Perempuan Berambut Putih

 


 Cerpen: Lilik Soebari

 "Mas, dah malam lho. Kenapa ngak nginap saja?"

"Adikmu ini lho, pingin pacaran lagi katanya, mumpung terang bulan," jawab Bagyo terttawa memberi alasan kepulangannya sembari menunjuk May Yang ditunjuk menampakkan wajah cemberut.  . Meski telah berulang kali sang kakak mencegah tapi Bagyo tetap bersikukuh pulang malam itu juga.

"Mau jajal rute jalan baru, cuman satu jam." Ujar Bagyo seraya melihat HP ditangannya yang menunjukkan angka 21.45.

"Ngak usah khawatir, assalamualaikum."

"Waalaikum sslam, hati-hati," nada suara Miswan menunjukkan kekhawatiran dan baru melepaskan pandangannya saat Bison yang dikendarai Bagyo dan May menghilang di tikungan.

Setelah melewati area perkotaan jalanan menjadi sepi dan lengang. May yang merasa suasana jadi hening lalu bersenandung lagu lawas Ebiet G Ade

Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan
Sayang kau tak dufuk disampingku kawan
Banyak cerita yang meskinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan
Tubuhku terguncang di hempas batu jalanan
Hati bergetar menampak kering rerumputan
Perjalanan ini pun seperti jadi saksi
Gembala kecil menangis sedih

Bagyo pun mengikuti senandung May, suara keduanya sayup-sayup mengisi ruang jalanan berbaur dengar deru motor dan kesiur angin.

May benar-benar menikmati kesahduan malam yang dicahayai temaram  bulan yang berpendar dan cahayanya begitu lembut menyapa semua makhluk bumi. Hati May penuh dengan kebahagiaan melewati malam sahdu bersama suami tercinta.

Sebagaimana janji Bagyo ketika akan berkunjung ke rumah sang kakak, pulangnya akan mengajak May melewati jalan baru yang membentang sejauh sekitar lima puluh kilometer dan merupakan jalan yang membelah hutan menuju Bondowoso.

Motor yang dikendarai Bagyo melenggang dengan mulus  saat memasuki jalan baru. Jalan yang tersebut telah dilengkapi lampu jalanan sehingga area itu terang, namun akan menjadi temaram dan gelap karena jarak antara tiang lampu satu dengan yang lainnya agak jauh. Dalam perjalanan itu sesekali mereka berpapasan dengan kendaraan, baik roda dua mapyn empat. Namun yang banyak melintas adalah truk-truk besar dengan muatan penuh tertutup terpal

"Ngak sampai satu jam kita sampai, May," teriak Bagyo ketika merasakan tubuh istrinya menggelendot ketubuhnya.

"Jangan tidur," Bagyo memelankan gas kemudian tangan kirinya menggelitik perut May.

May tertawa kemudian nenggebuk punggung suaminya.

Jalanan semakin lengang.

Ketika nemasuki kawasan hutan May mempererat pelukan karena tiba-tiba saja  rasa takut mulai menjalar dan menyergapnya. Untuk mengurangi rasa  takut wajahnya disurukkan ke punggung suaminya. Bagyo menggeliat-geliat. Geli.

"May, gila kamu," teriak Bagyo mengimbangi suara deru angin dan raungan knalpot.

May tak peduli, kepalanya semakin bergerak ke kanan lalu ke kiri karena merasa geli. Seperti ada cicak yang merayap di punggung.

Konsentrasi Bagyio terganggu, motor yang dikendarainya sedikit oleng.

Tak lama terdengar teriakan Bagyo memecah keheningan malam karena hampir saja berbenturan dengan sepeda motor dari arah berlawanan.

Sesaat hening kembali. Bayangan lampu jalanan bergoyang-goyang ikut berkejaran dengan bayangan motor di sisi kiri jalan.

May kembali menempelkan wajah ke punggung Bagyo meski motor yang dikendarai hampir celaka. Pelukannya semakin dipererat.

May bergidik ngeri. Rasa takut mulai merayap kembali takkala merasakan punggung Bagyo yang hangat tiba-tiba dingin. Sangat dingin.

Pelan-pelan May melepaskan rangkulan dengan tetap memejamkan mata. Sejak awal keberangkatan sebenarnya May merasa keberatan ketika akan melewati jalan baru dan resmi dibuka awal lebaran . Namun Bagio tetap bersikukuh karena memperpendek waktu tempuh satu jam perjalanan.

Sejak melewati pertigaan yang ada dua pohon Nyamplong besar May merasakan hal yang aneh dan horor.

Konon, pohon yang telah berumur ratusan tahun itu tidak bisa di tebang ketika jalan baru dibuat. Tetap berdiri kokoh dengan angkuhnya.

Dan kabarnya, para penghuninya si makhluk astral tidak mau pindah rumah meski telah berbagai cara dilakukan oleh perusahaan maupun kontraktor yang mengerjakan proyek jalan tersebut.

