Meluruskan Kesalahpahaman Mengenai Islam


 

Buku Islam yang Disalahpahami merupakan buku ketiga dari trilogi mengenal Islam dari Prof. Quraish Shihab. Selain buku ini ada buku pertama yaitu Islam yang Saya Anut dan buku kedua Islam yang Saya Pahami. Dalam buku ini, kamu akan menemukan penjelasan beliau mengenai pandangan-pandangan yang keliru terhadap ajaran Islam. Pandangan keliru ini biasanya muncul karena adanya para orientalis yang parsial memahami Islam atau memang tujuan belajar Islam secara negatif. Selain itu muncul juga dari internal Islam sendiri, karena keterbatasan referensi yang kamu punya. Di samping itu, khazanah Islam yang begitu luas dan terbuka bagi setiap orang (ahli ilmu atau ulama) untuk memahami Islam.

Sering kali ketika kita kita membicarakan aib orang lain atau anggaplah teman kita,pasti ada yang berkomentar “jangan fitnah dong, fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan.” Lalu dengan bangganya orang tersebut mengatakan bahwa ucapannya itu berasal dari al-Quran surah Al Baqarah ayat 191.Benarkah demikian..?

 Jika kita membaca buah karya M.Quraish Shihab ini tentu kita akan mengetahui hal tersebut tidaklah benar karena fitnah dalam bahasa Indonesia bukanlah fitnah sebagaimana dalam bahasa Al Qur’an melainkan ghibah.

Mengacu pada Al-Qur’an, dari analisis yang  penulis lakukan, penulis menemukan sekitar enam puluh kata “fitnah”. Tigapuluh di antaranya dalam bentuk mufrad dan berdiri sendiri. Dari jumlah semuanya tidak satupun kalimat fitnah yang bermakna “perkataan bohong  atau tanpa dasar kebenaran yang disampaikan dengan maksud menjelekan orang lain”. Sebagaimana kita pahami dalam bahasa indonesia, sehingga penulis menampilkan beberapa interpretasi mufassir mengenai lafadz “fitnah” dalam ayat tersebut

Pertama, yaitu fitnah dipahami dengan kemusyrikan atau mempersekutukan Allah, pendaapat ini dikemukakan oleh imam At-Thabariy, pendapat serupa juga dikemukakan oleh pakar tafsir Ibnu Katsir.

Fakhruddin Ar-Razi mengemukakan beberapa pendapat diantaranya yaitu dinukil dari Muhammad SAW. Ibnu Abbas r.a. menyatakan bahwa fitnah disini berarti kekufuran. kekufuran dinamai fitnah karena ia merupakan kebejatan dan perusakan di bumi yang mengantarkan kepada kedzaliman dan kekacauan,dan bahwa kekufuran merupakan sesuatu yang lebih besar atau buruk dari pada pembunuhan.(hlm.258).dan masih banyak lagi pendapat yang lain dalam buku ini yang menyatakan bahwa maksud fitnah dalam ayat tersebut tidak seperti fitnah dalam KBBI.

Kesalahpahaman dalam memahami kata ”fitnah”dalam ayat di atas merupakan satu contoh kecil dari sekian banyak kesalahan yang sangat vital yang tersaji dalam buku ini, tidak hanya kesalahpahaman dalam memahami Al-Qu’an atau hadis, namun terlebih kesalahpahaman nonmuslim terhadap agama  dan ajaran Islam. Seperti ajaran Islam dipahami bersumber dari nabi Muhammad, atau term kerennya Muhammadanisme, atau Islam agama teroris, diskriminatif gender dan lain lain yang tak kalah pentingnya.

Buku ini sangat sarat dengan ilmu dan sangat penting untuk dibaca oleh  masyarakat Islam, utamanya bagi intektualis muslim, untuk mempertahankan bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil’alamin dari tuduhan-tuduhan orang yang ingin memecah belah Islam.

