Dari Kompetensi ke Kapabilitas



Djoko Saryono

Dalam jagat pendidikan tinggi dikenal tiga model pendidikan, yaitu apa yang dikenal dengan sebutan (1) model pelatihan, (2) model pengembangan profesional, dan (3) model pengembangan kapabilitas. Model pertama dan kedua sangat popular dalam pendidikan ala industrial, yang “mengeksploitasi” sumber daya manusia untuk tujuan reproduksi ekonomi melalui pendidikan. Landasan berpikirnya teori efisiensi social. Kurikulum pendidikan didesain berbasis kompetensi dengan rujukan utama kebutuhan pekerjaan pada area okupasi atau profesi tertentu. Dengan demikian, pendidikan menjalankan tugasnya dengan efisien karena cakupan kompetensi dalam kurikulum amat jelas, definitif, dan rigid.

Sebaliknya, model ketiga tidak menggunakan pekerjaan atau profesi tertentu sebagai rujukan utama pendidikan. Model kapabilitas menggunakan kekuatan potensial individu sebagai rujukan utama pendidikan. Orientasi pendidikan dengan model kapabilitas adalah pengembangan kapabilitas yang melampaui kompetensi. Praksis pendidikan di Indonesia sekarang, mayoritas mengikuti model pertama dan kedua, yaitu berbasis kompetensi, dan dominasi model pelatihan untuk menyiapkan pelajar sebagai calon pekerja.

Munculnya generasi baru, Gen Milenial dan Gen Z, seharusnya mengubah visi kurikulum pendidikan ala sekolah industrial. Kurikulum berbasis kompetensi dengan rujukan utama definisi pekerjaan (pekerjaan) atau definisi peran sosial mulai menurun popularitasnya. Makin banyak populasi Gen Z yang tidak mudah menerima peran tertentu – namun mereka ingin mengukir profesi dari identitas dirinya sendiri – telah mengubah orientasi belajar. Kebutuhan belajar berubah dari memenuhi cetak-biru profesi manusia yang diturunkan dari definisi peran sosial atau profesi tertentu tertentu bergeser ke aras pengembangan kapabilitas pelajar untuk menciptakan profesi yang berpusat pada keunggulan personalnya.

Selain itu, dunia profesi dan pekerjaan mengalami dinamika kehidupan yang tidak mudah lagi diprediksi yang mengakibatkan makin kaburnya definisi peran sosial. Banyak tempat kerja memberlakukan pekerja temporer atau pekerja kontrak, dan ke depan lebih banyak pengalaman berhenti dari pekerjaan yang satu dan ganti pekerjaan lain sebagai bagian dari karier pekerja. Ini gambaran mobilitas pasar kerja yang makin tinggi. Sebab itu, desain kurikulum pendidikan yang didasarkan atas prediksi peran sosial semakin tidak memadai. Keadaan ini makin menguatkan pentingnya kebutuhan perubahan orientasi pendidikan dari pengembangan kompetensi ke kapabilitas.

Kompetensi merupakan unsur penting dari kapabilitas. Namun, orang yang kapabel merupakan orang yang dapat berbuat secara efektif dalam konteks yang tidak diketahui atau masalah baru. Untuk bisa menjadi kapabel, orang membutuhkan pengalaman belajar yang berbeda dengan belajar kompetensi. Kemampuan belajar bagaimana cara belajar, nilai-nilai, kepercayaan diri, dan orientasi, misalnya, tidak dapat dicapai hanya dengan menggunakan pendekatan perilaku

Diangkat dari akun FB:     Djoko Saryono




POSTING PILIHAN

Related

Utama 6045001656098598474

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item