Hakikat Menulis (Bagian 2)

  


 Author:  Yenny Lesmana

Opini

Opini adalah pendapat/pikiran/pendirian yang dapat ditulis melalui media teks untuk disampaikan kepada orang lain melalui media cetak (khususnya majalah, surat kabar) dan media elektronik. Opini ini bersifat persuasif, artinya dapat memengaruhi, mengajak orang lain agar sejalan dengan pendapat/pikiran/pendirian penulis melalui fakta, bukti yang disusun secara logis dan sistematis. Komponen opini terdiri atas judul, nama penulis, uraian pendapat/pikiran/pendirian, dan profesi penulis. 

Selain jenis dan komponen tulisan di atas, kalian dapat menganalisis jenis dan komponen dari tulisan ilmiah, missal resume, makalah, artikel, tugas akhir, skripsi, tesis, dan disertasi, laporan penelitian) dan tulisan populer lain, missal biografi, petunjuk, berita, editorial, feature, dan opini. 

C. Asas Menulis dan Ciri Tulisan yang Baik

Asas-asas menulis dijelaskan oleh Nuruddin (2011:39—46) dalam buku yang berjudul Dasar-Dasar Penulisan. Dalam presentasinya, ia memberikan contoh kalimat yang berbunyi “Ayah  orang ini adalah ayah anak saya yang ayahnya sedang sakit diobati anak  tetangga saya”. Pada kalimat tersebut, siapakah orang yang dimaksud? Berdasarkan contoh tersebut, kegiatan menulis memerlukan asas-asas menulis yang dijelaskan berikut ini. 

  1. Kejelasan (clarity)

Asas kejelasan memberikan kemudahan bagi pembaca. Tulisan penulis dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Tulisan tidak menimbulkan salah tafsir. Ide tidak samar-samar atau kabur. Mengutip pendapat HW Fowler, asas kejelasan tampak pada tulisan yang menggunakan kata umum, bukan kata khusus. Tulisan juga bersifat konkret (bukan abstrak), tunggal (bukan panjang lebar), pendek (bukan panjang), menggunakan bahasa sendiri (bukan bahasa asing).

  1. Keringkasan (consiseness)

Asas keringkasan harus diperhatikan penulis agar tidak membuang-buang waktu pembaca. Meskipun demikian, bukan berarti tulisan harus pendek, melainkan tidak menggunakan bahasa yang berlebihan. TTidak menghamburkan kata secara semena-mena, tidak mengulang, tak berputar-putar dalam menyampaikan gagasan.

  1. Ketepatan (correctness)

Asas ketepatan dapat menyebabkan asumsi penulis mengalami titik kesamaan dengan pembaca. Suatu penulisan harus dapat menyampaikan butir gagasan kepada pembaca dengan kecocokan seperti yang dimaksud penulisnya. Artinya, tidak terjadi kesalahan berasumsi hingga menimbulkan kesalahartian oleh pembaca. Akibatnya, pesan penulis tidak dapat dipahami dengan baik oleh pembaca.

  1. Kesatupaduan (unity)

Kesatupaduan gagasan pokok dalam tiap paragraf harus diperhatikan menulis dalam menguraikan gagasan/pikiran. Pembaca dimudahkan dalam menangkap ideide penulis. Ide-ide utama dapat dengan mudah ditangkap oleh pembaca dengan bantuan ide-ide penjelas.

  1. Pertautan (coherence)

Antarbagian tulisan harus bertautan satu sama lain (antar-alenia atau kalimat). Tautan-tautan ini mempermudah pembaca untuk menangkap gagasan yang disampaikan penulis. 

  1. Penegasan (emphasis)

Adanya penonjolan atau memiliki derajat perbedaan antarbagian dalam tulisan memberikan kemudahan kepada pembaca dalam menangkap tekanan ideide tertentu. Dengan demikian, ide-ide besar yang dimiliki penulis dapat dipahami dengan baik oleh pembaca.

Asas-asas menulis di atas diharapkan membawa penulis menghasilkan tulisan yang baik. Berikut ini ciri-ciri tulisan yang baik.

  1. Memiliki kejujuran penulis

Kepribadian penulis sebenarnya tampak dari hasil menulis. Sikap jujur penulis tampak dalam tulisan-tulisan yang dihasilkan. Sikap adil dalam merujuk pendapat orang lain dengan mencatumkan rujukan tampak pada tulisan. Tidak ada unsur kesengajaan dalam menjiplak tulisan-tulisan orang lain, kecuali faktor lupa yang dapat dianggap sebagai suatu kewajaran.

  1. Dihasilkan dari kerangka karangan

Karangan tulisan yang baik dihasilkan dari perencanaan yang baik pula. Perencanaan karangan tulisan memberikan keleluasaan penulis dalam mendaftar, mengurutkan, dan  menuangkan gagasan yang dimiliki ke dalam bentuk tulisan.

Tidak ada gagasan yang tertinggal. Tidak ada pula lompatan-lompatan gagasan. Tulisan menjadi sistematis dan gagasan mudah dipahami pembaca.

Tulisan bersambung:

  1. Hakikat Menulis (Bagian 1)
  2. Hakikat Menulis (Bagian 2)
  3. Hakikat Menulis (Bagian 3)
  1. Kemenarikan tulisan

Kemenarikan tulisan dapat muncul dari kemasan judul dan isi bacaan. Prinsipprinsip penulisan judul harus dipatuhi penulis. Misalnya judul harus memcerminkan isi karangan, jumlah kata yang proporsional, dan menumbuhkan rasa penasaran. Ketertarikan pembaca akan memunculkan minat untuk membaca tulisan.

