Seberkas Pentigraf Hariyanto, Blitar


Pentigrafis Hariyanto


Bersabar Dalam Musibah


Sungguh bersabar itu amat sangat besar faedahnya. Sangat amat berharga. Sabar menjadi kuci sukses manusia menyelesaikan segala masalah di dunia dan akhirat. Orang sabar amat sangat disukai oleh seluruh makhluk-Nya. Tuhan pun mendudukkan perkara sabar di tempat yang mulia. Tuhan bersama orang-orang yang sabar.

Kali ini tragedi kemanusiaan melanda dunia. Pandemi Corona 19 telah mewarnai kehidupan manusia lebih dari setahun sejak Maret 2020 lalu. Bulan Juli 2021 bahkan di negeri kita dapat disebut sangat tinggi angka terinfeksi dan kematiannya. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.

Segala rekayasa akan gagal jika tidak bersandar nilai SABAR. Bersabar untuk hidup bersih, menjaga diri dengan masker dan dari kerumunan. Bersabar dalam khusyuknya doa. Bersabar dalam ketidaknyamanan. Bersabar dalam kehilangan jiwa dan raga. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat sejak 3 Juli 2021 berakibat rumah ibadah termasuk Masjid ditutup. Sungguh kasihan bagi para musafir yang biasa ke Masjid di kota Blitar Kota Bumi Bung Karno. Mereka tidak bisa lagi singgah, beribadah. Bersabarlah. Biar pun Masjid ditutup asal hati jangan tertutup hidayah-Nya. Sabar kunci pembuka jalan buntu Sabar senjata utama melawan virus . Sabar mempertebal iman dan immun. Allah sangat menyukai orang Sabar. Allah selalu bersama orang-orang yang SABAR.

Blitar, 15 Juli 2021


Pentigraf Perangkap

Pandemi Covid 19 telah membawa dampak yang luar biasa bagi seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk aspek ekonomi keluarga. Mereka yang bermata pencaharian sekedar untuk makan sehari-hari, sangat terdampak. Jika satu hari saja tidak bekerja akibatnya akan puasa sehari pula. Kelaparan pula menjadi satu petaka baru bagi mereka. Maka ada yang memilih jalan pintas. Mencuri...dan Parno saudara Parto terkena getahnya. Sepeda motor satu-satunya, raib dicuri tepat di depan rumahnya tadi malam.

Ada satu tawaran menarik di grup WA jual beli sepeda motor. Parno yang sangat paham dengan motor kesayangannya, segera bertindak. Wajah Parno memerah menahan marah sembari berpikir kencang membuat perangkap. Dia sangat jengkel dengan tindakan pencuri yang seakan mengejeknya, mencuri tepat di depan rumahnya.

Tidak butuh lama dia sudah bersepakat dengan penjual sepeda motor itu. Harga telah disepakati dan janji bertemu di tempat tertentu.Ternyata si pencuri adalah seorang pelaku tunggal , dan penjualnya sekaligus. Parno sukses membuat perangkap sekaligus mengirimkan tangkapannya ke sel tahanan polsek setempat. Kerjasama dengan Kepolisisan telah berhasil mengembalikan sepeda motornya utuh plus bonus hadiah sebagai pengharagaan atas perangkapnya.

Blitar, 6 September 2021


 

Tutupen Botolmu

Baru kali ini tangis Darto pecah. Meski tak terdengar keras namun air matanya tumpah. Apa yang ditangisinya ? Sedangkan selama ini jiwanya terlalu kuat untuk hal cengeng seperti menangis. Hidupnya terlalu keras dan kaku, serta happy selalu maunya. Sesama rekannya tidak bisa berbuat banyak karenanya diam saja.

Dalam ruangan berjeruji besi itu Darto menjalani hidup lebih dari 2 tahun. Kasus pembuatan miras “arjo” (caca : arak Jowo) menjebloiskannya ke penjara ini, bersama banyak kawannya disana. Hari ini ruangan sempit itu kedatangan 3 anak muda sekaligus. Kini ruangan itu semakin sempit.

Darto memberikan penjelasan singkat tentang konsekuensi tinggal bersama. Ketiga orang baru itu manggut-manggut kepalanya. Ada rasa segan dengan kepemimmpinan Darto. Tengah malam Darta masih berjaga. Matanya tidak bisa dipejamkan karena terbayang korban tewas akibat arjonya. Kali ini 3 anak muda justru mencampur “hand sanitizer.” dalam minumannya. Lima kawannya mati sia=sia. Lamat-lamat terdengar suara di luar tembok penjara lagu dangdut koplo .” Tutupen botolmu......” Darto menutup rapat kedua telinganya......karena syairnya berubah menjadi “ Tutupen kupingmu....”

*)Tutupen botolmu : tutuplah botolmu
.....judul sebuah lagu dangdut berbahasa Jawa.
^) Tutupen kupingmu (jw)= tutuplah telingamu.

Blitar, 18 September 2021


 

Makan Hati Berulam Rasa

Sebagai guru kelas 3 yang bertanggungjawab hari ini saya memanggil orangtua siswa dengan bantuan dan koordinasi Kepala Sekolah. Salah satu siswa saya mengalami lambat belajar membaca huruf, apalagi kata. Berbagai upaya sudah saya upayakan, berbagai metode saya kerahkan, hasilnya nihil, si anak tidak menunjukkan perkembangan berarti. Anak kesulitan menyebut d dan p begitu pula huruf lainnya. Mengeja huruf pun sulit dan terbata-bata. Persis hari ini dihadapan ibunya.

