Puisi-puisi Khairotul Imamah, IDIA Prenduan Sumenep
http://www.rumahliterasisumenep.org/2020/04/puisi-puisi-khairotul-imamah-idia.html
Khairotul Imamah, lahir di Sampit, 11 Desember , kini sebagai mahasiswi
Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan(IDIA) Sumenep. Sekarang
duduk di Semester: IV ( Empat ), Jurusan/Fakultas: Pendidikan Agama
Islam/ Tarbiyah. Aktif di Aliansi Jurnalistik Mahasiswa IDIA (AJMI ).
Hobi memnaca novel dan harapan hidupnya ingin jadi bisnis women. Dan
kini bertempat di Kapedi, Kecamatan Bluto Sumenep.
Aku Ingin Kembali
Terdiamku diujung ranting keresahan
Suara hembusan nafas saling berkejaran
Kucoba gapai cahaya kehidupan
Yang tersembunyi dibalik senyum sang rembulan
Dan gelapnya sang awan
Kini aku hanya bisa berangan-angan
Tuk memetik sebuah harapan
Yang tergantung dalam khayalan
Tuhan....aku ingin pulang
Keduniaku yang telah hilang
Kini jiwaku telah melayang
Namun ku tak ingin menghilang
Tuhan...ku ingin tetap bercerita
Pada dunia yang penuh derita
Tuhan..... izinkan aku kembali
Pada dunia yang telah menanti
Tuan Pena
Terdiam kau seribu kata
Berdiri kau diatas singgasana tinta
Tangan ini tak sanggup merangkul luasnya khayal
Yang terbentang membentuk sebuah garis kebingungan
Dalam untaian syair yang kurajut
Kau hanya memberikanku seulas garis tak bermakna
Hai Tuan......
Aku hanya seorang pelayan yang berenang dalam lautan mimpi
Berharap menemukan sebutir perhatian
Yang kau simpan dalam cangkang berbatu
Dalam luasnya pemikiranmu yang tak bertepi
Hai Tuan......
Izinkan aku mengetuk kerasnya tinta yang engkau genggam
Agar terbentang hamparan goresan nan mengagumkan
Senandung Taubat
Tertunduk ku di hadapanmu
Tersungkurku di atas sajadah rindu
Termenungku dalam sujud panjang
Teringat akan semua itu
Noda hitam itu
Pekat
Gelap
Dan sulit tuk dihapuskan
Berkali-kali ku mencoba
Kutuangkan air penyesalan
Yang ada hanya basah yang membuatku semakin menggigil
Ku percikkan busa-busa keikhlasan
Yang ada hanya perih yang menjadi-jadi
Dalam pencarianku yang tak menentu
Dalam perjalananku yang tak berujung
Ku temukan setitik cahaya
Ku dengar bisikan lembut di telinga
Innallaha ghafurur rahim
Lalu Ku dengar alam berkata
Innallaha yuhibbu at-tauwabiyna wayuhibbu al-mutathahhiriyna
Perginya Sang Tuan
Segerombolan gagak bersenandung
Menyanyikan lagu pilu yang menyayat hati
Awan hitam berkumpul
Diiringi hujan air mata
Petir menggelegar menyambut si tudung hitam
Derap kaki melangkah
Di selimuti kabut hitam
Kaca bening itu tak mampu lagi bertahan
Pecah
Lalu kemudian hancur
Ribuan derap kaki prajurit terisak
Menggotong singgasana sang tecinta
Menuju istana keabadiaan
Nasehat Alam
Dengarlah.....
Dengarkanlah suara itu
Suara dari dalam hutan gelap itu
Suara gaduh yang membuat teduh
Ketika angin berhembus
Bergulatan tak lagi bisa dilerai
Sorak sorai kemenangan
Terdengar dan menggema di seluruh hutan
Namun.....
Coba lihatlah.....
Semua tetap berdiri..
Tak ada yang terluka dan tak ada yang tumbang
Hai manusia.....!!!!
Belajarlah engkau dari alam...
Dari serumpun bambu
Yang saling beradu
Namun menghasilkan suara yang merdu