Eksistensi Siswa Terhadap Suatu Karya Sastra

Dua buku cerita anak yang ditulis  anak-anak tingkat SD. "Siti dan Peri Gigi" ditulis anak kelas 2 dan 3, dan "Faldo, Si Kleptomania", penulis 38 anak , diterbitkan  Rumah Literasi Sumenep.

Oleh: Anisa Tri Asih Yuli Indriastuti

Pada akhirnya, karya sastra merupakan sebuah karya yang dapat dibuat oleh siapapun dan dari kalangan manapun. Semua orang bebas untuk membuat suatu karya, mulai dari anak-anak, orang dewasa, ataupun orangtua. Yang membedakan terkait hasil (baik dan buruk) dari suatu karya tersebut yaitu kesadaran dan kemauan seseorang dalam berkarya.

Hal yang membuat saya tertarik dalam buku “Rumpun Sastra Karya Anak Bangsa” yang ditulis oleh Siswa-siswi SDN 2 Beji (SIP Publishing, Maret 2022) yaitu hasil dan kemauan untuk berkarya pada suatu karya yang mereka buat. Buku “Rumpun Sastra Karya Anak Bangsa” merupakan kumpulan antologi puisi dan pantun yang memuat 32 puisi dan 58 pantun yang memiliki 3 tema sederhana yaitu orang tua, guru, dan pahlawan. Meskipun buku antologi tersebut terkesan biasa-biasa saja, tetapi sebenarnya buku tersebut sangatlah luar biasa. Dalam artian, buku yang ditulis oleh seseorang yang bukan pengarang hebat dan terkenal, tetapi ditulis oleh seorang siswa SD yang mau berusaha dan mau berkarya dalam bidang sastra. Hal ini menunjukkan bahwa, seorang siswa SD juga mampu membuat suatu karya jika kita mau untuk berusaha berkarya. Semangat dan keinginan yang maju seperti inilah yang pantas kita miliki untuk dapatmengapresiasi suatu karya sastra.

Siswa-siswi SDN 2 Beji berusaha memberikan sebuah ucapan terimakasih kepada orangtua, guru dan pahlawan yang dituangkan dalam sebuah buku. Ucapan ini merupakan sebuah ucapan terimakasih dan doa yang dirasakan pengarang kepada orang tua, guru dan pahlawan. Tidak hanya itu, buku Rumpun Sastra juga mengapresiasi tentang jasa-jasa (guru, orangtua, pahlawan) yang telah diberikan kepada kita sehingga kita bisa hidup pada saat ini dengan baik. Seperti yang tertuang dalam puisi bertema orangtua pada kutipan berikut ini:

Ayah, ibu.../Kau selalu baik kepadaku/Menjagaku dengan ikhlas dan kena lelah/Kau mengajari segala hal /Membimbingku dengan tulus dan sabar

Ayah, ibu.../Disaat aku nakal kau selalu memarahiku/Menghukumku hingga aku menangis /Tapi aku tahu itu demi kebaikanku /Karena kalian sayang kepadaku

Ayah, ibu...Terima kasih.../Atas segala yang kalian berikan/Kasih sayang yang tak tergantikan/Doa yang selalu terucap/Aku sayang kalian

Puisi yang berjudul “Ayah, Ibu”  diatas , ditulis oleh Kenzie Syahputra Kelas 4 pada halaman 3, mengungkapkan ucapan terimakasih kepada orangtua yaitu ayah dan ibu. Mereka merupakan orangtua yang selalu memberikan kasih dan sayangnya kepada anaknya dari semasa ia kecil hingga menjadi besar sampai saat ini. Pengarang juga memberikan doa kepada orangtua yang selalu diucap dan disemogakan dalam puisi tersebut sebagai balas kebaikan orangtua yang sudah tulus dan sabar membimbing dan menjaga mereka. Walaupun mereka tahu jasa orangtua tidak bisa diganti dengan apapun.

