Burung Puter Kreatif

 

Kisah M Sattar Syam

Saya termasuk penggemar burung puter. Walaupun sebenarnya tidak tahu faedahnya, hanya saya senang saja. Senang melihat sikapnya yang kalem, tidak liar, tidak cerewet, ya tenang-tenang saja di sangkarnya. Tambah lagi bunyinya aggung, tidak ada kesan cerewet.

Ada beberapa pendapat dari orang-orang luar biasa, misalnya, ada yang menyarankan agar kalau memelihara burung puter jangan kalah dengan burungnya. Burung puter tidak tidur malam hari. Dan memang iya, saya memperhatikannya malam-malam saya lihat di sangkarnya, matanya tak pernah terpejam. Tidurnya, biasanya, setelah maghrib sampai menjelang isyak. Setelah itu kayak tidak tidur lagi.

Asyiknya, pagi-pagi menjelang subuh, buka pintu rumah langsung disambut bunyi seekor burung yang diikuti yang lain, seakan mengisyaratkan untuk ke masjid ikut berjamaah. Asal tidak males saja (?). Pukul dua dini hari misalnya keluar lalu ke surau, biasa juga disambut dengan ramai. Yaaa tak ada sunyi. Subhanallah.

Pernah juga ada teman dari Batuputih (Kecamatan di Sumenep) , pagi pas sampai di halaman rumah, burung yang satu bersiul terus dengan anggungnya sampek siang tak juga berhenti. Sekitar pukul sebelas siang baru pulang, dan burung itu baru berhenti juga. Wah ... Saya pikir ...

Karena saya penyuka burung puter, saya siap memeliharanya dengan baik. Ada yang saya belikan korong gantung, ada korong legin, ada sangkar kotak dan lain-lain. Setiap pagi, siang dan atau sore saya memberinya makan dan juga terkadang dengan minumnya. Ini menjadi rutinitas. Dua tiga hari sekali membersihkan kurungnya. Bahkan memandikannya. Berlaku betul aqidah "Man ahabba syayan fahuwa 'abduh."

Namun ada satu hal lain tentang prinsip hidup burung yang perlu diteladani, yaitu sifat qanaahnya yang luar biasa. Burung tak pernah menyimpan makanan untuk besok. Biasanya, bangun pagi berangkat mencari rizki, sorenya pulang siap istirahat dengan kenyang. Selesai urusan. Hari ini ya hari ini, besok tergantung besok. Burungku pun tak banyak nuntut .

Pengalaman saya yang gawat. Beras jugung persiapan makan burungku hanya cukup pagi ini, siang atau sorenya tidak ada. Terpaksa saya cari pakan. Nanya ke teman-teman barang kali ada yang punya jagung mau dijual.

"Ada Pak!," kata teman saya yang ikut prihatin pada burung-burung saya itu,
"Tapi campuran. Kalau yang kecil-kecil semua khusus pakan burung, melarat," lanjutnya dengan semangat yang berkurang.

"Gak papa, yang penting jagung," saya memantapkan.
"Tetap saja dimakan bila lapar,”  

Alhamdulillah rizkinya burung. Pagi ini temanku datang mengantarkan jagung yang saya pesan. Besar-besar memang. Murah tentunya!

Langsung saja saya berikan ke burung-burung puter ini. Dari yang menunggal, berjodoh, sampai pada yang hidup kumpul bersama-sama di satu sangkar besar. Masing-masing saya hanya memberikan separoh dari jatah biasanya. Luar biasa! Langsung ludes dari jagung ukuran kecil sampai yang tiga kali lipat dari ukuran kecil habis. Maklum dari kemarin pagi.

Siangnya, langsung saya kasih porsi lengkap agar sorenya tak usah makan lagi. Saya pantau sekiranya bener-benar mau sama jagung jambo itu. Ternyata yang dimakan hanya yang ukuran kecil. Yang besar masih tersisa di tempat makan nya. Aih... berarti harus digiling halus dulu.

"Kasihan!" Pikirku.

Sorenya saya lihat lagi. Masih banyak tersisa. Besar-besar semua. Tapi tidak sebanyak tadi. "Ok! Saya giling besok ke Mas Rosi." Tekatku.

Tadi pagi saya rencana ke Mas Rosi untuk menggiling jagung pakan burung. Sebelum saya berangkat, saya koreksi lagi semua kurung. Eh ternyata sudah bersih semua. Tak ada jagung tersisa sedikitpun.

Eh, ternyata saya salah duga, salah pikir, salah tahu selama ini. Saya kira burung benar-benar bersifat qanaah, sebagaimana sering dijadikan contoh oleh guru-guru di sekolah. Ternyata tidak juga benar adanya. Burung ini justru gambaran sifat suka numpuk harta juga. Ternyata burung puter pun suka memakan yang tidak enak duluan, disimpan dulu yang baik-baik untuk dimakan besok. Kreatif juga!

Gagal saya menggiling jagung itu semua. Biarlah makan secara alami saja!

Diangkat dari akun FB M. Sattar Syam


POSTING PILIHAN

Related

Utama 3698659643050423305

Posting Komentar

  1. Ada kata yang cukup mencurigakan, "Burungku pun tak banyak nuntut." Bahkan butuh dituntun.

    BalasHapus

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item