Peran Olahraga Tradisional dalam Pembentukan Karakter Bangsa

Salodor atau gobak sudur, bentuk permainan anak tradisonal yang juga sebagai kegiatan olahraga

Olahraga Tradisonal

Berbagai permainan yang hidup di masyarakat yang kita kenal sebagai olahraga tradisional, selama ini berkembang menurut apa adanya dan nyaris tanpa perhatian dari pihak pemerintah. Di perkotaan olahraga tradisional hampir punah, sedang di perdesaan mungkin sebagian masih hidup, tetapi diperkirakan sudah tidak intensif dimainkan oleh anak-anak kita.

Karena itu gagasan Bupati Pamekasan untuk mengangkat olahraga tradisional yang merupakan bagian dari budaya Madura guna disumbangkan bagi pengembangan budaya nasional, merupakan gagasan yang perlu kita dukung bersama.

Menurut Drs. Sumardiyanto M.Pd., yang dimaksud dengan olahraga tradisional adalah permainan rakyat yang hidup dalam suatu masya-rakat, yang telah mengakar, tumbuh dan berkembang, yang secara turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi. Mencermati batas-an ini, ada dua unsur penting yang perlu kita perhatikan.

Pertama, unsur permainan rakyat yang mengakar, serta tumbuh dan berkembang. Penggal kalimat ini mengacu pada pengertian bahwa permainan itu betul -betul hidup dan dimainkan secara meluas, serta dianggap sebagai milik masyarakat, tanpa mempersoalkan apakah permainan tersebut asli berasal dari lingkungan masyarakat tersebut atau mengadopsi dari luar. Unsur kedua adalah secara turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi. Pewarisan ini merupakan ciri penting dari sebuah elemen budaya. Berpijak kepada dua unsur tersebut, maka olahraga tradisional jelas merupakan elemen budaya.

Olahraga tradisional, sebagaimana olahraga pada umumnya, me-mang menekankan kepada aspek fisik. Akan tetapi banyak juga yang dikombinasikan dengan aspek spiritual atau dengan seni. Namun yang penting adalah bahwa olahraga tradisional mengandung dan menum-buhkan nilai-nilai luhur, seperti kepemimpinan, keberanian, semangat bersaing (competitiveness), kebersamaan, kekompakan, persaudaraan (friendliness), sportifitas dan kejujuran (fairness). Jadi fungsi pokok olah-raga tradisional ini adalah menanamkan, menumbuhkan, dan merawat nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan bersama masyarakat.

Olahraga Tradisional di Madura

Sebagai suatu etnis tersendiri orang Madura juga memiliki berbagai macam olahraga tradisional yang tumbuh dan berkembang secara turun-temurun. Warga Pamekasan yang seusia atau lebih tua dari penulis, dulu sering memainkan permainan ini dan masih mengingat beberapa jenis di antaranya. Akan tetapi pada akhir-akhir ini dengan terjadinya pergeseran nilai, banyak olahraga tradisional yang punah. Sebagai dampak dari kemajuan teknologi informasi di dunia, anak-anak kita sekarang diserang demam permainan elektronik, seperti PSP, game online dan lain-lain.

Sesungguhnya kalau diamati, permainan jenis ini mendorong mereka untuk menjadi orang yang selfish, yang individu-alistis. Di kalangan orang dewasa pun kita jamak menyaksikan bagai-mana orang yang duduk bersama-sama dan berdekatan, tetapi tidak saling berkomunikasi satu sama lain, karena masing-masing sibuk dengan handphone-nya sendiri-sendiri. Kondisi semacam ini disebut phubbing.

Olahraga tradisional ada yang memang lahir dari bumi Madura, tetapi ada juga yang diduga berasal dari luar seperti bal bekklen atau slodor. Di Jawa permainan slodor disebut gobag sodor yang konon diduga berasal dari Inggris yaitu go back through door. Ditilik dari strata asalnya, ada permainan yang berasal dari masyarakat awam (oreng dhume') dan ada yang diduga berasal dari keraton, seperti dhako. Permainan tradisional rata-rata bersifat keolahragaan atau ketangkasan. Akan tetapi ada juga permainan yang diiringi lagu mainan anak-anak (jhung-kejhungan, dolanan) seperti larlar-kolarjhang, ka'-seka'an/ta' ceret ta' cendhul, ju'-taeju' dan lain-lain.

