Hari Ini Belajar Sejarah : Panggung Pembelajaran Alternatif yang Merdeka

Oleh: Hidayat Raharja*

Hari ini belajaran sejarah merupakan projek seni yang didasari riset terhadap Pangeran Trunojoyo. Sebuah spirit untuk mencari pengetahuan mengenai Trunojoyo. Hasil riset tersebut dipresentasikan dalam sebuah ruang representasi : Lectur Performance, Pertunjukan tari dan Pameran Seni Rupa. Pameran digagas Tanglok Forum dengan tempat dan subjek utama dari pertunjukan ini adalah SMA Negeri 4 Sampang. Pilihan tempat di SMA Negeri 4 Sampang merupakan pilihan yang menarik, karena SMA Negeri 4 berada di daerah yang agak jauh dari akses jalan umum dan jumlah murid yang sangat terbatas. Berbagai keterbatasan menjadi titik tolak untuk meretas dan memberdayakan peserta didik dalam pembelajaran sejarah. Murid-murid yang istimewa dengan berbagai keterbatasan dengan latar belakang persoalan yang menarik.

“Hari Ini Belajar Sejarah”, pertunjukan berlangsung tanggal 25 sampai dengan 27 Mei 2022, dari pukul 09.00 - 17.00 WIB. Pameran dengan kurator Samsul Arifin dan Dramaturg yang mendampingi partisipan Agung Wardana Elhafifi, M.Sn. Sebuah kerja kolaboratif yang melibatkan beberapa seniman partisipan, antara lain: Samsul Arifin, Hidayat Raharja, Deni Aji, Fadhil Sufina, Ibni Rokhi Alfarizi, dan Monica Wara Santi. Upaya untuk menjelajahi kembali Trunojoyo sebagai sentra dalam sejarah yang di dalamnya mengandung pengetahuan yang bisa dikembangkan dan direpresentasikan kembali. Maka upaya penjelajahan secara literer, investigatif, dialogis, dan eksplorasi memori organik menjadi salah satiu pendekatan baik secara biografis, geografis dan sosiokultural.

Seluruh proses dan sajian dari kegiatan ini sangat menarik, karena mereka mencoba menelusuri berbagai kemungkinan untuk mendapatkan data tentang Trunojoyo yang menjadi subjek penelitian mereka. Samsul Arifin dengan berbagai investigasi dan refrensi yang melengkapinya menjelajahi dari kemapanan negeri Maritim di Nusantara, keruntuhan Majapahit, Kagagahan pelaut Makassar dan perlawanan Trunojoyo. Samsul begitu detail dan kritis mengungkai kembali sejarah maritim di masa lampau. Kejayaan Mataram dan kongsi Amangkurat dengan Pemerintahan VOC yang mengakibatkan kesengasaaraan bagi rakyat Mataram. Kondisi yang membuat situasi resah dan Trojoyo melakukan perlawanan terhadap Mataram.

Dalam perkembangannya kejayaan Maritim di Nusantara telah menjadi sumber eksploitasi dengan berbagai peralatan tangkap ikan yang merugikan dan merusak lingkungan. Gugatan terhadap kondisi lingkungan laut dan pesisir dan mulai memunculkan dikotomi antara laut dan darat dan orang-orang di daratan merasa lebih maju dan penting dibandingkan mereka di laut. Tatapan yang selanjutnya memunculkan pertanyaan pentingkah mengusulkan kepahlawananTrunojoyo di saat dunia pendidikan terbengkalai, pun ketika pembangunan insfrastruktur merampas kesejahteraan petani? Sebuah pertanyaan yang patut direnungkan kembali atas semua ketidak paduan pembangunan yang berlangsung di berbagai sektor

