Sastra Madura; Kembali ke Rumah Asal

 oleh: Syaf Anton Wr


 Budaya merupakan ‘rumah asal’ atau ‘rumah eksistensi sejati’ sastra – yang acapkali ditinggalkan karena sastra ditempatkan ke dalam ‘rumah khusus’ dan kecil lagi sempit, padahal sastra digubah oleh sastrawan sebagai makhluk pencipta lambang budaya. Dalam konteks ini, sastra dapat dianggap sebagai ‘anak kandung’ budaya sehingga sastra dapat diperlakukan sebagai wujud budaya, dalam hal ini budaya simbolis atau sistem lambang budaya Keberadaan sastra merupakan sistem lambang budaya yang intersubjektif yang tidak pernah terlepas atau selalu terikat konteks dan proses dialektika budaya. Hakikat sastra bukan artefak atau fakta kebendaan semata, melainkan lebih merupakan fakta mentalitas atau fakta kesadaran kolektif budaya, karya sastra selalu maujud (manifes) dalam wacana yang dibingkai oleh episteme tertentu.

Dari pemahaman tidak perlu diragukan lagi bahwa peran sastra daerah dalam penguatan budaya Indonesia. Sastra daerah dan sastra Indonesia memiliki peran yang sama sebagai ‘rumah budaya’. Sebelum kelahiran sastra Indonesia, sebut saja tahun 1920-an, sastra daerah (sastra etnik) telah tumbuh dan berkembang sebagai ‘taman sastra nusantara’ yang berperan sebagai model for masyarakat Nusantara dalam berbangsa dan bernegara.

Akhiran

Media massa, khususnya dalam bentuk media cetak mempunyai peranan penting sebagai kontributor dalam mendukung kehidupan dan pengembangan karya sastra Madura. Sebab melalui media massa karya sastra Madura dapat dinikmati, diapresiasi, dan atau dikritik oleh khalayak pembaca, yang sekaligus mampu menciptakan kondisi dinamis dalam arena diskusi karya sastra.

Sastrawan maupun pelaku budaya seharusnya memanfaaatkan kemajuan teknologi media masa untuk menduniakan sastra dan bahasa Madura. Sastra Madura harus dikenalkan, diapresiasi dan dijadikan bahan renungan bukan hanya pada nilai kebudayaan, juga pada nilai kesejarahan. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya yang paling dekat dengan pihak masyarakat yakni disampaikan melalui media cetak, serta media lainnya selain media lisan, cyber maupun bentuk media lainnya.

Dalam kaitan itu, kehadiran sastra cyber juga membawa suatu inovasi baru dalam menduniakan sastra Madura. Dengan memanfaatkan teknologi informasi canggih dewasa ini, alih wahana yang dilakukan dalam kesusaastraan Madura dari buku atau bentuk fisik ke dunia virtual atau maya merupakan transformasi sastra.

Pada dasarnya karya sastra, apa pun medianya perlu mendapat perlakuan yang sama dari para pemerhati sastra. Polemik atau perbelahan terhadap kehadiran sastra cetak maupun internet hendaknya dipandang sebagai fenomena dan dinamika kehidupan kesastraan, yang sekaligus diperlukan format estetika yang menguntungkan perkembangan sastra Madura dalam kancang perkembangan sastra di Indonesia.


Tulisan berkelanjutan:
  1. Peran Media Cetak Terhadap Sastra Madura
  2. Bagaimana Perkembangan Sastra Madura?
  3. Media Cetak Menjadi Kebutuhan  Ideal
  4. Sastra Madura; Kembali ke Rumah Asal

Tindakan yang perlu dilakukan pada saat ini adalah memperlakukan jenis karya sastra apa pun secara adil. Kehadiran sastra koran, sastra buku, atau sastra elektronik seharusnya diperlakukan sebagai kekayaan sastra dalam perjalanan sejarah sastra di Indonesia. Dalam kaitan ini tentu posisi sastra daerah (Madura) perlu dan harus diperkuat lagi, karena ini menyangkut nilai kedaerahan dan indentitas keMaduraan.  Untuk formulasi pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Madura perlu dipertajam, karena formula ini terkait erat dengan gerakan literasi yang sekarang terus dikembangkan, baik melalui lembaga pendidikan maupun komunitas masyarakat lainnya.

Daftar Pustaka
  • Hutomo, Suripan Sadi. 1993. Mutiara yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastra Lisan. Surabaya: HISKI Komisariat Jawa Timur.
  • Sudikan, Setya Yuwana, dkk. 1993. Nilai Budaya dalam Sastra Nusantara Madura. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
  • Syaf Anton Wr. 2001. “Pembinaan dan pengembangan sastra Madura,” Makalah Sarasehan  Pemanfaatan Potensi Kebahasaan Dan Kesasteraan Daerah Dalam Rangka Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Daerah Di Jawa Timur, Balai Bahasa Surabaya, 20 Juni 2000
  • Syaf Anton Wr. 2001. “Pembianaan dan Pengembangan Bahasa Dan Satra Daerah Madura Di Era Otonomi Daearh,,” Makalah Seminar Nasional Bahasa Dan Sastra Daerah, IKIP Surabaya, 31 Agustus 2001
  • Syaf Anton Wr. 2002. “Menggali Puing-Pumimhg Sastra Madura Yang Tersisa,” Makalah Temu Sastra Campurdsari Frstival Cak Surasim, 20 Oktober 2002. Graha Pena Surabaya
  • Setya Yuwana Sudikan. 2001. “Peran ‘Sastra Daerah’ Dalam Penguatan 6 Kebudayaan Indonesia,” Makalah Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III, 27- 28 Oktober 2015.  Bandung
  • Sudikan, Setya Yuwana. 2015. Metode Penelitian Sastra Lisan. Lamongan: Ilalang.
  • Iqbal Nurul Azhar, 2011 Sastra Madura Potensi Budaya Yang Mulai Terabaikan.http://www.lontarmadura.com/sastra-madura-potensi-budaya-yang-mulai-terabaikan/ diakses 29 Agustus 2016, 20.10
  • Sun’an, 2008 Sastra Dan Media Cetak  http://citrametarum.blogspot.co.id/2008/11/sastra-dan-media-cetak.html. diakses pada 27 01 2010, diakses 29 Agustus 2016, 13.32
  • Sumenep, awal September 2016.

***

Disampaikan pada Seminar Regional Provinsi Jawa Timur, Balai Bahasa Jawa Timur dengan tajuk “Sastra Madura dan Media”  tanggal 21 September 2016 di STIT/STIA Al-Karimiah Sumenep, Jawa Timur

Tulisan berkelanjutan:
  1. Peran Media Cetak Terhadap Sastra Madura
  2. Bagaimana Perkembangan Sastra Madura?
  3. Media Cetak Menjadi Kebutuhan  Ideal
  4. Sastra Madura; Kembali ke Rumah Asal

POSTING PILIHAN

Related

Utama 2645906394320145782

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item