Tahun Baru Untuk Nurani


D. Zawawi Imron

Tiba-tiba kita menurunkan kalender tahun 2020 yang kita gantung selama satu tahun. Dan kini kita menggantinya dengan kalender baru,  kelender 2021. Satu tahun terasa berlangsung cepat sekali. Tahun baru 2020 sudah mulai sejak pukul  00.00 wib awal hari Kamis yang lalu. Banyak jejak yang kita tinggalkan pada tahun yang silam itu. Jejak yang semerbak bunga dan jejak yang bernanah semua akan menjadi catatan abadi. Kita akan mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan.

Orang yang punya hati nurani akan merasa ngeri dan jijik terhadap jejak-jejaknya sendiri yang busuk, yang bisa dicatat sebagai dosa. Kalau ia melakukan intropeksi, kebusukan yang telanjur merugikan orang lain akan dipandang sebagi sejarah yang memalukan dirinya. Orang yang disakitinya dan orang-orang yang mengetahui kebusukan itu akan mengabadikannya dalam kenangan, dan selagi tidak meinta maaf, orang tak mungkin memaafkannya. Pada hal setiap kebusukan dan dosa yang dilakukan seseorang, akan menjadi noktah hitam yang menghantui hidupnya.

Berbeda dengan orang yang meninggalkan jejak-jejak berupa jasa yang menguntungkan orang lain atau orang banyak, perbuatan itu akan menjadi sejarah yang mengharumkan namanya. Ia akan dikenang sepanjang zaman. Bahkan kalau jasanya teramat banyak, sampai membuat tersenyum suatu bangsa, tidak mustahil namanya akan diabadikan sebagai pahlawan. Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading.

Kaitannya dengan tahun baru, apa yang telah kita tinggalkan untuk menghiasi tahun 2020 yang telah lalu.? Dalam intropeksi, kita membutuhkan jawaban yang mekar dari kejujuran hati nurani, karena hati nuranilah yang membuat kita bisa menilai diri sendiri dengan kaca mata obyektif. Bahwa kalau diri ini banyak kesalahannya akan diakui secara jujur bahwa diri memang bersalah. Mengakui diri benar pada hal menurut nurani salah, adalah kepalsuan dan penghianatan terhadap hakikat hidup.

Integritas moral dipentingkan orang bukan hanya di negeri kita saja, di berbagai negeri di dunia selagi manusia menghormati  hati  nurani,  kehormatan dan  keharuman   nama menjadi nilai yang sangat diutamakan. Kebusukan yang disandang karena minusnya integritas moral, hanya akan membuat diri tak lebih dari bangkai berjalan. Secara fisik diri masih hidup, tapi secara nurani dan moral sebenarnya telah mati dengan nama yang busuk.

Kebudayaan yang sehat akan sangat menghormati hati nurani. Karena dengan nuranilah orang bisa mengembangkan kecerdasan emosional, yaitu kesadaran untuk saling berkasih sayang sesama manusia. Dari kesadaran nurani, seseorang akan punya prinsip yang kuat untuk selalu membahagiakan orang lain. Orville dan Wilbur Wright bersaudara, 100 tahun yang lalu telah mempersembahkan pesawat terbang yang pertama bukan hanya untuk bangsa Amerika, tapi untuk seluruh ummat manusia. Thomas Alva Edison menemukan lampu pijar yang pertama, kamera, proyektor gambar hidup, bateri akumulator dan lain-lain untuk kesejahteraan seluruh ummat manusia. Ibu Kartini, Jenderal Sudirman, Ki Hajar Dewantoro dan lain-lain berbuat sesuatu yang baik bukan hanya untuk kepentingan dirinya, tetapi untuk seluruh bangsa Indonesia. Hati nurani yang bersinergi dengan semangat kreatif selalu akan membuat kemanuasiaan tersenyum dan bahagia.

Tidak tampilnya hati nurani, akan berdampak minusnya kasih sayang sesama ummat, sehingga bermusuhan, bertengkar dan berperang saling membunuh akan dipandang sesuatu yang mengasyikkan. Tidak berperannya hati nurani akan memberi peluang merajalelanya kerusuhan dan kebinatangan sehingga terjadi homo homini lupus, manusia adalah serigala bagi manusia lainnya. Tahun baru 2020 baru beberapa kita lewati. Alangkah mulianya kalau tahun ini kita jadikan “Tahun Hati Nurani”. Yaitu tahun memuliakan kembali kemanusiaan dengan persaudaraan dan rasa solidaritas yang sublim.

Hati nurani yang terawat dengan sehat, akan memberi tempat di dalam dada kepada seluruh manusia untuk dimuliakan dan disayangi. Dengan kasih sayang itulah atmosfer kehidupan akan berlangsung dalam suasana damai dan tenteram. Masih rindukah kita kepada perdamaian dan persaudaraan ?

Hanya orang yang punya hati nurani yang akan menjawab, “Ya.”



POSTING PILIHAN

Related

Utama 4055184505328330529

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item