Sifat Olahraga Tradisional

Olahraga tradisional banyak macam dan kemanfaatannya yang meli-puti aspek-aspek seperti:

  1. Rekreatif, mengisi waktu senggang atau menghilangkan kejemuan (killing time), seperti dhako, simbar.
  2. Mengasah keterampilan seperti leker, pentheng, bal bekklen, kekean.
  3. Mengasah ketangkasan, kekuatan fisik, bahkan kesaktian seperti ojhung, okol, tenjhak, eccuu.
  4. Mengasah keberanian seperti tek-etegghan, bhintheng
  5. Mengasah kerja sama dan kekompakan seperti slodor, ecuu.

Ditilik dari kepesertaannya, ada beberapa jenis permaianan yang dimainkan secara individual seperti capi', leker, kekean dan lainnya yang arahya mengadu keterampilan. Tetapi banyak permainan yang beregu seperti slodor, eccuu, bhintheng. Di sini diutamakan kekompakan, kerja sama, adu siasat, dan kebersamaan.

Yang menarik adalah dalam mengadakan undian untuk menentukan pasangan atau siapa yang berhak untuk mulai main duluan. Kalau peserta dua orang/pihak, dilakukan sud, yang diiringi kata-kata:"Sud-dhaddhi". Kalau tiga sampai lima orang dilakukan hoompimpa, yang diiringi kejhung: "Hoom-pimpa, la-ila homm-pimpa" Kalau lebih dari lima, maka dilakukan jumprit yaitu semua mengacungkan jari di bawah telapak tangan Pimpinan permainan yang menelungkupkan telapak tangannya. Pelaksanaannya diiringi nyanyian yang, liiriknya: "Jumprit lang-aling kercet, karomang mangku', tabbhuwan bhuttong".

Demikianlah gambaran mengenai keberadaan olahraga tradisional di Madura khususnya Pamekasan. Jumlahnya banyak dan beragam, tetapi sayang banyak yang sudah punah.

Pungkasan dan Usulan

Menyimak uraian selintas tentang keberadaan olahraga tradisional di lingkungan kita, kiranya kita sepakat bahwa olahraga tradisional banyak kemanfaatannya dalam mendukung pembentukan karakter bangsa dan generasi sehat di masa depan. Banyak di antara permainan itu yang masih layak dimainkan, tentunya dengan modifikasi dan penyesuaian agar lebih menarik. Pada sisi lain kita juga menyadari bahwa karena berbagai hal, tidak semua permainan laku, dalam arti diterima masya-rakat pada saat ini, sehingga banyak yang memang perlu dibiarkan aus bahkan punah.

Sementara ini memang ada beberapa pihak yang berupaya menghidupkan kembali beberapa jenis permainan ini seperti slodor, tinjak, pe-sapean, eccuu dan beberapa jenis lainnya, akan tetapi kegiatan tersebut bersifat sporadis, tidak terprogram dan tidak berkelanjutan.

Berkaitan dengan hal tersebut, kiranya forum ini perlu untuk menyepakati bahwa perlu dilakukan revitalisasi terhadap olahraga tradisional. Masyarakat bersama pemerintah kabupaten perlu menin-daklanjuti perhatian Bupati Pamekasan ini, dengan Disporabud berdiri sebagai garda depan. Langkah-langkah yang perlu diambil sebagai berikut:

  1. Melakukan inventarisasi terhadap berbagai olahraga tradisional yang pernah hidup di lingkungan kita.
  2. Melakukan pembakuan terhadap berbagai permainan tersebut, menyangkut aturan main, kepesertaan, lamanya waktu bermain, teknik penilaian, dan lain sebagainya. Dalam pembakuan ini apabila dipandang perlu, diadakan modifikasi disesuaikan dengan kondisi saat ini.
  3. Melakukan seleksi, jenis-jenis permainan apa saja yang masih menarik untuk dimainkan dan mana yang memang perlu dibiarkan aus.
  4. Langkah akhir mengadakan sosialisasi terhadap permainan yang disepakati terpilih untuk dikembangkan.

Demikianlah sejumput informasi guna membahani seminar ini. Semoga bermanfaat.

*) Disampaikan dalam Seminar dalam rangka Pelantikan FORMI pada tanggal 18 Desember 2013, bertempat di Pendopo Agung Ronggo Sukowati, Pamekasan.

(Konyè' Ghunong: Perspektif Budaya dalam Pemerintahan,  Dr. Kadarisman Sastrodiwirdjo, M.Si)

POSTING PILIHAN

Related

Utama 6670080500143291290

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item