Fadil Sufina menelusuri tentangTtrunojoyo di sepanjang jalan Trunojoyo sampang. Jalan yang dipenuhi pertokoan dan pedagang kaki lima. Sepanjang jalan yang dipenuhi dengan kesibukan ekonomi dan di dalamnya masih ditemukan kebersamaan antar pedagang; saling membantu, dan saling bergotong-royong dalam menjalankan usahanaya. Bagi mereka Trunojoyo hanyalah nama jalan, seorang tokoh atau pahlawan, atau banyak juga yang tidak tahu siapa Trunojoyo. Sebuah dokumenter yang mencoba memberi sudut pandang yang lain mengenai Trunojoyo. Bahwa sepanjang jalan Trunojoyo yang tidak mereka kenal telah berlangsung aktivitas ekonomi yang banyak membantu dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Ibni Rohi Alfarizi, berangkat dari ketidaktahuan terhadap Trunojoyo, ia mencari tahu dengan melakukan penelusuri lewat peramban google. Telusuran yang cukup menarik sehingga memunculkan sebuah bentangan kanvas yang terbuat dari kardus dan seperti mengungkapkan kembali penelusurannya. Menarik, dan seandainya bisa menampilkan visual pencariannya dari berbagai website dikemas ecara digital dalam screenshoot tentu akan sangat menarik. Sebuah pencarian yang sebenarnya lebih menarik saat Rohi menyampaikan alasan-alasan tentang karyanya. Dia jauh lebih menarik sebagai sebagai perfomer dari pada merepresentasikannya dalam gambar.

“Migrasi” karya Monica Wara Santi, sebuah pertunjukan yang berangkat dari persoalan-persoalan dirinya keluar dari rumah, upaya untuk mencari bagaimana ia keluar dari ketakutan-ketakutan yang disimbolkan dengan topeng yang menempel di wajahnya. Hal yang sangat menarik. Kesehariannya dari jalanan ketika lari dari anggota keluarga, sampai kemudian muncul keberanian (kesadaran) untuk menjadi dirinya yang mendiri. Pertunjukan Monica sebenarnya dimulai ketika pertunjukannya sendiri telah berakhir, karena direspon oleh Arung Wardana Elhafifi sebagai Dramaturg yang mendampinginya, dan Samsul Arifin sebagai kurator.

Prolog dibangun dari awal ketika Arung Elhafifi memasuki ruangan dengan mengendrai sepeda motor dengan mata tertutup, sebuah teka-teki berkecamuk dalam diri penonton. Sepeda motor yang kemudian dijadikan poperti dan piranti musikal yang mengiringi pertunjukan. Pertunjukan berlanjut setelah Monika usai menari. Arung mempersilakan Monica untuk merespon semua benda-benda yang dikeluarkan dari dalam tasnya. Sebuah representasi bahwa tidak ada lagi privasi yang bisa disimpan, semua terbuka, semua terbaca konteks yang ingin dilakukan Arung Wardana dalam sebuah pendampingi yang membuka seluruh persoalan sehingga semakin terbuka ruang eksplorasi penciptaan.

Pertanyaan—pertanyaan Arung menuntun Monica untuk merespon setiap benda dan permintaan. Pada saat yang sama Samsul Arifin merespon dengan mata tertutup pula dengan gerakan-gerakan yang menghentak dan membanting penuh kejutan. Sebuah interaksi yang tidak saling sambung, interaksi yang tunggang laggang sebagaimana menarasikan kehidupan sekitar yang tak tersambung antara yang satu dengan yang lain. Sebuah ketunggang-langgangan yang merisaukan dan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak selesai.

Deni Aji seorang musisi muda yang melakukan riset terhadap anak sekolah tingkat dasar sampai menengah. Riset yang semakin menguatkan asumsi bahwa mereka banyak tidak mengenal Trunojoyo. Tokoh Trunojoyo tidak ada dalam kurikulum sekolah. Karena Trunojoyo belum diakui sebagai pahlawan nasional. Namun Trunojoyo telah berjasa besar dalam memberikan kemanfaatan dirinya terhadap orang-orang sekitar dan rakyat yang dipimpinnya.

Mereka mengenal Trunojoyo sebagai pahlawan, nama jalan. nama sebuah taman di kota Sampang yang disebut Monomen Trunojoyo. Mereka tidak tahu apa yang telah dilakukan Trunojoyo, manfaat apa yang telah diberikan dalam cara berpikir dan bertindak sehingga melawan terhadap Amangkurat I berafilaisi dengan VOC dan semena-mena terhadap rakyat. Cara berpikir, bersikap dan bertindak, sebuah pengetahuan yang pantas untuk digali kembali disambungkan dengan kehidupan kiwari.

