Sajak-sajak Jamal D. Rahman

Aku Takkan Mencarimu Lagi di rimba-rimba gelisahku, pencarianku akan terus menggelora. tapi aku takkan mencarimu lagi. sebab, aku tah...

Aku Takkan Mencarimu Lagi

di rimba-rimba gelisahku, pencarianku akan terus menggelora. tapi aku takkan mencarimu lagi. sebab, aku tahu kini: engkau bersemayam dalam tubuhku, berdenyut dalam nadiku, mengalir dalam darahku, tumbuh dalam rambutku, bahkan engkau berkobar di tikungan garis tanganku.
tapi setiap kali aku ingin menemuimu, aku tak menemukan diriku sendiri. maka aku pun sibuk mencari diriku sendiri, di gang-gang kotor, di jalan-jalan berdebu, di kampung-kampung kumuh, di desa-desa dan kota-kota. juga di mihrab paling sunyi.  dan ketika tiba di persimpangan itu, aku pun menangis: aku tak menmukanmu, karena aku kehilangan diriku sendiri....

2012

Bermain Air Rindu di Atas Kaca

kita bermain air rindu di atas kaca. kita bergenggaman. menghangatkan jam dinding  yang mendetak-detak di dada. malam pun bangkit dari jendela. tapi oh, tanganmu tak ada. jemarimu tak ada. maka aku pun menjelma beling, menajamkan waktu agar diam lebih malam lebih berdebur dibanding dadaku. dan ketika kita bermain air rindu di atas kaca ini lagi, dari bercak dzikirku pada tanganmu yang paling gaib, air mata akan membiru …
2012

Aliflammim Menetes dari Mataku

begini benar tanganku. beralif-alif siang menggapai tak jangkau, berlam-lam malam menderam tak sampai. bermim-mimpi-mimpi menjangkau tak gapai. aku pun merunduk: aliflammim tak henti-henti menetes dari mataku..

teIah kukirimkan suara angin ke pucuk-pucuk langit yang selalu menderai, sebagai sepi yang akan menyeberangkan tanganku ke jemarimu yang kekal. dengan suara angin itu, tanganku akan berhembus di sela jemarimu.

telah kuberangkatkan suara hujan dan pucuk-pucuk daun kemuning berair senja, menuju alamat tanganku yang gemetar di jemarimu. dengan suara hujan itu akan kukenal suara tanganku sendiri.

tapi kini tanganku masih remang. jemarimu masih rembang.

berapa alif lagi tanganku harus mengeja suara angin yang kian remang? berapa lam lagi tanganku harus mengaji suara hujan yang kian malam? berapa mim lagi tanganku harus menggapai sepi yang kian rembang?

tapi kau pun tahu: aliflammim yang tak henti-henti menetes dari mataku adalah rindu tanganku pada jemarimu yang kekal.

2011

Saat Engkau Merundukanku

Saat engkau merindukanku, Kekasih, lupakan bunga mawar yang pernah kupersembahkan untukmu. Sebab, di situ kau hanya akan menemukan garis-garis jariku yang merah tua. Kau akan kecewa, dan bara rindumu akan tetap menyala-nyala.

Saat engkau merindukanku, Kekasih, lupakan bunga melati yang pernah kurangkai untukmu. Sebab, di situ kau hanya akan menemukan bekas tanganku yang telah tua. Sekali lagi kau akan kecewa, dan bara rindumu tetap menyala-nyala.

Saat engkau merindukanku, tataplah mawar aliflammim atau melati thasinmin yang tumbuh dalam hatimu; tataplah mawar yasin atau melati thasin yang tumbuh dalam kalbumu bunga-bunga itu akan merekah oleh tatapanmu yang maharahasia. Diam-diam kau pun akan menyanyikan bunga-bunga itu dengan suara paling lirih yang hanya terdengar oleh suaramu sendiri. Dan di sela nyanyianmu, kau lihat aku dan engkau lenyap dalam kelopak bunga-bunga paling rahasia itu....

