Mewawancarai PSK Korban Pembiusan

Amang Mawardi (kanan)

Catatan Jurnalistik Amang Mawardi

Sejak kelas 2 di STM II (Kimia Industri) Surabaya, saya mulai menulis puisi di ruang sastra & budaya Radio Rajawali, Jalan Kacapiring nomor 5, Surabaya.

Musababnya, tertarik dengan teman sekelas yaitu Sunardi Rahardi anak pemilik rumah makan Srikandi THR yang puisi-puisinya hampir setiap Rabu malam dibacakan di Radio Siaran Swasta Niaga tersebut. Karya saya itu semacam puisi cinta-cintaan. Kaitannya, saat itu saya sedang naksir teman sekelas.

Sesudahnya, saya getol menulis puisi. Lebih-lebih setelah bergabung dengan grup diskusi sastra 'Sanggar 6 Januari '73'. Di situ antara lain ada Ismoe Rianto (Kopral Satu Polisi), M. Djupri mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia IKIP Surabaya, Toto Sonata (karyawan Tjokro Bersaudara), Suharmono K adik kelas M. Djupri di jurusan yang sama IKIP Surabaya, dan sejumlah sosok lainnya seperti Sam Rahmat anak penjual daging sapi dan Aryono Chandra yang bapaknya pengusaha percetakan.

Setelah lulus STM, saya bekerja di PT Wing On anak perusahaan pabrik rokok Wismilak di bagian (semacam) laboratorium dengan status buruh harian.

Setahun setelah bekerja di situ, kalau sore saya nyambi kuliah di AWS (Akademi Wartawan Surabaya).

Grup diskusi sastra ini setiap malam Minggu mengadakan pembahasan sastra (terutama cerpen dan puisi) di rumah kontrakan Mas Ismoe Rianto di kawasan Tambak Madu, Surabaya.

Tentang rumah Mas Ismoe, posisinya masuk ke gang sempit, setelah itu masuk ke gang lebih sempit lagi yang ukurannya sekira dua tubuh orang berjejer. Rumahnya kecil mungil, terbagi: kamar tamu sekira 3x3 meter, satu kamar tidur, dapur, dan kamar mandi 'sauplik'.

Tentu saat itu saya tidak berpikir macam-macam, dimensional. Malam Minggu adalah potongan hari yang senantiasa saya rindukan. Berdiskusi sesama teman pecinta sastra. Terkadang membacakan puisi masing-masing, lantas merekamnya dan memutar ulang, disusul dengan membahas bergantian. Sebelumnya didahului "bantingan" untuk membeli gula, kopi, dan jajanan.

Namun, selang puluhan tahun kemudian --lebih-lebih sekarang-- kalau ingat posisi rumah Mas Ismoe, lubuk hati saya seperti disaduk-saduk. 'Kok ada ya anggota polisi kesejahteraannya sangat sederhana begitu.' Bandingkan dengan kesejahteraan polisi sekarang.

Saat itu keluarga Mas Ismoe dengan satu anak perempuan.

Pada perkembangannya, Mas Ismoe sebagai polisi yang berkarier di Dinas Penerangan Polda Jatim, makin rajin menulis novel dan cerkak (cerita cekak) di majalah berbahasa Jawa 'Panyebar Semangat' dan 'Jayabaya'.

Sedangkan yang lain-lain, pada akhirnya: M. Djupri bekerja di Mingguan Mahasiswa (MM) sebagai redaktur, disusul Toto Sonata pada media tersebut sebagai jurnalis. Selang enam bulan kemudian saya ditarik sebagai koresponden di Harian Pos Kota. Ini tercatat pada tahun 1976.

Sementara Suharmono Kasiyun rajin menulis cerpen dan esai di Jawa Pos, Bhirawa, Surabaya Post. Sesekali membantu dosennya Pak Suripan Sadi Hutomo dalam penelitian-penelitian sastra. Bahkan pernah diajak menghadiri Hari-Hari Sastra di Malaysia.

Suatu hari, pada pagi awal, di paviliun rumah senior kami Ivans Harsono, di kawasan Koblen yang kami jadikan semacam kantor perwakilan Pos Kota, saya didatangi Ismoe Rianto.

"Ayo ikut saya. Ini ada berita menarik. Cocok kalau untuk konsumsi Pos Kota!" kata polisi yang hobi main badminton itu.

"Kemana? Berita apa?" desak saya.

Saya sudah lupa, saat itu saya dibonceng motor atau sepeda onthel ke arah utara.

Dalam perjalanan menuju sasaran, Mas Ismoe lantas menjelaskan lebih detil: "Onok 'balon' dibius, kalunge dipretheli... " Maksudnya: Ada PSK korban pembiusan. Kalungnya dipreteli, dibawa kabur.

Lantas kami memasuki kompleks pelacuran Bangun Rejo.

Setelah mencari posisi sebuah rumah bordil, dan menemukannya (posisi menghadap utara) oleh germonya kami dipertemukan dengan salah satu anak buah yang korban pembiusan itu.

Setelah muncul di kamar tamu: alamaaak !

Kalau untuk wajah mungkin tidak sangat cantik. Boleh jadi nilainya 7/10. Tapi bodinya, guys: 9/10 !

Kami ditemui hanya dengan mengenakan 'hot pant' dan baju yang lengan panjangnya sedikit ditekuk. Rambutnya sebahu dibiarkan terurai. Usianya saya taksir sekira 3 tahun di bawah usia saya waktu itu yang 23 tahun.

Cara menyampaikan kejadian yang dialami datar, hampir-hampir tanpa emosi. Pelan, bikin saya geregetan.

Saya lihat Mas Ismoe tenang-tenang saja saat mewawancarai. Saya yang blingsatan antara mengerem nafsu dan mencoba bersikap profesional. Sesekali melirik bagian pahanya.

Ringkasnya: PSK asal kabupaten Ngk ini diajak kencan oleh lelaki muda parlente, di kamar lantas ngebir yang secara sembunyi-sembunyi bir tadi dicemplungi obat bius.

Sang germo curiga, biasanya bangun pagi jam sekian, kok masih saja ada di kamar. Baru kemudian terkuak pembiusan itu, ditandai dengan hilangnya kalung di leher Mbak Hot Pant tadi.

Kalau Mas Ismoe Rianto sering mendapati berita-berita kriminal berbobot, itu disebabkan beliau dinas di Bagian Penerangan. Segala kejadian kriminal di wilayah Jawa Timur laporannya masuk ke Dinas Penerangan Polda Jatim.

Saat mengajak saya itu, Ismoe Rianto kalau tidak salah kontributor majalah Kriminalitas & Pencegahan. Atau Detektif & Romantika? Maaf, tidak ingat betul. Karena kejadian tersebut sudah sekitar 45 tahun lalu.

Kantor perwakilannya di Jalan Raya Praban, Surabaya, di sebuah toko buku.

Saya pernah diajak Mas Ismoe mengambil honor tulisannya. Cukup besar, langsung dibayar yang diambil dari dompet Pak Muhlis kepala perwakilan majalah dan pemilik toko buku tersebut.

Mas Ismoe sekarang tinggal di Madiun. Usianya 81 tahun. Masih rajin nulis novel dan cerkak. Sesekali masih main badminton.

Mbak Cicik istrinya sudah lama berpulang. Semoga dimuliakan Sang Khaliq...

____

*** Amang Mawardi adalah wartawan senior, seniman, sastrawan, penulis dan telah menerbitkan sejumlah buku ***


POSTING PILIHAN

Related

Utama 7016174160014699983

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item