Monumen Trunojoyo, pendekatan dan cara belajar mengenal Trunojoyo kepada kaum milleneal, menyadarkan Deni Aji tentang arsitektur dan lanskap kota di masa lalu. Di setiap masjid ada alun-alun dan taman. Lanskap dan arsitektur yang menyadarkannya untuk mengubah hasil riset arsitektur, monomen dan masjid dalam sebuah suara musikal suara-suara yang mengingatkan pada ketegangan sejarah yang traumatik, berdarah, membosankan dan tak ada peluang untuk mempelajarinya dengan cara santai dan menertawakan diri sendiri.

Sebuah komposisi yang diawali dengan suara orang tertawa yang menggema, berulang dan berlanjut dengan suara-suara bisik yang menegangkan di antara berisik yang menyadarkan akan sebuah permenungan, bagai suara zikir yang mengalun yang merupakan duplikasi suara yang ditumpang tindih sehingga lirih dan mencekam seperti suara-suara yang memanggil untuk kembali melepaskan dan menyatukan diri dengan sang Khaliq.

Hidayat Raharja menyajikan beberapa sketsa tentang lanskap pembangunan kota. Pembangunan yang terasa lamban dan tunggangg-laggang. Sebuah keresahan tentang keadaan kota yang sepertinya terpisah dalam derap laju pembangunan. Kota meninggalkan stasiun kereta api yang tak terurus, gereja pantekosta tanpa papan nama bersebelajahan dengan pusat pertokoan, Penanda yang berada di masa lalu yang menghubungkan dengan saat ini. Sebuah tatapan akan masa depan yang tersambung dari hari ini. Representasi musik “Daul Kombo” sebuah relasi keunikan kota ini dengan segala keterbatasan dan kesederhanaannya bertahan dalam gerusan teknologi seakan menjadi sebuah realitas baru di tengah hiruk pikuk yang saling menidih dan saling meninggalkan. 


***

Maka ruang belajar tidak sesempit ruang kelas konvensional, tetapi melebar dan memberikan berbagai kemungkinan alternatif untuk bisa saling berkolaborasi, saling mengisi dan mengambil kebermanfaatan. Peristiwa (sejarah Lokal) yang mencoba berintegrasi dengan kurikulum nasional dengan cara-cara yang lebih menarik dan menyenangkan.

Langkah-langkah riset yang dilakukan teman-teman partisipan adalah pertama, hal yang memberikan pelajaran yang berarti dalam sebuah proses penggalian informasi untuk mencari dan “tidak percaya” untuk mengulang data yang diperoleh di orang yang berbeda. Sebuah representasi yang menjajagi siapa audiens yang akan diahadapi sehingga menyiapkan strategi yang relevan untuk bisa membangun komunikasi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan yang memungkinan untuk saling berbagi dan memberikan isi serta mengembangkan gagasan-gagasan yang disampaikan. Dialog bukan hanya antara pengunjung dengan deretan karya rupa yang dipajang, namun juga tersambung dalam sebuah dialog dengan para partisipan (seniman) untuk mempertanyakan dan mengurai kembali temuan-temuan yang didapatkan di lapangan.

Kedua, cara menyampaikan dengan lectur performance yang dilakukan Samsul Arifin cukup menarik. Wacana kritis tentang Trunojoyo di masa lalu dan kondisi dan kebermanfaatan di masa sekarang, sebuah wacana tanding yang berangkat dari nilai penghetahuan Trunojoyo dengan keadaan saat ini yang berbalik arah dari masa lampau. Kearifan-kearifan dan keberpihakan Trunojoyo terhadap kaum kecil, kesesuaian antara ucapan dan tindakan adalah sebuah pengetahuan dan nilai yang patut untuk direpresentasikan kembali ketika kita meyakini Trunojoyo adalah Pahlawan. Namun dengan kritis Samsul mempertanyakan kembali apakah nilai dan spirit perjuangan tersebut masih sejalan dengan kondisi pendidikan Indonesia saat ini. Atau masih adakah keinginan kita untuk menjadikan Trunojoyo sebagai pahlawan ketika keseharian dalam embangunan infrastruktur kita merampas kesejahteraan petani dan kaum lemah lainnya. Sebuah pertanyaan kritis yang disampaikan secara gamblang. Namun sayang dalam lecture ini Samsul tidak banyak memanfaatkan ruang dan benda , data dan gambar untuk membuat lecture ini lebih menarik dan bermakna.

