kali mengejutkan pasti bikin deg-degan
Setiap kali deg-degan maunya berujung bahagia
Tapi giliran disuruh mendekat kepada sang pemilik kebahagiaan,
Pasti bilangnya tunggu dulu bentar
Ah, jadi manusia kok ngambil enaknya sendiri

Setiap yang datang pasti untuk kita
Setiap yang untuk kita pasti takdir kita
Setiap takdir kita awalnya usaha kita
Giliran disuruh usaha malah ogah
Tapi nyatanya tidak mau yang datang berantakan
Ah, manusia emang sukanya menyalahkan

Jangan nanya kapan klo tidak pernah memulai
Jangan nanya dimana klo tidak pernah berjalan
Jangan nanya siapa klo tidak pernah berbuat
Jangan nanya berapa klo tidak pernah usaha
Hidup lengkap dengan kausalitasnya
Tak ada satupun kenyataan yang ditentukan abrakadabra
Semuanya adalah titik
Sebelum pada akhirnya membentuk garis

Doi.co Coffee, 08 Agustus 2022



Hujan dan Subuh


Jika hujan datang saat azan berkumandang
Tubuh-tubuh menjadi beku dan kaku
Alarm yang bunyinya menembus kamar sebelah
Kini harus sunyi lantaran diraba dimatikan
Suara-surau dan masjid menjadi tak terdengar lagi
Mimpi kembali panjang ceritanya
Meski tanpa alur tapi terasa sayang ditinggalkan

Hujan di waktu subuh bukan hanya sebatas air
Seakan selimut menjadi pilihan utama untuk menjadi kawan
Tak peduli apa yang sebenarnya harus tertunai
Kehambaan seakan melepas dari tubuh yang lemah
Jiwanya tenggelam bersama suasana yang menghanyutkan

Tidur...
Tidur...
Pagi masih lama
Kamu perlu menghangatkan tubuhmu lebih erat lagi

Apakah hujan di waktu subuh masih rahmat
Apakah subuh yang menggigil bagian dari kelemahan iman
Berperan di manakah setan saat itu

Hari kemarin,
Hari di mana subuh belum diguyur hujan
Keadaan dua rakaat masih tertunai dengan semestinya
Kondisi tubuh masih bergerak dari kamar ke kamar mandi lalu ke musala
Zikiran di surau terdengar jelas
Alarm ponsel betul-betul membangunkan
Tak ada yang kaku, tak ada yang beku
Tubuh bergerak, jiwa bergegas
Pagi seketika tiba
Aku sudah bersih dengan serobek senyum di balik untaian puisi
Diksi-diksinya sudah hampir selesai
Tinggal menunggu rakaat selanjutnya yang sunahkan

Tambaksari, 27 Oktober 2022



Masih Berjuang

Dingin yang cukup serius
Hujan menyapa sejak permulaan malam
Tak ada satupun cahaya
Kecuali dua mata yang meraba mengejar cita

Jalan mulai terlihat licin
Orang-orang pada hati-hati menapakkan setiap kaki
Sungguh deras dan dingin
Payung hanya sebatas tidak basah
Selebihnya menggigil yang begitu sangat

Ah, dingin apa yang berlebihan
Menusuknya kok sampek ke perasaan
Kataku sembari memeluk badan sendiri
Andai kita sudah apa-apa
Dingin ini tidak akan begitu menyiksa
Kamar hanya tinggal luas tanpa cerita
Cahaya yang redup hanya menakutkan
Bukan mendesah malah teriakan yang melengking

Sudahlah, hujan akan segera reda
Tidur seranjang perlu etika
Tidur seranjang tidak cukup saling cinta
Dapur perlu asap agar kehidupan bisa berlanjut
Rumah butuh halaman agar mainnya tidak bosan
Mari terus berjalan
Sampai jumpa esok pada pelangi di penghujung musim

Pabian, 25 Oktober 2022



Mas

(1)
Bertemu dengan orang baik itu merupakan keniscayaan. Tidak semua orang mendapatkan kesempatan itu
Jika boleh memilih, bahkan ingin sekali berlama-lama
Tapi menjadi baik harus menyebar
Tidak cukup dia yang menginspirasi
Namun juga kamu yang harus terus termotivasi
Itulah mengapa orang baik adalah keniscayaan
Itulah sebabnya orang baik jangan disia-siakan

Kita boleh menentukan mau menerima atau berpikir yang bukan-bukan
Semua merupakan hak bagi yang menerima peluang
Tapi ingat, keberuntungan tidak datang secara sembarang
Boleh jadi saat ini menghampirimu secara cuma-cuma
Hadir di hadapanmu dengan tangan yang terbuka
Tapi tidak untuk esok, semua bukan mustahil untuk berubah
Segala hukum hidup tidak pernah bersifat terserah
Berani bersikap atau siap hidup terperangkap
Jangan sering main-main dengan yang sudah tiba
Tugas utamanya diselesaikan atau kamu ingin tersandera

(2)
Sore tadi yang ditemani gerimis
Aku begitu menyimak setiap diksi itu
Sungguh tatanan kalimat yang nyaris sempurna
Begitu indah menjadi puisi
Begitu nikmat saat dikaji
Perjalanan hidup yang ternyata tidak sembarang
Tumpah bersama kopi yang pahitnya menghitam

Terima kasih atas persembahan waktunya, Mas
Bukan hanya sebatas pelajaran tapi tuntunan

Malang, 22 Oktober 2022




Hujan yang Lain

Setiap kali hujan turun,
Setiap itu pula aku meratapi sebuah kenangan.
Bukan hujannya yang tidak membawa kebahagian,
Tapi di balik hujan aku pernah merasakan kesedihan.

Mari perhatikan baik-baik
Mengenang apa yang tidak mengundang air mata
Bukankah yang tertinggal memang luka
Jika manis, tidak mungkin menyayat hati
Jika gak papa, tidak mungkin seperih ini
Ini baru tentang hujan
Belum petir dan kekhawatirannya
Belum angin dan kabar buruknya
Belum banjir dan cerita yang menggiringnya
Sungguh hujan yang benar-benar pelik

Jangan reda, tangisnya masih menjadi-jadi
Tetangga sebelah tidak boleh ikut sedih
Biarkan hujan tetap menguatkan bagi mereka
Cukup aku yang menulis puisi ini di balik pintu
Selebihnya akan tersenyum
Pura-pura sedang tidak terjadi apa-apa

Pabian, 20 Oktober 2022


POSTING PILIHAN

Related

Utama 4237015284526908800

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item