Berantas Problematika Literasi di Kalangan Santriwati TMI

 

Santri putri Al-Amien dalam sebuah acara

Oleh: Zulviatul Ariyanti Majdi

Sebagai seorang pelajar, tahukah anda tentang dunia literasi?. Kata literasi tentu saja sudah tak asing lagi bagi orang-orang yang menyukai dunia kepenulisan. Para sastrawan, para jurnalistik handal, para penulis pemula dan semua orang-orang yang mencintai dunia kepenulisan tentunya sudah sangat bersahabat dengan kata literasi. Dunia kepenulisan atau kerap kali disebut sebagai dunia literasi mempunyai beberapa problematika yang sangat hangat ketika diperbincangkan dan akan menambah pengetahuan serta wawasan dalam hal berfikir kritis mengemukakan pendapat.

Problematika yang paling sering dibahas dalam suatu forum kepenulisan maupun dalam pembahasan dunia maya yaitu mengenai, minimnya minat menulis dikalangan para pelajar. Masa kini yang dijerat oleh teknologi sebagai pemeran utama dalam membentuk pola fikir serta tingkah laku para generasi muda, sehingga menyebabkan kurangnya perhatian para generasi muda khusunya para pelajar dalam membentuk bakat yang dimiliki, lebih-lebih lagi yang memiliki bakat dalam hal menulis. Dengan demikian, sangat diperlukannya perhatian lebih dalam membentuk dan mengembangkan bakat yang dimiliki oleh para pelajar yang menduduki bangku sekolah. Sebab, apabila tidak dimulai sejak duduk dibangku sekolah, para pelajar akan menjadi anak-anak yang pasif dalam mengenal dunia kemampuannya.

Pondok pesantren merupakan tempat pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan pembelajaran agama islam bagi para santrinya. Pondok pesantren salah satu lembaga pendidikan yang kurikulumnya tidak menginduk pada kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah. Pondok pesantren dalam pembagiannya dibagi menjadi dua, yaitu pondok pesantren tradisional atau lebih dikenal dengan sebutan pondok pesantren salafiyah dan pondok pesantren modern. Dalam dunia pendidikan, literasi sudah diperkenalkan, tidak hanya pada murid-murid yang duduk di bangku sekolah negeri, melainkan pada para santri yang juga duduk dibangku pesantren.

Salah satu lembaga pesantren yang membawahi forum kepenulisan dan sanggar sastra ialah lembaga TMI Putri Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan. Dalam struktur kepengurusan, ISTAMA (Ikatan Santriwati Tarbiyatul Mu’allimat Al-Islamiyah) terbentuk pengurus Bagian Perpustakaan dan Penerbitan atau kerap kali disingkat BAPUSBIT. BAPUSBIT inilah yang membawahi atau bertanggung jawab atas forum kepenulisan dan sanggar sastra yang telah terbentuk di TMI. Dalam kegiatannya, BAPUSBIT menerapkan beberapa solusi untuk meningkatkan minat baca serta kekreatifitasan santriwati dalam membuat karya tulis. Menurut observasi atau pengamatan serta pengalaman dari tahun ke tahun, minat baca santriwati TMI serta kekreatifitasan dalam membuat suatu karya tulis mengalami penurunan. 

Problematika inilah yang perlu dirumuskan solusinya. Harapan BAPUSBIT ialah, agar santriwati selalu membudidayakan literasi. Namun, usaha yang diperlukan dalam mewujudkan harapan tersebut tak bisa dikatakan sebagai usaha yang biasa. Membuat santriwati gemar membaca dan menulis tanpa adanya paksaan merupakan tantangan terberat yang harus dituntaskan oleh BAPUSBIT. “kita harus bisa membuat santriwati gemar membaca, sebab jika santriwati tak suka membaca maka, santriwati juga akan sulit dalam membuat karya tulis. Bagaimana mau suka menulis, jika membaca saja santriwati tak suka?” tutur KH. Suyono Khattab, sebagai pengasuh TMI Putri.