Problematika yang disajikan didalamnya merupakan problem aktual dan yang dikupas tuntas oleh penulis dengan menampilkan argumentasi-argumentasi yang muktamad, sehingga pembaca tidak akan diragukan dengan statetmen didalamnya yang sangat logis, untuk meluruskan pemahaman-pemahaman yang  salah terhadap agama atau ajaran Islam, meskipun kesalahpahaman merupakan fitrah manusia. Karena tidah seorangpun yang tidak berpotensi salahpaham dalam memahami Al-Qur’an, tidak seorangpun kecuali Rasulullah SAW. Kita semua harus berprinsip bahwa kembali kepada yang benar itulah yang benar(hlm,7).

Buku ini memuat sekian persoalan yang dinisbatkan kepada ajaran Islam, tetapi penisbatan tersebut pada hakikatnya terjadi akibat kesalahpahaman, sehingga barangkali kita pernah mendengar ungkapan yang melukiskan agama Islam: “The Misunderstood Religion”. Kesalahpahaman tersebut bisa jadi lahir dari pihak nonmuslim akibat kedangkalan pengetahuan mereka tentang Islam; bisa jadi lahir dari sementara orientalis, baik sengaja untuk memperburuk wajah Islam maupun karena kepicikan pengetahuan mereka; atau bahkan bisa jadi lahir dari umat Islam sendiri akibat keterbatasan bacaan mereka.

Melalui karya ini, M. Quraish Shihab berupaya mengurai berbagai kesalahpahaman tersebut secara logis, tepercaya, dan kaya: memaparkan penjelasan para pakar masa lalu dan kontemporer untuk mendudukkan persoalan di tempatnya yang tepat sehingga diharapkan prasangka-prasangka dapat ditepis, kekeliruan-kekeliruan dapat dikikis. Dalam buku ini masih banyak topik yang termaktub seperti masalah perbudakan, perceraian apakah hanya hak suami, jizyah, kesalahan memahami ayat al-Qur’an dan memahami hadits, apakah perlu memerangi nonmuslim sampai memeluk Islam, bagaimana meniru pakaian nonmuslim dan sebagainya.

Dengan membaca buku ini, kamu akan mengetahui ternyata banyak sekali kesalahpahaman yang terjadi terhadap Islam. Buku ini mengajarkan kepada kita bahwa ajaran Islam itu luwas, luwes dan damai. Perbedaan pendapat merupakan suatu khazanah yang harus kita syukuri. Prof Quraish juga memberikan saran untuk terus meningkatkan pemahaman kita terhadap agama dan budaya Islam. Budaya di sini maksudnya seperti mempelajari budaya nasional yang tidak bertentangan dengan Islam itu sendiri. Ini sebagai jembatan menghubungkan khazanah masa lalu dan masa sekarang untuk kemajuan masa mendatang.

Selain itu, Prof. Quraish memberikan pesan tersirat supaya umat Islam terus memperdalam ilmu terhadap agamanya sendiri. Kesempitan pandangan dan bacaan biasanya akan menjadikan diri sebagai penganut yang radikal. Juga sebagai umat Islam sudah menjadi tugas kita dalam meluruskan ajaran Islam kepada nonmuslim. Islam itu agama penuh kasih sayang bukan tentang terorisme atau agama kolot. Meluruskan dalam artian memberikan pemahaman, mau menjadi Islam atau tidak itu bukan urusan kita. Namun sebelum itu, untuk sampai ke sana diri pribadi juga harus menjadi orang berilmu.

Akhir kata, saya akan menutup resensi ini dengan salah satu kata-kata Prof. M. Quraish Shihab yang sangat penting kita pikirkan dan ditelaah secara mendalam sehingga kita dalam memahami Islam tidak keliru lagi.

 Sekian lama Nabi Muhammad Saw berada di Mekkah dan Madinah, jangankan melukai atau membunuh nonmuslim, mengganggu mereka pun beliau tidak pernah.

Islam adalah agama yang terbuka menyangkut kebaikan dari manapun sumbernya. Sejak awal masa Islam, hal tersebut terlihat, antara lain, dalam sikap Nabi Saw. menyangkut hal-hal positif dalam masyarakat jahiliah.

*****

*Santri Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa Selatan dan  Mahasiswa INSTIKA Guluk-Guluk Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Semester II



POSTING PILIHAN

Related

Utama 3013451804537129997

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item