Pesona Kaisar Victorio dan Jumpa Artis Radio Suzana

Kaisar Victorio

Catatan Jurnalistik Amang Mawardi

Mekanisme sistem perwakilan di Pos Kota memudahkan wartawan untuk beraktivitas sesuai bidang dan pos yang diembannya. Ada pos kriminal, pemkot dan pemprov, legislatif, yudikatif serta masih beberapa lagi.

Kalau para koresponden yang jumlahnya 7 orang di Surabaya sudah bikin berita, sekira jam 3 sore banyak yang pulang. Malamnya ada yang balik ke kantor, ada juga yang tidak. Toh sudah ada sistem piket malam.

Biasanya kalau saya pulang jam 3 atau 4 sore, saya tidak langsung tidur, tapi nyetel radio, rileks sebentar setelah 'kloyongan' setengah hari mendatangi beberapa pos tempat dimana saya mencari dan menggali berita.

Secara tidak sengaja, jarum radio transistor berhenti pada 'titik gelombang' yang mempercakapkan dialog-dialog kocak, Suroboyoan, merakyat, alami, yang sesekali diselingi dengan 'sound audio' orang tertawa terkekeh dan terbahak-bahak.

Ternyata dialog-dialog ini muncul dari Radio Suzana.

Sebetulnya 'sound audio' suara orang tertawa ini sudah sering saya dengar yang keluar dari radio transistor di warung-warung maupun rumah-rumah penduduk di kampung-kampung.

Namun, ketika saya kesasar gelombang di Radio Suzana, dan dialog-dialognya telah menyihir saya, maka tak dapat melepaskannya jika saya pulang dari kantor pada sore hari.

Baru kemudian saya paham, siaran kocak tersebut muncul dari dua mata acara, yaitu Trio Buluru (Bunali, Lumut, Rukem) dan Kerajaan Antah Barantah dengan Kaisar Victorio-nya.

Kalau tidak salah, dua mata acara ini berlangsung dua jam secara berurutan, dari jam 3 hingga 5 sore.

Pada akhirnya daya sihir dengan muatan sarat lucu ini, menjadikan saya mendatangi Radio Suzana di Jalan Taman Apsari untuk melengkapi laporan tangkapan telinga saya guna mewawancarai pengasuhnya, yang ternyata adalah Achmad Afandi.



Sebenarnya sudah saya kenal lama, tapi tidak secara pribadi -- saat penyiar ini menjadi MC pada Lomba Deklamasi yang diselenggarakan Radio Suzana, dimana saat itu masih berstudio di kawasan Kapasan.

Bayangkan, nama 'Buluru' saja sudah demikian unik: Bunali, Lumut, Rukem.

Bunali, mungkin kita sudah pernah mendengarnya. Tapi Lumut dan Rukem sebagai nama orang, rasanya saya belum pernah dengar. Kecuali 'lumut' sebagai tumbuhan purba dan 'rukem' sebagai buah kecil itu.

Sesudah wawancara pertama dan dimuat di halaman Jawa Timur, selanjutnya disusul pemuatan berita-berita lainnya seputar aktivitas Radio Suzana yang unik ini.

Kadang berita yang saya muat tidak berdasarkan wawancara, tapi me-review siaran dua mata acara itu yang tema-nya saya rasakan menarik.

Pernah setelah pemuatan di Pos Kota --dimana bukti pemuatan lantas saya serahkan ke salah satu personel Suzana pada pagi hari-- Achmad Afandi yang berperan sebagai Kaisar Victorio nyeletuk pada siaran langsungnya: "Cak Amang dicari Koh (saya lupa nama Tionghoa ini, karena peristiwanya sudah berlangsung 40 tahun lalu), mau dikasih angpao... "

Tentu saja saya menganggap ini bagian dari guyonan Achmad Afandi dari siaran mata acara yang diasuhnya itu.

Pada siaran selanjutnya, soal guyonan angpao ini sesekali masih disinggungnya.

Btw, saya sudah lupa nama Tionghoa Pak Bambang Samiaji 'owner' Radio Suzana tersebut.

Suatu hari ada Rafika Duri di Radio Suzana. Saya seperti biasanya, hadir jika ada jumpa artis yang digelar di halaman radio tersebut yang biasanya mbludak hingga depan petilasan Jogo Dolog.

"Cak Amang sampeyan dicari Koh... Beliau ingin ngobrol dengan Anda." kata Achmad Afandi di sela jumpa artis Rafika Duri dengan pendengar itu.
"Ya, Sar (saya sering menyebut julukan pendek ini, dari penamaan Kaisar Victorio)" kata saya.

Lantas Pak Bambang Samiaji yang ganteng ini saya temui di ruang tengah. Kami ngobrol gayeng. Rupanya sudah disiapkan amplop.

Selesai ngobrol, amplop diserahkan saya dengan cara sopan. Namun, saya tolak dengan halus.

Trio Buluru dan Kerajaan Antah Barantah terus memikat saya. Dan pada akhirnya radio ini telah menjadi salah satu pos saya.

Mungkin ada dua kali saya menolak amplop pemberian Pak Bambang Samiaji.

