Tradisi Masyarakat Papua yang Unik dan Ekstrem

Papua merupakan bagian dari di Indonesia yang terletak paling timur dari wilayah Nusantara. Selain karya sumber daya alam, wilayah ini juga dikenal mempunyai adat istiadat dan tradisi cukup tinggi.Papua tidak hanya terkenal dengan burung khas cendrawasih atau objek wisatanya yang indah seperti di Raja Ampat, Taman Nasional Wasur yang didominasi sabana, serta Taman Nasional Lorentz yang di dalamnya masih banyak tanaman asli, hewan, dan juga budaya yang menjadi terbesar di Asia Tenggara.

Papua yang merupakan pulau terbesar kedua di dunia (setelah Pulau Greenland di Denmark) ini juga memiliki ratusan suku dengan lebih dari dua ratus bahasa daerah. Suku-suku tersebut seperti suku Asmat, Amungme, Huli, Bauzi, Muyu, Korowai, Dani, dan banyak lagi.

Beberapa tradisi unik dan menarik yang dimiliki masyarakat Papua antara lain sebagai berikut.

Tifa Darah

Tifa merupakan alat musik pukul khas dari tanah Papua yang menyerupai gendang. Beberapa suku di Papua membuat tifa dengan cara yang cukup mengerikan. Kulit binatang yang digunakan tidak dilekatkan dengan lem atau diikat dengan rotan, melainkan dengan darah. Darah diambil dari bagian paha anggota masyarakat dengan cara disayat silet.

Injak Piring (Mansorandak)

Suku Biak di Teluk Doreri, Manokwari, Papua Barat melakukan tradisi Injak Piring bertujuan untuk menyambut kerabat mereka yang telah kembali dari perantauan. Dalam tradisi ini, sang perantau akan mandi kembang di atas piring adat, kemudian masuk ke sebuah ruangan bersama keluarga besar dan dia akan mengitari sembilan piring adat sebanyak sembilan kali. Kenapa sembilan? Karena melambangkan sembilan marga suku Doreri di Manukwari.

Setelah itu, sang perantau akan menginjak replika buaya yang jadi lambang cobaan dan tantangan dalam hidup, diakhiri dengan makan bersama. Tradisi ini disebut Mansorandak, sebagai ucapan rasa syukur atas kepulangan anggota keluarga sekaligus untuk membersihkannya dari roh-roh jahat selama di perantauan.

Namun, kini masyarakat Suku Biak melakukan Mansorandak dengan menyiramkan air kepada sang perantau yang telah kembali sebelum memasuki rumah, tidak dengan mengitari sembilan piring.

Tidak hanya momen menyambut kerabat yang pulang dari perantauan, tradisi Injak Piring ini juga dilakukan saat menyambut tamu negara yang berkunjung ke Manokwari. Para tamu akan melakukan tradisi Injak Piring ini secara simbolis sebagai bentuk rasa syukur masyarakat di sana atas kunjungan mereka.

Barapen (Bakar Batu)

Tradisi unik lain yang dilakukan masyarakat Papua adalah Bakar Batu yang disebut Barapen. Barapen adalah sebutan untuk yang di kota, ada juga nama lainnya pada masing-masing daerah. Barapen ini sebagai simbol rasa syukur dan persaudaraan, tapi bisa juga dilakukan saat upacara kematian. Tradisi ini merupakan salah satu budaya tertua di sana.

Jadi, dalam tradisi Bakar Batu ini masyarakat di sana akan membuat sebuah lubang dan menutupinya dengan daun-daun pisang. Di atasnya, mereka akan menyusun batu-batu yang sudah bersih dan berukuran lebih besar paling bawah, kemudian kayu bakar di atasnya, dan ditutup dengan batu-batu berukuran kecil. Setelah itu, mereka membakar susunan batu-batu tersebut sampai panas, barulah menaruh makanan berjumlah banyak untuk dimasak di atasnya. Makanan tersebut dapat berupa daging babi, ubi, sayuran, dan sebagainya. Setelah matang, mereka pun menyantapnya bersama-sama ditemani kopi pahit. Wah, seru ya kalau bisa ikutan? Pastinya tradisi seperti itu akan menumbuhkan rasa persaudaraan yang semakin erat sesama warga Papua.

Iki Palek (Potong jari)

Tradisi ini cukup ekstrem,  jika ada anggota keluarga yang meninggal, masyarakat di sana akan memotong jari tangan mereka. Dan mereka lakukan sebagai simbol kesedihan sekaligus untuk menjauhkan datangnya petaka lagi yang menyebabkan kematian. Suku Dani di Lembah Baliem, Papua melakukan tradisi potong jari ini setelah acara pemakaman selesai, menggunakan parang atau pisau.

Cara lainnya, keluarga yang ditnggalkan tersebut akan menggigit ruas jari mereka hingga terputus. Jari yang dipotong harus sesuai dengan jumlah anggota keluarga yang meninggal tersebut.

Ararem

Suku Biak di Papua melakukan tradisi Ararem saat acara pernikahan warganya. Jadi, keluarga besar calon mempelai pria mengantarkan mas kawin ke rumah keluarga calon pengantin wanita dengan berjalan kaki membawa guci, piring-piring adat, dan lain-lain sebagai seserahan.

Rombongan keluarga besar calon mempelai pria akan berjalan kaki membawa seserahan dengan iringan tarian dan nyanyian seperti lagu-lagu nasional Indonesia sambil mengibarkan bendera Merah Putih.

Tato

Masyarakat Papua Barat terutama suku Meyakh dan Moi melakukan tradisi membuat tato pada tubuh mereka. Tato tersebut bermotif garis dan titik-titik melingkar menyerupai segitiga kerucut atau tridiagonal yang berbaris vertikal dan horizontal.

Masyarakat di sana mencelupkan tulang ikan atau duri pohon sagu ke dalam getah pohon langsat atau campuran arang halus di dalam proses pembuatan tato tersebut.

 Mumi Papua

Tradisi mumifikasi jenazah tak hanya ada di Mesir, Suku Dani Papua juga melakukan tradisi pembalsaman yang tokoh adat yang meninggal. Teknik mumifikasi dilakukan dengan menjemur dan mengeringkan di dalam goa, kemudian ditusuk dengan tulang babi dan diletakkan diatas perapian.

Selain diatas, masih banyak lagi tradisi masyarakat Papua yang dikenal lebih jauh

(dihimpun dari beberapa sumber)







POSTING PILIHAN

Related

Utama 4457717960870465049

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item