Wajah Bermuka Dua


Oleh:  Maimun Main    

"Bak Pinang di belah dua", demikian kata pepatah lama untuk mendeskripsikan dua sosok yang memiliki kemiripan sampai di level 100%.

Sepertinya tidak salah jika pepatah lama itu saya gunakan untuk sosok keduanya. Beliau berdua memang memiliki kemiripan, hanya satu yang tidak sama dari kedua sosok panutan anak-anak Madrasah Aliyah (MA) ini, yaitu status: kawin dan belum kawin di KTP. Selebihnya keduanya amat sangat mirip.

Mindset keduanya "open minded" banget. Keduanya memang sangat cocok untuk menjadi sosok guru yang ideal. Keduanya cukup terbuka dengan segala hal yang sifatnya perubahan selama itu dalam konteks yang baik.

Mengabdi bukan hanya sebatas terminologi tanpa bukti. Sepertinya hidup keduanya memang hanya untuk didekasikan pada edukasi. Beliau abdi pendidikan. Tiada hari tanpa kata mengajar, mendidik dan mengurus anak-anak untuk menjadi insan yang berwawasan luas.

Disiplin adalah suatu tuntutan yang jarang orang bisa berhasil jika memang tidak memiliki ghirah yang kuat dalam hatinya untuk mengubah "minadz-dzulumati ilan-nur". Dan ternyata keduanya berhasil dalam hal ini. Beliau masuk nominasi sebagai guru yang disiplin. Suatu kebanggaan tersendiri bisa bersua dengan keduanya dalam satu naungan instansi pendidikan.

Kocak dan "cool" hal yang sulit bisa di kolaborasikan, tapi bagi keduanya adalah karakter. Seakan hal itu memang sudah bagian dari faktor genitik. Bawaan sejak kecil. Jadi ngobrol dengan keduanya bisa dalam satu waktu kocak dan bisa cool. So, kita seakan di bawa ke suasana komedi sekaligus menonton film pembantaian.

Agak sulit untuk mendeskripsikannya, tapi begitulah kesan yang saya rasakan ketika berbincang-bincang dengan keduanya. Jadi kedua sosok ini masuk dalam kategori paket komplit. Jadi kalau ingin mencari kawan berbicara sambil ngilangin stres ajak saja keduanya ngopi, InsyaAllah langsung hilang rasa puyeng di kepala.

Pun demikian ketika butuh eksekutor untuk menindak anak-anak yang melanggar TATIB. Maka keduanya juga bisa tampil sebagai algojo. Punya keahlian mengintrogasi bak penyidik di Kepolisian. Sulit ada anak yang bisa lolos dari penyelidikan dan penyidikan keduanya, sekedar untuk memastikan kenapa anak yang bersangkutan melanggar TATIB.

Wajah bermuka dua. Sepertinya ini cocok untuk mendeskripsikan karakter kedua sosok diatas, dengan konotasi yang baik tentunya. Bukan wajah bermuka dua dalam dunia "menggunting dalam lipatan" atau "Pagar memakan tanaman". Tapi wajah bermuka di sini dalam konteks bagaimana keduanya bisa kocak sekaligus bisa bisa "cool". Karakter seperti ini bagi kami adalah karakter yang berkelindan dalam segmen kontradiksi yang penuh sensasi.

Yang ku kagumi dari keduanya adalah spirit "invasi edukasi" yang tidak perlu di ragukan. Saksi hidupnya adalah saya. Beliau berdua betul-betul ingin mendektikan bahwa wawasan yang luas adalah cita-cita founding fathers dari bangsa ini, bapak Soekarno. Maka melakukan imperialisme edukasi suatu kewajiban yang tidak perlu ditawar lagi. Sebab kebodohan adalah penjajahan yang sebenarnya.

Beliau konseptor sekaligus eksekutor. Keduanya bukan hanya bisa berteori tapi juga mampu dalam segmen aplikasi. Figur guru yang bisa di gugu dan di tiru. Sosok senior yang bisa memberikan motivasi bagi junior. Sari pati dari hasil berbincang-bincang dengan keduanya yang sering saya rasakan adalah bukan soal "how to become" tapi yang di kedepankan adalah "we must act quickly".

Soal kita nanti jadi apa dan siapa, pasrahkan saja kepada garis takdir yang Allah ridhai. Yang penting kita sudah berbuat untuk kemaslahatan bangsa dan negara. Allah itu maha Tahu. Tidak perlu kita memaksakan pengetahuan kita yang secuil ini untuk mendikte kehendak Sang Kuasa.

terlepas dari cerita diatas, yang perlu saya ceritakan disini soal hubungan keduanya yang cukup inspiratif bagi orang lain. Kalau dalam hubungan tali kasih ada istilah "toxic relationship" maka dalam hubungan pertemanan juga ada term "toxic friendship", dimana pertemanan yang seperti ini tidak patut untuk di contoh. karena ada benalu dalam kisah persahabatan yang seperti ini.

Tali persahabatan diantara keduanya adalah persahabatan yang simbiosis mutualis. Saling membutuhkan dan saling menguntungkan. Berarti tak ada yang di rugikan dinatara dua belah pihak. Saling memberikan support agar "cuan" bersama. Ini potret persahabatan yang bisa memberikan aura posistif kepada orang yang ada di sekitarnya. Kami pribadi mau meniru persahabatan ala keduanya.

Ibarat sepasang kekasih dalam adegan film, chemistry-nya dapet. Begitupun dengan kedua sosok ini. Hampir tak ada perbedaan pendapat yang menjurus kepertengkaran. Semuanya bisa di lalui dengan komunikasi yang baik. Ini nilai plus yang kadang sulit kita aplikasikan dalam dunia persahabatan. yang ada justru kita sering mendapati, teman kita salah di mata kita, begitupun sebaliknya, kita keliru di matanya.

*****

Footnote: Cuan adalah istilah yang kerap dipakai oleh trader dan investor pasar modal. Cuan diambil dari bahasa tiongkok yang artinya untung.


POSTING PILIHAN

Related

Utama 2011045155403412798

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Kongkow Literasi Live IG

Kongkow Literasi Live IG
Silakan gabung follow agar bisa bergagung di IG Rumah Literasi Sumenep, (@rumah.literasi.sumenep) link: https://www.instagram.com/rumah.literasi.sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

item