Kalimat demi kalimat yang ditulis oleh pengarang terlihat sangat sederhana dan biasa saja. Namun pengarang berusaha membuat sebuah karya dengan menarik. Selain itu, pengarang juga membuat karya sastra dengan memperhatikan orang lain tujuannya yaitu agar pembaca dapat mengetahui manfaat atau hikmah setelah membaca buku Rumpun Sastra. Hikmah dan manfaat yang diperoleh setelah membaca puisi yang ditulis oleh pengarang di atas yaitu agar kita selalu menyayangi dan mendoakan orangtua. Karena kita tahu, berkat orangtua lah kita dibesarkan dan bisa tumbuh sampai saat ini dengan penuh kasih dan sayang. Tak hanya mengangkat mengenai tema orangtua, pengarang yaitu siswa-siswi SDN 2 Beji juga mengangkat mengenai tema guru yang dibuktikan dalam kutipan di bawah ini :

Guruku engkaulah pahlawan tanpa tanda jasa/Kau ajarkan ilmu yang berguna/Kau membimbingku dengan ceria/Agar aku bisa membuat orang tuaku bangga

Terima kasih guruku/Tanpa engkau aku bukan siapa-siapa/Akan ku ingat selalu nasihatmu/Sampai aku dewasa

Pada puisi yang berjudul “Guruku” yang ditulis oleh Raihan Fathur Rahman Kelas 5 di halaman 17, lirik dan bait yang ditulis sederhana tetapi memiliki arti yang dalam. Kata yang diambil dalam setiap bait wajar ditulis seperti puisi yang dibuat oleh anak SD. Puisi tersebut menceritakan bahwa guru merupakan pahlawan tanpa tanda jasa yang selalu membimbing dan mengajari siswa dengan penuh kesabaran agar kelak siswa dapat menjadi orang yang sukses. Pengarang juga mengungkapkan rasa terima kasih yang mendalam karena berkat guru lah, siswa bukan apa-apa dan tidak bisa apa-apa. Guru memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan dan berkat guru lah kita semua dapat membaca, menulis, dan mengerti arti pendidikan dengan baik.

Tidak hanya puisi, pantun yang dibuat oleh pengarang yaitu Siswa-siswi SDN 2 Beji juga sangat menarik dan bermakna. Maksud yang disampaikan jelas dan  mempunyai tujuan agar pembaca dapat mengambil kebaikan yang diperoleh setelah membaca setiap bait. Seperti yang tertuang pada pantun berikut ini :

Purwokerto Kota Satria/Baturraden wisatanya/Insinyur Soekarno pahlawan kita/Yang dikenang sepanjang masa

Mawar merah daunnya layu/Daunnya layu ku petik satu/Berkibarlah merah putihku/Teruslah maju Indonesiaku

Jalan-jalan ke kota Jogja/Jangan lupa beli bakpia/Terima kasih untuk segala jasa/Wahai semua pahlawan kita

Pada pantun diatas, ditulis oleh Radhika Zayyan Arkana kelas 3 pada halaman 48. Pantun yang ditulis oleh pengarang tersebut bertema Pahlawan. Lirik yang ditulis pada setiap bait memiliki arti dan makna tersendiri. Pantun tersebut dibuat untuk mengungkapkan rasa terimakasih kita kepada para pahlawan yang telah memperjuangkan bangsa Indonesia. Dan untuk ukuran anak kelas 3 SD, pantun tersebut sudah termasuk sangat luar biasa. Sebenarnya siapa saja mampu untuk menghasilkan suatu karya sastra. Hanya saja, rasa malas dan tidak mau berkarya yang harus kita pupuk lagi. Seperti halnya anak SD yang sudah diberi pupuk sejak dini sehingga mampu menghasilkan suatu karya sastra yang luar biasa.

Tema yang diangkat juga sangat memengaruhi pengarang terkait hasil yang telah dicapai. Sebenarnya, tema yang diangkat sangatlah sederhana yaitu tentang ucapan terima kasih berkat jasa-jasa yang telah diberikan oleh guru, orang tua, dan pahlawan, tetapi kini dikemas dan dibuat oleh anak SD sehingga terlihat sangat sempurna. Penguasaan tema yang mumpuni menjadikan pengarang mampu membuat dan menghasilkan karya sastra dengan sangat baik. Pengarang juga berkarya selayaknya ia sudah sering membuat suatu karya di dunia sastra yang dapat dilihat pada setiap lirik atau bait karyanya. Meskipun sesekali saya harus membaca beberapa puisi dan pantun yang terlihat sederhana dan monoton, setidaknya karya tersebut sudah sangat layak dan patut untuk diapresiasi.

*****
*) Anisa Tri Asih Yuli Indriastuti, lahir di Banyumas 12 Juli 2000. Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Semester 5. Ia saat ini tinggal di Desa Pajerukan rt 05/03, Banyumas, Jawa Tengah. Ia merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara. Ia dapat dihubungi melalui email: anisatriasih79@gmail.com.

POSTING PILIHAN

Related

Utama 7236685991115238531

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item