Anak Yang Tak Pernah Menyerah

Catatan: A Dardiri Zubairi

Dulu, sekitar tahun 2015, di Madrasah tempat saya mengajar ada seorang santri "cologan" (pembeda dengan sanri mukim) yang mentalnya pejuang banget. Orang tuanya telah meninggal dunia, dan ia tinggal bersama kakak peremouannya yang sudah berkeluarga dan punya anak.

Pulang pergi dari dan ke madrasah Aliyah ia naik angkot. Jarak tempuhnya sekitar 10 km. Saya tidak rahu berapa ongkos transportasi yang harus ia keluarkan setiap harinya. Tetapi ongkos yang ia tanggung mungkin mengurangi uang jajannya, atau malah tekor. Kesulitan tak membuatnya malu. Ia rajin ke madrasah dengan naik angkot di saat teman temannya yang lain bawa motor. Kecuali hari-hari tertentu ia tidak masuk kelas. Dalam seminggu bisa 2 hari dan setelah dicek absennya terjadi pada hari sama.

Untuk mencari tahu alasannya seorang guru BP, teman saya, memanggilnya. Biasanya guru sudah punya prasangka, anak yang sering bolos dicap sebegai anak malas. Sialnya tanpa mau tahu latar belakangnya. Saat anak ini bercerita baru di hati guru i tumbuh rasa empatiknya. Alasan anak ini tidak masuk kelas pada hari yang sama, karena hari itu "pasaran sapi". Setiap hari pasaran sapi, ia membawa sapi ke pasar dan atas pekerjaannya ia mendapat upah dari juragan sapi. Dari uang inilah ia membiayai sebagian kebutuhan pendidikannya, uang jajan dan transportasinya.

Mendengar kisah ini para guru terkesiap. Ada keprihatinan sama anak didiknya yang ternyata tak mudah menjalani pendidikannya. Tapi juga bangga karena anak ini luar biasa tangguhnya. Pejuang hebat.

Yang lebih mencengangkan ketika pihak Madrasah menawarkan bantuan sekedar meringankan bebannya dengan cara akan menanggung biaya transportasinya setiap hari. Anak ini menjawab :

"Terimakasih. Tanpa bermaksud menolak kebaikan Madarasah, Insya Allah saya masih sanggup membiayai pendidikan saya".

Beberapa tahun kemudian ketika saya diundang dalam sebuah acara diskusi kebudayaan di pamekasan, anak ini ikut. Habis diskusi saya ngobrol, ternyata ia kuliah di salah satu perguruan tinggi di pamekasan.

Sementara di luar sana, orang yang berkecukupan banyak yang menyia-nyiakan kesempatan, manja dan tak bergairah.

POSTING PILIHAN

Related

Utama 7141838484364597406

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item