Tahu Diri


Oleh Aprinus Salam

Sebagian besar dari kita menjadi orang yang berhasil di bidang kesukaannya masing-masing karena menerapkan apa yang bisa disebut sebagai tahu diri. Tahu diri di sini maksudnya seseorang yang sadar dengan keberadaan, posisi, dan kemampuannya, dalam kehidupan sosialnya. Karena tahu diri, sobat tersebut beraktifitas secara proporsional, mengena, konsisten, bahkan dalam berapa hal sistematis.

Kalau ada situasi sebaliknya, tidak jarang sebagian masyarakat mengatakannya, dasar tidak tahu diri. Pernyataan tidak tahu diri dimaksudkan sebagai pernyataan yang ditujukan kepada orang yang dinilai tidak berlaku sewajarnya, lebay, atau tidak mampu menempatkan dirinya secara proporsional selaras dengan norma dan nilai normatif yang berlaku di lingkungannya. Orang yang tidak tahu diri mungkin menganggap dirinya lebih penting, lebih hebat, lebih segalanya.

Kemudian, kita menjadi tahu mengapa sebagian dari orang yang tidak tahu diri mengalami hambatan atau kesulitan untuk lebih banyak diterima secara sosial, bahkan politik dan ekonomi. Namun, terdapat beberapa kemungkinan. Pertama, mereka yang tidak tahu diri memang sudah dari sono-nya. Sebagai akibatnya, mahkluk seperti ini mengalami banyak keterbatasan dan persoalan. Bahkan, kadang, dia tersingkir dengan sendirinya.

Jika kemudian ada resistensi dari pihak yang tidak tahu diri, berbagai konflik dan perseteruan dengan mudah terpicu. Ini salah satu sebab mengapa begitu banyak pertengkaran dan perkelahian kita saksikan di sana-sini. Masalahnya, banyak orang tidak tahu diri dan dia tidak tahu jika dalam keadaan tidak tahu diri. Akibatnya, berbagai benturan selalu terjadi.

Kedua, seseorang yang tidak tahu diri karena lingkungan. Pada awalnya, orang tersebut baik-baik saja. Takdir membawanya sukses menjadi orang. Setelah sukses, lingkungan sosial memuja dan memujinya kelewat batas. Mulailah orang itu tidak tahu dengan dirinya sendiri karena lingkungan memberikan porsi keberadaan diri secara tidak proporsional. Lingkungan menempatkan posisi orang tersebut di luar batas tahu diri.

Kasus seperti itu, sebagai misal, berbagai gelar yang tidak sesuai, dan orang tersebut dengan bangga menerimanya, bahkan menjadi cara tersendiri untuk meningkatkan keberadaan dan kekuasaan dirinya. Posisi-posisi kesuksesan ekonomi, dalam banyak hal, karena lingkungan mendukung, menyebabkan banyak orang menjadi tidak tahu diri. Situasi lain, hal kebodohan juga menyebabkan banyak dari kita menjadi tidak tahu diri.

Memang, untuk mendapatkan situasi tahu diri seolah seperti perlu memenuhi beberapa kaidah. Kita kadang dituntut untuk perlu memiliki pengetahuan dan kesadaran umum yang diterapkan secara konsisten, bahkan bersistem. Sebagai misal, dalam masyarakat ada yang mayoritas, sebaliknya minoritas. Keduanya berpeluang untuk menjadi tidak tahu diri jika situasi itu tidak ditempatkan dan diperlakukan secara tidak proporsional, apalagi kemudian dipolitisasi.

Kondisi dan situasi lain yang dihadapi adalah adanya konstruksi-konstruksi asimetris. Apakah itu terkait dengan adanya struktur kelas, gender, status, dan sebagainya. Secara prinsip, tentunya kita menolak itu semua. Akan tetapi, kenyataannya, situasi dan kondisi tersebut tetap kokoh dan menuntut seseorang atau sekelompok orang untuk menyesuaikan diri. Jika tidak mampu menyesuaikan diri (tidak tahu diri), akan banyak persoalan yang dihadapi.

Mereka yang tahu diri justru mampu mengelola situasi dan kondisi tersebut menjadi suatu energi dan kebaradaan yang positif. Mereka menyadari bahwa hidup ini memang dalam keberadaan yang tidak sama. Ada yang berkuasa dan yang dikuasai. Ada yang mayor dan minor. Ada yang dalam posisi seolah menang dan ada yang dalam posisi seolah kalah. Begitulah kehidupan terus berlangsung.

Orang yang tahu diri justru mampu menempatkan dirinya dalam batas ambang netralitas. Karena ada orang-orang yang tahu diri, maka batas mayor dan minor, batas kalah dan menang, batas antara penguasa dan dikuasai menjadi lebur. Hal yang kemudian terjadi adalah adanya penghargaan kepada orang tersebut karena mampu memaksimalkan dirinya untuk tahu akan kesejatian dirinya. Inilah bentuk kesuksesan yang perlu diraih. * * *

Tulisan ini telah terbit di KR, Selasa 30 Agustus 2022, dan dicopas dari akun FB Aprinus Salam



POSTING PILIHAN

Related

Utama 2643444827252196226

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item