2015 

***

Puisi-puisi dan gambar diatas dinukil dari buku “Rubayat Matahari” kumpulan puisi Jamal D. Rahman (penerbi Majalah Horizon 2015)
***
Jamal D. Rahman, penyair, pemimpin redaksi Jurnal Sajak, dan redaktur Jurnal Kritik. Juga dosen sastra di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mantan pemimpin redaksi majalah sastra Horison ini adalah alumnus Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Sumenep, Madura dan kemudian IAIN (kini UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan kemudian FIB-UI.
Dia menulis puisi, esai, kritik sastra, masalah kesenian dan kebudayaan di berbagai media massa. Pria kelahiran Sumenep, Madura ini kerap diundang sebagai pembicara dalam acara-acara sastra di dalam dan luar negeri, antara lain Program Penulisan Majelis Sastra Asia Tenggara Bidang Esai di Cisarua, Bogor (1999), Seminar Kritikan Sastera Melayu Serantau, Kuala Lumpur (2001), dan Pertemuan Penulis Asia Tenggara (South-East Asian Writers’ Meet) di Kuala Lumpur (2001), Kongres Bahasa Indonesia VIII di Jakarta (2003), festival Poetry on the Road di Bremen, Jerman (2004), Kongres Kebudayaan Madura di Sumenep, Madura (2007), Kongres Bahasa Madura di Pamekasan, Madura (2008), Lokakarya Bahasa dan Sastra Membangun Generasi Muda, di Yogyakarta (2009), Seminar Nasional Sejarah Kejuangan Sultan Mahmud Riayat Syah, di Jakarta (2012), Seminar Antarbangsa Kesusasteraan Asia Tenggara (SAKAT) di Kuala Lumpur (2016).
Buku puisinya: Airmata Diam (1993), Reruntuhan Cahaya (2003), Garam-garam Hujan (2004), Burn Me with Your Letters (terjemahan Nikmah Sarjono, 2004), dan Rubaiyat Matahari (2015). Di samping diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, puisi-puisinya diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman dan Portugal. Dimuat juga dalam beberapa antologi, di antaranya: Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia (2000), dari Fansuri ke Handayani: Sastra Indonesia dalam Program Sastrawan Bicara Siswa Bertanya (2001), Horison Sastra Indonesia 1: Kitab Puisi (2002), Hijan Kelon: Puisi Kompas 2002 (2002), Poetry on the Road (2004), Poetry and Sincerity (2006), dan 60 Puisi Indonesia Terbaik 2009 (2009).
Di samping itu, dia adalah kontributor beberapa buku, di antaranya: Islam dan Transformasi Sosial-Budaya (1993), Romo Mangun di Mata Para Sahabat (1997), Tarekat Nurcholishy (2001), Ulama Perempuan Indonesia (2002), Reinventing Indonesia (2008), dan Gus Mus: Satu Rumah Seribu Pintu (2009).
Jamal D. Rahman juga menjadi (ko)editor lebih dari 25 buku, di antaranya: Wacana Baru Fiqih Sosial: 70 Tahun KH Ali Yafie (Bandung: Mizan, 1997), dari Fansuri ke Handayani: Sastra Indonesia dalam Program Sastrawan Bicara Siswa Bertanya (Jakarta: Horison, 2001), Horison Sastra Indonesia 1-4 (Jakarta: Horison, 2002), Kakilangit Sastra Pelajar (Jakarta: Horison, 2002), dan Horison Esai Indonesia 1-2 (Jakarta: Horison, 2003), Amin Sweeney, Pucuk Gunung Es: Kelisanan dan Keberaksaraan dalam Kebudyaan Melayu-Indonesia (2011).
Dia pernah menjadi redaktur jurnal pemikiran Islam Islamika (1993-1995), wartawan majalah Ummat (1995-1999), dan redaktur majalah sastra Horison (sejak 1993). Pernah pula menjadi ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakartan, dan kemudian Dewan Pekerja Harian Dewan Kesenian Jakarta (DPH-DKJ [2003-2006]).
Sejak tahun 2000, aktif keliling Indonesia dalam rangka pelatihan sastra untuk guru-guru bahasa dan sastra Indonesia SD, SMP, dan SMA. Aktif pula keliling Indonesia dalam rangka mendorong minat baca, menulis, dan apresiasi sastra di kalangan siswa. Dia telah mengunjungi sekitar 200 sekolah di 160 kota di seluruh provinsi kecuali Maluku dan Papua, dalam rangka acara Sastrawan Bicara Siswa Bertanya (SBSB).
Penerima Hadiah Sastra Mastera (Majelis Sastra Asia Tenggara), 2016. ***

POSTING PILIHAN

Related

Puisi Pilihan 868678829760979925

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item