Suatu hari saya diberi job oleh beliau untuk motret gedung di Jalan Tunjungan yang baru direnovasi yang ada di dekat Fuji Film. Kalau tidak salah gedung itu Bank Umum Nasional.

Untuk keperluan ini saya dipinjamkan lensa jarak jauh milik Eko Wienarto oleh Arifin salah satu koresponden Pos Kota.

Selang kemudian, saya baru 'ngeh' bahwa job motret ini adalah cara Pak Bambang ngasih duit saya. Perusahaan sebesar Suzana yang juga menangani bisnis periklanan, bukan perkara sulit membayar profesional yang jauh lebih ahli dibanding saya.

Tentang kelucuan Achmad Afandi yang pada kemudian hari anggota DPR 2004 - 2019 dari PAN ini, saya ceritakan kepada sahabat saya Toto Sonata.

"Kaisar itu memang lucu dan cerdas!" kata Toto yang wartawan dan penyair ini.

Lantas Toto bercerita:
Saat itu di tahun 1981 tengah berlangsung Festival Film Indonesia di Surabaya. Dalam siaran langsungnya, seorang cewek yang diwawancara mengatakan bahwa pada festival itu dia melihat banyak artis top.

Roy Marten ada? Ada!
Sophan Sophiaan ada? Ada!
Widyawati ada? Ada!
Wonokairun ada? Ada!

Lho, emang Wonokairun itu bintang film ?

Baru dia sadar masuk "jebakan" Kaisar Victorio.

Cewek tadi spontan bilang: O...gak ada!

Wonokairun adalah tokoh rekaan beken dalam mata acara Kerajaan Antah Barantah.

Pada saat Radio Suzana ulang tahun, diadakan sangat meriah di Balai Budaya Mitra, kompleks Balai Pemuda, dengan berbagai lomba dan show artis-artis top.

Baru kali ini saya kagum dengan penampilan Grace Simon yang memiliki skil vocal dan aksi panggung demikian hebat. Biasanya saya hanya mendengar melalui pita kaset dan televisi.

Pada acara itu saya kebagian jadi salah satu juri, kalau tidak salah juri Lomba Ibu-Ibu Gemuk atau Lomba Ibu-Ibu Berkebaya.

Saya berharap setelah acara selesai ada honor sebagai juri. Ternyata tidak ada. Sampai beberapa hari saya tunggu, tidak ada panggilan.

Suatu hari saya ketemu M. Siradj wartawan Jawa Pos yang juga juri lomba lain di acara
ulang tahun radio tersebut.

Lantas Siradj saya tanya soal honor sebagai juri.

Dia jawab: "Aku diberi, Mas. Akeh (banyak) !" sambil memperagakan ibu jari yang didekatkan jari telunjuk sebagai tanda ketebalan (duit).

Perkara jumpa artis dengan penggemar, Radio Suzana memang jagonya.

Kali ini yang hadir Dian Piesesha artis bersuara tinggi tapi tidak pecah. Penyanyi yang di bawah hidung terlihat kumis tipis itu, lagi digosipkan dekat Dirjen Radio Televisi dan Film.

Saat itu Dian belum tampil di panggung kecil di halaman, masih di ruang depan studio. Ada beberapa wartawan sedang mewawancarainya.

Saya ada di ruang tengah, ngobrol dengan Pak Bambang Samiaji.

Di tengah obrolan itu, tiba-tiba beliau keluar dari konteks.
"Coba lihat tas Anda, isine opo ... ".

Saya agak heran dengan pertanyaannya.

Lantas resleting tas, saya buka. Selanjutnya dalamnya tas dilongoknya. Tangannya dimasukkan, terus memegangi tustel saya, membolak-balik buku-buku dan notes dengan tangan masih di dalam. Di situ ada juga sisir. Kemudian menutup dengan cepat resleting tersebut.

Dari ngobrol dengan Pak Bambang, saya pindah ke ruang depan memotreti Dian Piesesha. Tapi peralihan suasana ini disertai kecamuk pikiran, jangan-jangan Pak Bambang meninggalkan sesuatu di tas saya, Ya, amplop mungkin!

Dari Suzana saya tidak kembali ke kantor, tapi langsung pulang.

Saya penasaran. Di Jalan Embong Wungu di bawah pohon tanjung dekat kantor PLN, motor saya hentikan. Resleting tas cangklong saya buka. Isi tas saya aduk-aduk sebentar.

Terlihat amplop putih tebal tidak dilem, tertekuk jadi dua sisi. Buset! Banyak banget duitnya. Perasaan senang dan bimbang jadi satu.

Saya tidak balik ke Suzana, tapi muter ke Jalan Embong Gayam atau Embong Sawo (maaf, lupa) dan langsung ke arah barat. Pulang.

Istri tidak tampak. Masih mengajar.


Saya putuskan: amplop tidak saya kembalikan. Boleh jadi inilah salah satu dosa saya sebagai wartawan.

Beberapa hari kemudian saya berusaha mencari pembenaran, mungkin itu honor saya sebagai juri lomba di Balai Budaya Mitra tempo hari. 

_____

*** Amang Mawardi adalah wartawan senior, seniman, sastrawan, penulis dan telah menerbitkan sejumlah buku ***

 




POSTING PILIHAN

Related

Utama 7940465359847545802

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item