Menyingkap Makna di Balik Ungkapan Al-Qur’an


Al-Qur’an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril, yang dinukil secara mutawatir, yang ditulis di mushaf-mushaf, dengan dimulai dari surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nash, juga bernilai ibadah dengan membacanya.

Membaca Al-Qur’an merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan di dalam agama Islam.  Bahkan perintah membaca sampai termaktub dalam Al-Qur’an itu sendiri, yaitu pada surah Al-Alaq. Namun membaca sekaligus  memahami Al-Qur’an jauh lebih penting daripada sekedar dibaca saja, atau hanya dibaca sebagai sarana untuk mendapatkan balasan materi, atau bahasa mudahnya diperlombakan, walaupun dalam Al-Quran sendiri terdapat motivasi amal melalui keuntungan duniawi. Karena dengan memahami Al-Qur’an, kita dapat mengetahui apa dari maksud Al-Qur’an itu sendiri, terlebih mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari

Perlu kita ketahui bersama, bahwa tidak semua perintah di dalam Al-Qur’an tertulis secara eksplisit, namun ada juga yang hanya diisyaratkan secara implisit, sehingga tidak tampak secara langsung bahwa hal tersaebut adalah perintah atau larangan. Sehingga Syekh Izzuddin bin Abdissalam mengarang sebuah kitab Nubaz Min Maqasidi Al-Kitab al-Aziz, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh dosen Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA), yaitu  Dr. Ulya Fikriyati, Lc.M.A. agar pembaca dapat dengan mudah memahami kitab tersebut dalam bentuk buku.

Buku ini hadir dengan menyajikan mengenai maqasid Al-Qu’ran, dengan penjelasan yang sangat singkat dan padat. Buku ini juga memaparkan mengenai buah dan manfaat dari tujuan Al-Qur’an itu sendiri, supaya kita dapat mengetahui tujuan-tujuan pokok kitab suci Al-Qur’an.

Maqasid Al-Qur’an merupakan salah satu objek kajian yang  paling mulia dalam Al-Qur’an, sebuah bahasan yang layak dipahami dan dipelajari, karena mengandung kebenaran, penjelasan, dan bukti-bukti yang kuat yang dapat dijadikan sebagai dalil. Maqasid sendiri dapat dipahami sebagai perintah mencapai kemaslahatan dan hal lain yang menyebabkannya, beserta dengan larangan untuk melakukan kerusakan (mafsadat), dan semua hal yang menyebabkanya.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Al-Qur’an memiki banyak wajah, banyak pemahaman, karena Al-Qur’an mencakup semua bentuk perintah, larangan, penghalalan, dan pengharaman (hlm,128). Selain itu lafadz-lafadz Al-Qur’an juga tidak hanya memiliki satu makna, sehingga berakibat kepada hasil pemahaman yang berbeda-beda. Namun telah ada hadis yang menghimbau untuk membawa penakwilan Al-Qur’an kepada yang paling baik. Tetapi ada juga ayat yang hanya mengandung satu makna, mengandung pengertian yang sharih sehingga sulit untuk menimbulkan bermacam-macam pemahaman yang berbeda.

Sedangkan mengenai maksud ayat-ayat Al-Qur’an, dapat diklasifikasikan menjadi enam bagian, hal ini sesuai dengan pendapat Abu Idris Al-khawlani yang mengatakan “Al-Qur’an terdiri dari enam ayat: ayat yang memerintahkanmu, ayat yang membawa berita gembira untukmu, ayat yang menginngatkanmu, ayat tentang kewajiban, ayat yang berisi berbagai informasi, adapula yang keenam adalah ayat yang membahas metafora”. Berbeda dengan penulis sendiri yang menyebutkan lebih banyak dari pendapat tersebut, diantaranya yaitu permintaan, izin pembebasan, seruan, dalam seruan ini masih terdapat pengklasifikasian lain, dan selanjutnya yaitu pujian, dan masih banyak yang lain.

Pujian terkadang digunakan atas sesuatu sebagai pemikat sebagaiman firman Allah SWT “ jika kamu menampakkan sedekah-sedekahmu maka itu baik, dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikanya kepada orang-orang fakir maka itu lebih baik bagimu, dan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahanmu, dan Allah maha teliti atas apa yang kamu kerjakan” (QS,Al-Baqarah,271) . Dari ayat ini sedekah merupakan hal yang terpuji sehingga dapat dipahami sebagai perintah, namun mengandung penekanan untuk melakukannya dengan cara menyembunyikannya ketika mengeluarkannya dengan janji balasan yang lebih.

Selain itu di dalam buku ini juga menjelaskan mengenai amtsal atau matsal, amtsal di dalam Al-Qura’n juga berhubungan dengan janji, ancaman, celaan, pujian, kecaman, ataupun teguran. Seperti parabel yang mengandung janji ditambahkannya pahala kebaikan sebagaiman tertulis dalam Al-Baqarah ayat 261: “perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji, Allah melipatgandakan bagi siapa yang Ia kehendaki, dan Allah maha luas, maha mengetahui”. Jadi pelipatgandaan pahala bagi orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah sebagaimana ayat di atas merupakan penarik agar orang-orang mau melakukan hal yang serupa. Demikian juga dalam ayat yang lain yang menyampaikan bahwa kekafiran menjatuhkan amal kebaikan yang diumpamakan dengan angin ribut.

Termasuk hal yang diktat untuk dibahas dalam kajian Ulumul Qur’an ialah i’jaz Al-Qur’an, kemukjizatan Al-Qur’an. Di dalam buku ini pun menjelaskan masalah I’jaz Al-Qur’an, namun bukan dalam pengertian kemukjizatan melainkan keistimewaan sehingga pembahasannya menjadi lebih sempit. Diantaranya yaitu I’jaz Al-Qur’an yang terletak pada penggunaan kata yang singkat, juga bisa ditinjau dari kejelasan dan kefasihan dalam bahasa Al-Qur’an, atau keistimewaan Al-Qur’an dalam bentuk peristiwa-peristiwa di masa lampau, semisal cerita penghuni gua (Ashab Al-Kahfi), dzulkarnain, dan lain yang serupa.

Moh.Bahrudi, santri PP Annuqayah  daerah lubangsa selatan, Guluk-guluk, sumenep, madura. Sekaligus mahasiswa INSTIKA.


POSTING PILIHAN

Related

Utama 5201182881379722864

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item