Banyak solusi yang dilahirkan dan diterapkan dalam meningkatkan minat literasi santriwati, namun usaha yang telah dilakukan belum bisa dikatakan maksimal. Buku adalah sihir portabel yang unik dan mungkin satu-satunya sihir sejati yang tidak langsung melepaskan semua rahasianya. Sebenarnya, tidak ada alasan bagi santriwati untuk tidak suka membaca, karena di semua perpustakaan yang ada di lembaga TMI telah menyiapakan banyak buku dengan berbagai sigma. Sejauh pemantauan yang dilakukan oleh BAPUSBIT, “hanya saja ada hal yang  jauh lebih menarik yang dilakukan santriwati daripada hanya sekedar duduk berdiam diri membaca buku di perpustakaan” tutur Rosalia sebagai ketua BAPUSBIT.

Banyaknya problematika mengenai dunia literasi inilah yang memaksa BAPUSBIT untuk berfikir keras mengenai solusi yang tepat. Banyak solusi sudah diterapkan, salah satunya ialah dengan membentuk roudhatul ‘ilmi atau taman baca. Jadi, santriwati dilatih gemar membaca melalui taman baca. Jika di perpustakaan santriwati mudah merasa jenuh, maka ada taman baca sebagai solusi yang tepat dalam mencari suasana yang nyaman ketika membaca buku dan menciptakan karya tulis. BAPUSBIT juga mengadakan fun literasi sebagai ajang tulis menulis. Dalam kegiatan ini, tentunya ada workshop singkat tentang kepenulisan, dan pelatihan menulis. Jika santriwati rabun dalam membuat karya tulis, maka BAPUSBIT menghadirkan pembicara yang mampu membimbing dan mengajak santriwati untuk mencintai dunia kepenulisan. Disisi lain, pertemuan dalam forum kepenulisan biasanya diisi dengan hibah literasi. Hibah literasi merupakan materi kepenulisan yang telah dirangkum oleh BAPUSBIT dalam menambah wawasan santriwati tentang dunia literasi atau dunia kepenulisan.

Bakat yang dimiliki santriwati seharusnya ditempatkan sesuai kemampuannya. Salah satu sebab menurunnya tingkat budaya literasi dikalangan santriwati ialah, karena santriwati memilih ekstrakulikuler yang tidak sesuai dengan bakatnya. Jika seperti itu, bagaimana bakat santriwati bisa dikembangkan?. Maka perlu adanya tindakan dalam pendataan ekstrakulikuler santriwati oleh BASETRAM (Bagian Seni dan Keterampilan). Dalam mengembangkan bakat santriwati, BAPUSBIT juga menyebarkan selebaran-selebaran info tentang lomba kepenulisan online. Jadi, santriwati bebas berekspresi tentang hasil karya tulis yang dimilikinya.

Memperkenalkan dunia literasi kepada orang lain terutama kepada para pelajar yang lebih tertarik terhadap hal baru yang bermunculan di dunia maya bukanlah hal yang mudah. Namun, perlu adanya partisipasi sebagai pengajar atau pembimbing yang bertanggung jawab dalam mengembangkan bakat para pelajar. Jika para pengajar atau para pembimbing tidak peduli, maka siapa lagi yang akan peduli terhadap perkembangan anak-anaknya?. Buku memang membosankan, namun bagaimana caranya agar buku tidak tampak membosankan dalam penglihatan para santriwati. Itu adalah pekerjaan rumah terbesar yang selalu difikirkan solusinya oleh BAPUSBIT (Bagian Perpustakaan dan Penerbitan). Berbagai macam solusi yang telah diterapkan dan itu bukanlah hal yang sia-sia. Semua pencapaian memang memerlukan proses yang amat panjang, namun tak berakhir mengecewakan.

Zulviatul Ariyanti Majdi Semester 1 Prodi KPI IDIA Prenduan Sumenep


POSTING PILIHAN

Related

Utama 6881962911549522482

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item