Konteks Honorarium

Malkan Junaidi

Dengan jenis kertas, ukuran panjang-lebar dan tebal yang sama, ongkos cetak buku puisi dan buku cerpen biasanya sama. Kualitas tulisan tak ada pengaruh sama sekali; yang sublim dan yang hancur sama saja biaya cetaknya. Bedanya mungkin pada harga jual. Kebesaran dan popularitas nama pengarang bisa jadi mendongkrak harga buku hingga beberapa ribu rupiah. Tapi bisa dibilang ini cukup jarang terjadi karena tidak banyak pengarang dengan keistimewaan demikian.

Hal yang kurang lebih sama terjadi pada koran cetak. Harga yang Anda bayar untuk mengiklankan sesuatu adalah luas space yang dibutuhkannya, bukan sesuatu yang Anda iklankan itu sendiri. Mengiklankan rumah dan obat panu prinsipnya sama. Ketika sebuah koran mengalokasikan satu halaman penuh untuk ruang pemuatan puisi dan cerpen, prinsip harga luas space ini berlaku. Dari sini tampak wajar dan bisa dimaklumi jika satu judul cerpen biaya pemuatannya lebih mahal dari satu judul puisi. Satu cerpen panjangnya berkisar antara 5 hingga 10 ribu karakter, mungkin menghabiskan 4 kolom, sementara sangat sering satu judul puisi berpanjang kurang dari 1000 karakter, cukup 1 kolom.

Bagaimana dengan media massa online?

Dalam informasi digital, byte merepresentasikan ukuran data dan atau ruang penyimpanan. Ruang penyimpanan sebesar 500 megabyte bisa menampung data sebesar 500 megabyte. Kuota 3 gigabyte adalah alat tukar untuk informasi/data apapun sebesar 3 gigabyte. Karakter, gambar, audio, video, masing-masing memiliki ukuran dalam byte. Karakter biasanya berukuran relatif kecil dan video relatif besar. 

Untuk konteks kemajuan teknologi informasi hari ini, di mana orang sering berurusan dengan data berformat audio dan video, ukuran 1 megabyte dirasa sangat kecil. 1 kumpulan puisi dan 1 judul novel dalam format msword tanpa ilustrasi gambar mungkin hanya selisih beberapa puluh atau ratus kilobyte, tidak ada 1 megabyte. Karenanya mengherankan bila ada media digital yang membedakan jumlah honorarium cerpen dan puisi yang dimuatnya semata sebab selisih beberapa ribu karakter antara keduanya.

Media massa digital harusnya jadi tempat kita menghargai karya sastra dari segi yang kurang diperhitungkan media massa cetak. Misal jika ukuran utama besar kecil honorarium media cetak adalah banyak sedikitnya karakter maka media digital bisa sepenuhnya menghargai kualitas tulisan. Kita tahu, hanya karena sebuah puisi terdiri dari 16 baris, total 500 karakter, bukan berarti proses kreatifnya lebih mudah dibanding cerpen sepanjang 9700 karakter. Bisa jadi pengerjaan puisi pendek itu sesungguhnya berminggu-minggu atau bertahun-tahun dan penulisnya harus melalui pengalaman dipenjara atau ditinggal kawin pujaan hati terlebih dulu.

Saya lamat-lamat ingat, dulu ada penyair mengaku enggan mengunggah karyanya di media sosial. Alasannya ia merasa tidak produktif dalam menulis puisi. Ia ingin memberi sedikit puisinya kesempatan tampil di media massa, khususnya cetak. Apa yang saya tangkap dari curhatnya tersebut bukanlah persoalan ada tidaknya honorarium, melainkan penghargaan yang seimbang dengan usaha, katakanlah dalam wujud pembaca kompeten. 

Mungkin saat itu ia melihat media sosial bukan tempat karya agungnya bisa bertemu pembaca macam itu. Facebook, misalnya, didominasi oleh perengek dan pengamuk, bukan petapa dan kritikus cum filsuf. Saya mafhum dan justru buat saya ini menunjukkan dengan jitu bahwa karya sastra seharusnya dihargai secara semestinya.

Saya membayangkan, Chairil Anwar dan Idrus mengirimkan karya ke media digital yang sama. Chairil mengirimkan Senja di Pelabuhan Kecil, sementara Idrus mengirimkan Kisah Sebuah Celana Pendek. Keduanya sama-sama dimuat, hanya saja Chairil mendapat separuh jumlah honorarium Idrus.

Sumber: Malkan Junaidi


POSTING PILIHAN

Related

Utama 2932935364141118674

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item