“Ssssst......hemm. Ssst heeem....ssst heem!” suara desis seperti kepedasan sehabis makan 100 biji cabe. Rupanya sang ibu menahan emosi sambil mendesis. Wajahnya tegang menunjukkan kegusaran. Napasnya naik turun dan nada desisnya meninggi. Kini di hadapan saya terlihat seperti ular hendak menerkam mangsanya. Sang ibu yang ikut mendampingi putranya belajar membaca duduk di belakang anak dengan sangat resah. Dia merasa “tertipu” dengan kemampuan anaknya, dengan penilaian neneknya dengan hadiah sepedanya. Ada rasa masygul di dadanya dan sesal tidak pernah mendampingi belajar anaknya. Bercampu rasa kesal di dada. Hari ini di depan seorang guru dia harus merasakan makan hati berulam rasa.

“Ada apa Bunda? Stop, ibu dilarang menggunakan kekerasan fisik maupun non fisik disini.” Suara saya menghentikan gerakan tangan sang ibu yang terlanjur maju. Sejenak sang Ibu tertegun. Kembali suara desisan panjang terdengar, seperti ular meninggalkan mangsanya. Sang ibu terduduk lesu sambil bergumam. "Gitu saja tidak bisa!"

Blitar, 27.11.2021



Tua-Tua Keladi


Tua-tua Keladi Makin Tua Makin Menjadi. Seperti biasa di hari Ahad Parto , Tirta, dan Parmin bersama selusin bersepeda bersama dengan rute yang disepakati. Gowes bersama kaum lansia. Kali ini mereka berangkat dari kampungnya di tengah kota Blitar menuju candi Penataran , sekitar 10 km ke utara. Rute ini berat karena jalanan menanjang pelan.

Di perjalanan pulang, Parmin izin ketua rombongan untuk jalan duluan karena ada tamu menunggu di rumahnya. Jalanan aspal mulus benar-benar membuat sepeda melesat cepat. “Aku duluan lur dulur *).......” Parmin menyapa teman-temannya sambil menyalip mereka. Parmin terkejut ketika dia dikejar oleh teman-temannya. Laju rombongan menjadi seperti balapan di sirkuit. Tirta pimpinan rombongan berusaha menjelaskan temannya tidak digubris lagi.

Perjalanan menjadi begitu singkat. Kurang dari 30 menit sudah sampai pos akhir. Keringat deras bercucuran, napas tersengal dengan batuk kecil terdengar. Beberapa orang merebahkan diri di teras rumah. Kejadian pagi ini ternyata berbuntut panjang karena Tirta di demo para isteri sahabatnya. “Jangan diajak gowes lagi, suami saya encoknya kambuh. Tergeletak mengaduh semalam, seluruh badannya nyeri.” Isteri Parto sangat emosi. Hari ini Tirta benar-benar kesepian duduk di bawah pohon jati di Blitar Selatan. Sambil minum air mineral dia melirik sepedanya sendirian. Seluruh kawannya benar-benar mundur dari kelompok gowesnya.

Blitar, 1-12-2021



 

Gadis Purel Itu

Parto menjadi juragan besi rongsok terkenal di kampung Maju Jaya.

Gadis sebagai purel (pemandu karaoke) yang baru dikenalnya sangat mengesankan Parto. Gadis yang bernampilan lugu dengan rambut tergerai lurus. Perawakannya langsing ideal dan kulitnya kuning lansat terkesan putih mulus terbalut lembut bedak khas saat bertugas. Apa pun yang dimintanya, selalu diturutinya. Terutama permintaan uang untuk bedak dan sabunnya si Nyai. Mungkin ini cinta pertamanya. Parto sungguh tidak bisa berpaling. Hari-harinya menjadi terbagi antara bisnis dan bercinta dengan si gadis purel. Mungkin terkena pelet demikian sahabatnya mengingatkan, namun Parto tidak bergeming. Parto sungguh tidak menyadari akan peribahasa habis manis sepah dibuang. Parto pun jatuh miskin. Gadis purel meninggalkannya.

“Begitulah Pak kisah saya beberapa waktu lalu,” Parto mengakhiri ceritanya sambil memijit lebih keras di bagian punggung pasiennya. Kini dia sukses praktik di rumahnya sebagai tukang pijat. Pasiennya sangat terkejut mendengar kisah itu, buru-buru pamit setelah menyelipkan amplop di tangan Parto yang kebingungan. Gadis purel itu persis gambaran anak gadisnya yang kini pergi ke luar negeri.

Blitar, 17 Februari 2022


 

Makan Hoaks

Sungguh aku sangat lega, baru saja terhindari dari bencana. Boleh dikatakan bencana maut taruhannya. Orang yang termakan hoaks benar-benar gelap mata hendak menghabisinya. Beruntung seorang polisi mengetahui kejadiannya pada saat yang tepat.

Mereka rerata anak baru seumur jagung. Segala polah selalu mengikut saja kelompoknya. Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna. Mereka sudah makan hoaks. Mereka sudah terbius alkohol, mereka sudah bertindak tanpa batas.

Kini aku terbaring di ranjang pesakitan beberapa hari dalam keadaan tidak sadar diri. Tulang-tulang remuk rasanya. Beberapa tulang iga dan tangan patah, terkena pukulan benda tajam. Sakit sekali. Pedih dan ngilu rasanya seperti jahitan luka dibeberapa dahi dan kepalaku. Aku korban dari teriakan “maling” padahal aku sedang mencari kucing. Aku sudah tidak mendengar lagi berita di TV ruangan itu tentang ditangkapnya semua pelaku pemakan hoaks. Hanya suara meong kucing kesayanganku yang terdengar. Antara sadar dan mimpi.

Blitar, 17 Februari 2022



POSTING PILIHAN

Related

Utama 594745390317038596

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item