Ketiga, sebuah peluang bagi para siswa khususnya SMA Negeri 4 sampang dan siswa dari beberapa sekolah yang hadir dalam kegiatan ini untuk memahami dan belajar memaknai ruang belajar yang luas dan terbuka. Ruang belajar yang memungkinkan untuk menghubungkan antar hal antara seni, estetika, sejarah, dan distribusi pengetahuan yang simpang siur di antara mereka. Keberanian untuk membangun sikap kritis terhadap informasi yang lebih luas dan terbuka. Jika disadari itu berawal dari diri sendiri. Di ruang ini, mereka melatih diri untuk memaknai belajar yang lebih luas dan terbuka tanpa ada ketakutan-ketakutan untuk memulai belajar dengan nyaman dan sesuai dengan kebutuhannya. Utukbeajar dari hal yang slaah sehingga bisa menemukan kebenaran.

Keempat, bahwa sebenarnya kegiatan guru mengajar (pembelajaran) merupakan sebuah pertunjukan yang memperhatikan audiens, materi, metode, cara, alat atau media yang akan digunakan dalam penyampaian materi. Maka tidak berlebihan jika guru mempersiapkan diri secara matang ketika akan memasuki panggung pembelajaran sehingga membuat sajian yang menarik dan membuat siswa antusias untuk mengkutinya. Pembelajaran secara dialogis bukan hal yang mudah tanpa disertai dengan piranti mengetahuan yang mampu menggugah diri siswa. Kemampuan untuk membangun dialog dan memasuki sebuah persoalan yang menarik sehingga mampu mengajak siswa untuk merespon.

Panggung pembelajaran yang kerap terasa sunyi, kaku, dan menegangkan. Sikap kritis, kreatif, kolaboratif, komunikasi akan tercapai jika pembelajaran terjadi dalam sebuah sajian yang tidak menegangkan, menyenangkan sehingga memungkinkan siswa untuk membuka diri dan membangun dialog kritis dalam pembelajaran. Kemampuan berpikir tingkat tinggi bisa dicapai dengan pembiasaan-pembiasaan yang terjadi secara kontinyu dan berkesinambungan.

“Hari Ini Belajar Sejarah” merupakan sebuah panggung pembelajaran alternatf yang membuka sekat-sekat buntu di dalam kelas. Menghargai ketidak tahuan para siswa dalam mengakses dan mengolah pengetahuan. Bahkan juga merupakan sebuah laboratorium bagi semua untuk belajar dari kesalahan untuk menemukan kebenaran. Panggung ini merupakan sebuah projek dan menampatkan SMA Negeri 4 sampang sebagai subjek dengan segala keterbatasannya untuk membuka diri dan belajar menyadari keterbatasan sebagai sebuah kekuatan dalam sebuah era yang menghubungkan antar hal, kolaborasi antar ekosistem, sehingga terbentuk sebuah sistem keilmuan dan pengetahuan yang berkembang secara dinamis.

Sebagaimana Tronojoyo yang dijadikan titik tumpu dalam belajar, bukan untuk menjadi Trunojoyo tetapi bagaimana mempelajari Trunojoyo sebagai sebuah pengetahuan dan dikelola dan dikembangkan dalam hidup saat ini, juga sebagai sebuah tatapan yang melihat nilai-nilai kebermanfaatan pada kehidupan saat ini.

Tatapan sejarah yang melihat masa lalu sebagai fondasi yang membangun saat ini dan merefleksikan masa depan. Sebuah telusur akan masa silam, sejarah lokal yang berafiliasi pada pembelajaran secara terbuka ketika kurimkulum memberikan peluang bagi segenap komponen pendidikan untuk menjadikan unsur lokal sebagai bagian dari pembangunan karakter peserta didik yang bermanfaat bagi kehidupan, bagi bangsa dan negaranya.

*Hidayat Raharja, partisipan pada projek “Hariini Belajar Sejarah” dan sebagai kepala SMA Negeri 4 Sampang.

(Sumber tulisan: akun FB Hidayat Raharja



POSTING PILIHAN

Related

Utama 7987892036621976970

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item