Minat dan Kemauan Membaca Menjadi Masalah Literasi

Anak-anak tingkat sekolah dasar sedang membaca di halaman sekolah

Di era digital, mematangkan kemampuan literasi sudah tidak bisa ditawar lagi. Peringatan Hari Buku Nasional ke-19 esok hari, menjadi momentum mawas diri bahwa budaya membaca masih harus diperbaiki.

Oleh Arita Nugraheni (Litbang Kompas) 

Setiap 23 April, dunia memberikan penghormatan pada penulis penting seperti Miguel de Cervantes, William Shakespeare, dan Inca Garcilaso de la Vega melalui momen simbolik Hari Buku Sedunia. Gayung bersambut, Indonesia turut merayakan Hari Buku dengan mengenang berdirinya Perpustakaan Nasional 41 tahun silam. 

Peringatan Hari Buku Nasional pada 17 Mei tak lepas dari peran Perpustakaan Nasional (Perpusnas) dalam menyumbang narasi penting perjalanan literasi bangsa. Perpusnas berupaya membangun budaya literasi sebagai fondasi masyarakat yang berkualitas. Peringatan Hari Buku Nasional menjadi momen untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya aktivitas membaca.

Kondisi literasi masyarakat Indonesia yang digambarkan dalam berbagai indikator telah menunjukkan perbaikan. Dalam hal penciptaan karya, Perpusnas mencatat peningkatan jumlah judul buku yang terbit tiap tahun.

Pada 2012, tercatat ada 20.691 buku. Di tahun 2020, jumlah buku yang didaftarkan mencapai 135.081 judul. Rata-rata terjadi penambahan 20 persen judul buku baru per tahun. 

Diversifikasi versus stagnasi

Peningkatan jumlah judul karya juga dibarengi dengan diversifikasi produk buku. Judul buku yang didaftarkan ke Perpusnas dapat diajukan dalam bentuk e-book, DVD, maupun audiobook. Hingga 12 Mei 2021, dari 49.717 judul yang diajukan, terdapat 55.508 international standard book number (ISBN) yang diterbitkan. Artinya, terdapat 5.000 lebih produk nonbuku yang dapat dinikmati dalam media yang berbeda. 


Diversifikasi memberikan manfaat lebih bagi sebuah produk. Buku, yang sejatinya hanya bisa dinikmati dalam media kertas, kini dapat dinikmati di berbagai media elektronik pembaca (e-book reader) atau bahkan didengarkan. Sifatnya yang digital juga memudahkan untuk dipertukarkan tanpa mengenal jarak dan waktu. 

Di tengah peningkatan jumlah karya dan keragaman produk pengetahuan, kemauan untuk membaca menjadi persoalan lainnya. Sebagai gambaran, data statistik Perpusnas mencatat adanya stagnasi jumlah pengakses buku melalui laman Perpusnas. Karakter pengakses juga cenderung homogen, yakni pelajar dan mahasiswa. 

Jumlah pengunjung Perpusnas secara daring sejak tahun 2015 hingga 2019 berada di kisaran 500-590.000. Di tahun 2020, jumlahnya justru menurun menjadi 253,7 ribu pengunjung. Keadaan ini juga terjadi pada jumlah terbitan yang diakses. Pada periode tahun yang sama, jumlah terbitan yang diakses berkisar di angka 300.000 terbitan per tahun.

Homogenitas karakter pengakses juga tampak dari latar pekerjaan dan jenis buku yang diakses. Subyek atau jenis buku yang paling banyak diakses terkait dengan pendidikan dan dunia medis, seperti ilmu kedokteran, nutrisi, dan kesehatan mental. Data ini menjadi gambaran bahwa membaca masih menjadi ”kebutuhan” bagi pelajar saja. 

Malas membaca

Membaca belum menjadi kebiasaan yang tumbuh dalam keseharian masyarakat Indonesia, meski Indeks Kegemaran Membaca (IKM) menunjukkan peningkatan. IKM mengukur frekuensi membaca, durasi membaca, dan jumlah judul buku yang ditamatkan. Pada 2016, IKM mencatatkan skor 26,5. Sementara pada 2020, angkanya naik menjadi 55,74. Meski demikian, capaiannya masih berada di kategori rendah.

Pulau Jawa menerima manfaat infrastruktur dan akses pendidikan yang lebih baik dari pulau lainnya. Sayangnya, rapor merah tak dapat dielak dalam pencapaian literasi di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.

Malas membaca akhirnya menganulir kerja-kerja lain dalam upaya meningkatkan literasi. Hal ini, misalnya saja, terlihat dari skor Indeks Aktivitas Literasi Membaca 2019 pada tiga provinsi di Pulau Jawa.

Di atas kertas, Pulau Jawa menerima manfaat infrastruktur dan akses pendidikan yang lebih baik dari pulau lainnya. Sayangnya, rapor merah tak dapat dielak dalam pencapaian literasi di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. 

Laporan Indeks Aktivitas Literasi Membaca 2019 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencatat, Jawa Timur berada di peringkat ke-26 dengan skor 33,19. Angka ini jauh di bawah rata-rata nasional sebesar 37,32.

Sementara itu, Jawa Tengah ada di peringkat ke-25 dengan skor 33,30 dan Jawa Barat di posisi ke-10 dengan skor 39,47. Ketiganya masuk dalam kategori literasi rendah. 

Temuan ini menjadi anomali di tengah keunggulan geografis dan infrastruktur provinsi ini dalam mengakses pengetahuan. Ketiganya mencapai nilai yang rendah dalam dimensi akses dan budaya. Di mana dimensi akses mencakup indikator kondisi perpustakaan dan ketersediaan bahan bacaan cetak. Sementara dimensi budaya mengukur kebiasaaan membaca, mengunjungi perpustakaan, dan memanfaatkan taman bacaan.

Dari sisi perpustakaan, ketersediaan di Pulau Jawa sudah mencukupi dan dalam kondisi baik. Data Statistik Pendidikan BPS tahun 2020 menunjukkan, hampir separuh (47,9 persen) perpustakaan berada di Pulau Jawa. Angka ketercukupan perpustakaan di setiap jenjang pendidikan di tiap provinsi juga mendekati atau di atas rata-rata nasional. 

Selain produksi, distribusi buku secara konvensional juga masih berpusat di pulau ini. Kompas melaporkan jaringan Toko Buku Gramedia telah menjangkau lebih dari 50 kota di Indonesia, separuhnya berada di Pulau Jawa. Tidak hanya Toko Buku Gramedia, Komite Buku Nasional juga mencatat jaringan buku lain, seperti Kharisma dan Gunung Agung serta penjual buku import seperti Periplus dan Book & Beyond yang menyasar warga perkotaan. 

Artinya, dimensi budaya menjadi beban berat bagi ketiga provinsi untuk mencapai skor literasi yang lebih baik. Kebiasaan membaca menjadi faktor yang nyatanya lebih sulit dikontrol dibandingkan hal yang kasatmata. Data ini menjadi cambuk untuk jangan lengah dalam belenggu budaya kurang membaca. 

Editor:nelitria na

Sumber: https://www.kompas.id/baca/metro/2021/05/16/kemauan-membaca-jadi-masalah-literasi

POSTING PILIHAN

Related

Utama 8378777286022928977

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item