  1. Kemurnian gagasan

Kemanarikan tulisan juga ditentukan oleh kemurnian gagasan/pikiran. Jika gagasan/pikiran sudah banyak disampaikan oleh orang lain, akan muncul kejenuhan, kebosanan, dan rasa basi bagi pembaca. Tulisan ini tidak memberikan daya tarik yang cukup untuk dibaca.

Penulis dapat menuangkan gagasannya dari kejadian/peristiwa yang terjadi dalam kehidupan nyata, berimajinasi, dan bersumber dari kajian pustaka dan pengembangannya. Namun, perlu diingat bahwa pengangkatan gagasan/pikiran yang bersumber dari tulisan orang lain memiliki konsekuensi. Penulis yang merujuk pendapat penulis utama harus mencatumkan nama dan tahun dalam kegiatan merujuk dan mencantumkan daftar rujukan (di saat lain, digunakan daftar pustaka) di akhir tulisan. Penghargaan kepada penulis utama layak diberikan. 

  1. Memiliki gagasan/ide utama dan penjelas

Tulisan yang baik memiliki gagasan utama. Gagasan utama dikemas secara deduktif, induktif, atau campuran. Gagasan utama ini diwujudkan melalui kalimat utama. Gagasan utama ini dijelaskan oleh gagasan penjelas. Gagasan penjelas ini diwujudkan melalui kalimat penjelas.  

  1. Kesatuan gagasan

Tulisan terdiri atas berbagai gagasan/pikiran, baik bersifat utama maupun penjelas. Penulis bukan hanya menyebar dan menjabarkan gagasan, melainkan harus menyatukan dengan baik. Kesatuan gagasan dapat memberikan pemahaman yang baik kepada pembaca.

  1. Keruntutan gagasan

Tulisan yang baik seharusnya memiliki keruntutun gagasan/pikiran yang baik. Penulis bukan hanya menjabarkan gagasan dalam tulisan, melainkan harus menata dan mengurutkan gagasan. Hal ini bertujuan untuk menyusun dan menentukan urutan pemahaman pembaca sehingga menerima pesan penulis dengan baik. 

  1. Kohesi dan koheren

Hubungan keterikatan dalam tulisan mutlak diperlukan. Hubungan keterikatan ini disebut koherensi dan kohesi. Dalam Kamus Bahasa Indonesia,  koherens adalah hubungan logis antarkalimat sebuah paragraf. Hubungan logis ini dibangun untuk menciptakan kesatuan makna. Kalimat-kalimat yang dirangkai dan dipisahkan dengan tanda titik (.) ini memiliki hubungan yang dapat diterima dengan akal. Hubungan ini erat kaitannya dengan makna sebagai bentuk kalimat penjelas dari kalimat utama. Semakin erat dan logis hubungan kalimat akan semakin mempermudah pemahaman pembaca atas rangkaian makna yang tersaji.

      Kohesi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah keterikatan antarunsur dalam struktur sintaksis atau struktur  wacana dengan penanda konjugasi, pengulangan, penyulihan, dan pelesapan.  Selain memiliki hubungan logis antarkalimat, paragraf memiliki keterikatan unsur-unsur pembangun sebagai penanda. Unsur-unsur ini memiliki keterikatan erat karena merujuk pada acuan kalimat sebelumnya. Jika koherensi mengacu pada rujukan makna, acuan kohesi adalah unsur-unsur penanda struktur kalimat, misalkan Dia tetap berangkat sekolah meskipun hujan.

  1. Kelogisan

Kelogisan tulisan merupakan faktor mudah tidaknya tulisann diterima pembaca. Jika tulisan dapat diterima akal, pembaca akan menuntaskan bacaan. Namun, jika banyak ditemukan tulisan yang tidak dapat diterima akal, pembaca belum tentu akan menuntaskan bacaan. Dengan demikian, sia-sia saja usaha penulis dalam menyajikan gagasannya.

  1. Penekanan

Dalam sebuah tulisan terdapat berbagai sebaran gagasan. Jika penulis hendak memberikan perhatian khusus sebuah gagasan, dapat digunakan sebuah penekanan. Penekanan pada bagian tertentu sebuah tulisan memberikan kemudahan pembaca dalam menangkap gagasan yang dikhususkan oleh penulis. 

  1. Bahasa yang sesuai dengan kelompok pembaca

Kemampuan bahasa kelompok pembaca seharusnya menjadi perhatian bagi penulis. Gagasan penulis jika disampaikan dengan bahasa yang tidak dipahami oleh pembaca akan sia-sia. Setidaknya, penulis dapat memperkirakan kemampuan sasaran pembaca tulisannya, misalnya (a) ditujukan untuk anak-anak, remaja, atau dewasa atau (b) ditujukan untuk orang awam/di luar bidang yang digeluti.

  1. Dipahami oleh kelompok pembaca

Ciri terakhir tulisan yang baik tentu harus dipahami oleh pembaca. Harapannya, tiap gagasan yang dituangkan penulis dapat dipahami dengan baik oleh pembaca. Jika tidak dapat dipahami, kerugian ditanggung penulis dan pembaca. Gagasan penulis tidak dapat diterima pembaca dan pembaca mengalami kerugian materi dan waktu.

Tulisan bersambung:

  1. Hakikat Menulis (Bagian 1)
  2. Hakikat Menulis (Bagian 2)
  3. Hakikat Menulis (Bagian 3)
POSTING PILIHAN

Related

Utama 5356214828282218365

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item