Simpang jalan ini sebenarnya berada di pemukiman penduduk yang hanya ada sekitar enam rumah. Rumah para pencari kayu bakar. Karena pohon Nyamplong kembar itu tidak bisa di tebang, akhirnya para penghuni sekitar tetap mempertahankan dua batang pohon berdempetan tersebut tetap tegak dan lebih mengorbankan halaman depan rumah mereka untuk pelebaran jalan.

Dan bukan rahasua lagi setiap pengguna jalan yang melintasi area tersebut selalu merasakan aroma mistis yang sangat kuat meski siang hari,. Apalagi pertigaan yang sedikit serong  bagian lingkaran sisi jalan dari arah berlawanan adalah hutan bambu. Derit suara rumpun bambu yang saling bersahutan mampu mendirikan bulu roma.

"Mas," May kembali memeluk erat suaminya.

"Baca doa," Bagyo dengan suara nyaring membaca ayat kursi dilanjutkan dengan doa-doa yang dihafalnya.  May pun mengikuti dengan suara nyaring.

May kembali memejamkan mata takkala melihat ada tiga sosok bayangan di kendaraan yang melaju di sisi kiri. Ada perempuan berambut panjang berada dibelakangnya.

Tangan May mencengkeram kuat-kuat pinggang Bagyo. Dengan sembunyi-sembunyi mencermati bayangan yang menempel dipungungnya karena yang ia rasakan tak ada apapun. Hanya angin kencang menerbangkan ujung jilbabnya.

May bergidik ngeri ketika bayangan itu tiba-tiba berada di tengah-tengah keduanya disertai cekikikan. Bagyo merasakan bahunya sangat berat.

"May, jangan bergurau," Bagyo kembali berteriak karena kesakitan. Motor yang dikendarai oleng dan terperosok pada lubang menganga di tengah jalan.

Teriakan Bagyo dan May kembali memecah kesenyapan malam. Bagyo berteriak kesakitan karena tertindih motor besarnya. Sekuat tenaga mengangkat motor yang menindinya. Rasa sakit mendera sekujur tubuh.  Setelah berhasil melepaskan motor yang menindinya, dengan tertatih-tatih Bagyo mendekati May yang terlempar mencium aspal di pinggir jalan.

Namun ketika hendak menolong May, Bagyo melihat perempuan berbaju putih berambut panjang menyeringai dengan sorot mata merah menyala berada di samping May. Tawa cekikikannya merindingkan bulu kuduk.

Sesaat kemudian, badan perempuan itu melayang di atas tubuh May dan mengambang. Rambut panjangnya mengembang lalu helai-helai rambut putih panjangnya perlahan rontok menyelimuti tubuh tak berdaya itu.

"Jangan," teriakan Bagyo tertelan tawa perempuan hantu bermata merah menyala. Bagyo  terduduk dan hanya menatap dengan pandangan kosong. Namun kemudian Bagyo tersadar lalu mengumandangkan adzan.

Tubuh hantu itu melayang turun ketika tubuh May sudah terbungkus rapat serat berwarna putih. Hantu perempuan itu kembali menyeringai seraya menampakkan taring.

"Tolong, jangan ganggu istri saya. Tolong," Bagyo memohon dengan tubuh dalam posisi bersimpuh.

Tawa hantu perempuan itu kembali memecah keheningan. Bagyo kembali berteriak histeris ketika tubuh May tiba-tiba melayang tinggi dan semakin tinggi.

Tak lama kemudian dari arah depan terdengar derum kendaraan yang melaju sangat kencang serta sorot lampu menerpa tajam. Menyilaukan.

Dalam hitungan detik tubuh May yang melayang jatuh tepat di depan mobil berkecepatan tinggi itu. Terdengar bunyi gleduk dan teriakan Bagio tang sangat hosteris..

Karena merasa telah melindas sesuatu sopir mobil itu pun kemudian menghentikan laju kendaraannya. Sopir itu merasa sangat aneh karena jalan didepannya tadi tidak ada penghalang dan sepintas hanya melihat seorang laki-laki duduk bersimpuh.

Dan alangkah terkejutnya ketika di belakang kendaraannya ada tubuh perempuan tergeletak diselimuti rambut panjang, memutih. Laki-laki itu terpaku.

Dengan tertatih-tatih Bagyo mendekati May yang baru saja terlindas kemudian berjongkok di ssmping tubuh istrinya. Tangan.Bagyo bergetar ketika menguraikan rambut panjang putih keperakan yang membungkus tubuh May.

Sejurus kemudian Bagyo terloncat mundur ketika bola mata May terbuka. Sorot matanya merah menyala, dan lamat-lamat terdengar cekikikan tawa disertai seringai mengerikan.

Bagyo tersungkur

Sumenep, 22

POSTING PILIHAN

Related

Utama 6689807898523513961

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item