Kehidupan di Balik Layar Bahasa

oleh: Dwi Nur Laela Fitri*

Kehidupan manusia, memang tidak selamanya selalu indah. Alur kehidupan manusia beragam membuat pengalaman hidup merekapun juga berbeda. Banyaknya kejadian yang terjadi membuat manusia mulai merenung, dan mencoba untuk bercakap dengan keadaan melalui kreatifitas dalam dirinya. Dengan harapan dapat menghilangan kedukaan dan kepedihan dalam hidupnya. Didalam sebuah kehidupan, manusia juga banyak sekali mengalami adanya cobaan didalam hidupnya untuk menguji keimanan, ketabahan, dan juga keteguhan hati dalam menjalani semua cobaan hidup.

Inspirasi yang muncul satu persatu mulai menjadi karangan yang harmonis, dan menjadi satu rangkaian keindahan dalam bahasa. Sehingga menciptakan berbagai karya sastra yang sangat indah. Dibalik layar bahasa yang diciptakan oleh manusia tentunya memuat berbagai misteri dan rahasia kehidupan, yang menggoda bagi para seniman, sastrawan, atau bahkan penyair untuk mengulas misteri tersebut.  

Kumpulan puisi dalam buku Antalogi Puisi Dibawah Bendera Bahasa memuat berbagai kejadian dalam hidup, salah satunya pada puisi S. Didik. P. yaitu “ Jangan Tanya! ” sebagai contoh, bahwasannya didalam sebuah kehidupan terdapat rangkaian beribu-ribu bahasa yang diciptakan. Melalui kreatifitas manusia, maka lahirlah sebuah puisi yang didalamnya memiliki makna kehidupan yang mendalam, dan menjadi sebuah renungan bagi manusia. Dari sinilah kita dapat merasakan kepekaan sang penyair terhadap kehidupannya, sehingga ia dapat mengolah sebuah karya yang indah dengan maksud ingin menyampaikan sebuah pesan tersirat dibalik karya sastranya.

Jangan Tanya!
Tiba-tiba kaku,/ maut menjemput,/ mandi,/ dibungkus,/ disholatkan,/ dikubur,/ pikirkan,/ selesai?/ belum

Tangerang, 06 April 2021

oleh: S. Didik. P.


Pada puisi diatas merupakan wujud dari hasil karya sang penyair dalam mejabarkan sebuah kehidupan, dan pada puisi ini memiliki makna yang sangat dalam terutama bagi manusia. Makna dari puisi diatas memberikan kesadaran bagi manusia, bahwa urusan hidup manusia selepat meninggal dunia belum selesai, dan melalui puisi ini juga mengingatkan kepada mereka apa yang harus mereka lakukan selama masih hidup. Pada kata-kata yang terdapat pada bait puisi diatas, Didik nampak menjelaskan runtutan kejadian yang dialami manusia selama hidup sampai dikehidupan selanjutnya.

Namun masih terdapat kekurangan didalam puisi ini, yaitu diperlukannya pemilihan kata yang lebih menarik, metafota, atau simbolisme, untuk membuat puisi tersebut lebih hidup lagi. Jika menurut pewartaan, puisi ini sudah bagus, dan berhasil menjadi sebuah karya sastra yang indah dan mampu membuat perenungan bagi manusia untuk intropeksi diri, dan selain itu juga dalam menghadapi sebuah kehidupan, manusia juga harus dibekali dengan sikap sabar dalam menjalani rangkaian cobaan yang menimpa hidupnya, karena ujian hidup pasti akan selalu hadir untuk menguji tiap manusia. Dari sikap inilah yang nantinya menjadi bekal manusia untuk menghadapi kehidupan selanjutnya selepas dikuburkan, seperti pada puisi Hj. Sri Murjani, S. Pd., M.Si. yaitu “ Sabar ”.

SABAR

Ingin menangis?/ Putus asa?/ Kecewa?/ Patah hati?/ Marah?/ Hentikan semuanya/ Karena hanya akan membawa derita/ Yang akan merugikanmu/ Cukup diam/ Beristighfar/ Sholawat/ Agar istiqomah/ Walau berat tuk dijalani/ Jalanilah/ Semoga kemenangan dapat tergenggam

oleh: Hj. Sri Murjani, S. Pd., M.Si


Puisi yang berjudul “Sabar” ini, memandang kehidupan dari segi amalannya. Pada puisi ini lebih memfokuskan pada amalan ataupun sifat yang harus dimiliki oleh manusia ketika menjalani sebuah kehidupan. Mengingat perkembangan zaman yang semakin berkembang dan menjadikan banyaknya perubahan terhadap sifat manusia itu sendiri, Sri Murjani mengkomunikasikan melalui puisi “Sabar” ini. Kata tiap kata yang di tuliskan mengandung makna tersirat yang ingin disampaikan kepada para pembaca. Pada bait puisi tersebut, nampak bahwa puisi inilah mencoba untuk menguatkan dalam aspek sifat sabar dalam menjalani sebuah kehidupan. Tetapi ia menyadari pemilihan kata yang lebih fres untuk menyimbolkan bentuk dari sifat sabar yang menjadi topik dari puisi ini.


Dilihat dari kedua puisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa penguasaan tema yang memumpuni dari kedua penyair, menjadi satu kelebihan yang dapat menjadi kekuatan untuk membuka lebih leluasa dalam menghadirkan berbagai hal kaitannya dengan kehidupan manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat dan juga kondisi zaman yang sudah semakin maju yang membuat perubahan pada diri manusia. Walaupun terdapat beberapa puisi yang mungkin membosankan dan juga kata-kata yang rumit, setidaknya masih terdapat puisi-puisi
indah yang menarik, sederhana dan bermakna. Kemenangan sang penulis nampak pula pada teknik penyajian penulisan puisi yang disusun menjadi satu bait tanpa panjang lebar, singkat, padat, dan bermakna.

***

*Dwi Nur Laela Fitri, lahir di Banjarnegara 03 Januari 2001. Mahasiswi program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UMP yang saat ini tinggal di Desa Gembongan, Kec. Sigaluh, Kab. Banjarnegara. Ia dapat dihubungi melalui ig: dn_laelaf.

POSTING PILIHAN

Related

Utama 2860119542367160451

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item