Spirit Dokterandus Kartomarmo

 

Refleksi : Bagus Putuparto

epilog

Yogja-lah yang memperkenalkanku dengan estetika kesenian modern. Selain pendidikan formal dijurusan Teater ISI (1986), hampir 5 tahun nyantrik di sanggar sanggar teater serta ngangsu kaweruh pada seniman seniman besar di Jogja. Pengalaman sebagai anak panggung teater, membuat estetika pemanggungan yang bersumber pada naskah lakon, begitu kuat mempengaruhi proses kreatif saya pada penulisan cerita pendek dan puisi dikemudian hari. Suasana, irama, emosi, penjiwaan saat memerankan tokoh diatas panggung, sering berkelajat, bermunculan saat bertiwikrama menulis sastra. Alam bawah sadar yang mendominasi menjadi motor penggerak saat berkarya, sedangkan pikiran hanyalah memiliki tugas awal merangkai ide sebelum penciptaan. Dan tak usah kecewa kalau hasil akhir, mengalir mengikuti imajinasi yang berkembang.

: Adakadabra !

Bukan hanya estetika, Yogja juga memperkenalkan kearifannya. Hidup biasa biasa saja, untuk tidak gumunan, dan hidup sarwo prasojo. Meski dibalik goyon guyonnya selalu memunculkan dialektika yang satir. Dan itulah ciri orang Jawa, yang ingin mengangkat dirinya setinggi tingginya dengan cara merendahkan dirinya sampai rata dengan tanah. Maka lahirlah spirit Dokterandus Kartomarmo dalam diri saya, prajurit kecil yang berjuang dan bersiasat ditengah kedigdayaan para ksatria Pandawa. Tidak hanya dalam berkesenian, tetapi juga dalam menghadapi kehidupan lainnya.

: Amuk !

Sarjana Pulang Kampung, adakah yang salah? Ketika 30 tahun yang lalu bahwa setiap kelulusan sarjana dikemudian akan berprofesi sebagai pegawai negeri. Dan saya lebih memilih berpetualang dengan masa depan yang menisbikan finansial. Meski Max Arifin, meminta saya untuk bekerja di Taman Budaya Mataram, setelah lulus kuliah, karena di daerah itu sangat membutukan Sarjana Teater.

Mulanya penari Ben Suharto, waktu itu Kejur Teater ISI Yogja, tiba-tiba menari-nari sebagai media meditasi didepan saya, lalu berkata, sebaiknya saya ke Surabaya kalau tidak cocok bisa pulang ke Blitar. Dan benar saya melangkang ke Surabaya, berkesenian di Balai Pemuda, lebih tepatnya bergabung dengan Bengkel Muda Surabaya (1991).

Di Surabaya saya hanya bertahan 4 bulan, shock kultur dari Yogja yang sangat feodal masuk Surabaya yang sangat egaliter. Saya pulang ke Blitar dengan membawa dendam berkesenian. Saya iri dengan Anang Hanani yang menyutradarai drama kolosal 10 Nopember, lalu saya menggarap Drama Kolosal Pemberontakan Peta dengan Shodanco Supiyadi sebagai ikonnya. Demikian juga pada Aming Aminoedin yang membuat antologi Tanjung Perak yang hanya memuat penyair Surabaya dan sekitarnya, maka muncullah sentimen kedaerahan saya dan membuat barisan Sastra Pedalaman (1993)

Dendam-dendam itulah yang akhirnya melahirkan tonggak tonggak sejarah berkesenian di Blitar yang hingga kini diagendakan setiap tahunnya. Bersama Barisan Seniman Muda Blitar saya memulai merajut mimpi membuat oase berkesenian di Blitar, yang waktu itu belum tercatat dalam peta kesenian.

Spirit bergerilya Dokterandus Kartomarmo, kembali berkobar untuk membangun kantung kesenian. Mengkolaborasikan seni modern, seni tradisi dan roh nasionalis Bung Karno. Maka lahirlah gerakan kesenian yang sangat khas dan original. Diakui atau tidak, itulah titik nol berkesenian di Blitar dan kini lahirlah seniman seniman baru yang berekspresi pada jamannya.

Aku bukanlah panglima perang/Aku hanyalah si Kartomarmo penabuh bedug/ Kuhentikan memukul bila Dalang bertitah/ Kuhentikan langkah bila Imam berfatwa/ Aku hanyalah Kartomarmo/ Prajurit kecil yang berdiri di shaf paling belakang/ Meski menjawab aamiin/ Setidaknya ikut terbawa kapal besar berlabuh, saat akhir jaman nanti/ Ah Kartomarmo, telah kau titipkan nasibmu.

(Bagus Putu Parto, 2022)

Sumber: akun FB Bagus Putuparto 

POSTING PILIHAN

Related

Utama 6127974222187088584

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item