Sajak-Sajak Muh. Heriadi
Muh. Heriadi , Mahasiswa IDIA Prenduan Sumenep-Madura, Prodi KPI Fakultas Dakwah, penulis Aktif di organisasi Aliansi jurnalis muda IDIA (AJMI)
Hidup
Sejauh bentangan garis kehidupan yang telah terlewati
Adakah kebaikan yang tercipta di dalamnya?
Setiap hari dinikmati dengan sukarela
Setiap waktu habislah terbuang sia-sia
Hidup!!!
Mempunyai variasi yang berbeda-beda
Kala susah membebani, dan senang membuat lupa diri
Pernahkah terlintas dalam pemikiran kita?
Berapa kebaikan yang telah kita berikan
Selama raga berteman dengan kehidupan
Bersenang Dalam Kemaksiatan
indah sekali ketika kita memandang lautan
cahaya biru yang memanjakan pengelihatan
bertabur bunga kebahagian, bersenang menghilangkan ingatan
burung yang berkicau menyampaikan nasehat kebaikan
telinga seakan tuli tak mendengarkan, dan mata buta tak melihat
hati hitam tak tercantum kesedihan, tertawa dalam kemaksiatan
berteriak dengan lantungan irama lagu yang menggiurkan
menari dan terus menari tanpa memikirkan kehormatan
segelas miras menjadi hidangan, ternyata kehormatan sudah hilang
bersenang menyuarakan kemaksiatan
label dosa tak lagi dipikirkan
dan neraka seolah cerita fiktif belaka
menimakti hidup dengan semaunya
meski bertolak dengan aturan agama
yang penting hati merasa bahagia
sungguh kacau kehidupan yang dijalankan
orang-orang bersenang dalam kemaksiatan
perintah agama sudah tak lagi di perioritaskan
demi kebagihaan yang tak kekal
Kekacauan Zaman
di saat semesta telah berbeda dengan sebelumnya
kegiatan manusia telah terbatas oleh mahluk tanpa nyawa
dan gaya kehidupannya telah di ubah oleh moderenisasi
wanita yang menjadi perihasan dunia
tak lagi bercahaya dengan kata mulia
berjalan seolah mengundang nafsu, agar menikmati apa yang mereka punya
lelaki yang menjadi harapan agama dan Negara
letak kukuatan yang sebenarnya
telah lemah dengan kemewahan yang ada
dunia bertukar balik dengan realita
pria ingin menjadi wanita
wanita ingin menjadi pria
semua orang berlomba-lomba menjadi raja
merbut tahta sehingga mengadu domba
dan memjual ajaran agama
zaman telah mulai berbeda dengan hakekat yang semestinya
kekacaun telah tersebar di mana-mana
menjadi topeng kehidupan yang tak disadarkan
dan menjadi sebuah kebanggaan
Ceritakan Zamanmu
Duduklah bersamaku di bangku tua itu
Hentikan sejenak rintikan hujan yang menyapa bumi
Ceritakan kepadaku bagaimana zamanmu yang dulu
Ketika bahagia dengan permainan dari kayu
Bukalah lembaran kenangan masa kecilmu
Biarkan aku baca setiap kata yang ada di dalamnya
Betapa berkesannya ketika berlari mengejar layangan
Walaupun lelah tetapi tak dirasakan
Ulangi lagi cerita pada masa kecilmu
Sampaikan kepada generasi globalisasi
Tentang kenikmatan mancing di tepi kali
Walupun tak berhasil berulang kali
Ceritakan lagi kepada ku tentang zamanmu dulu
Akan ku nikmati setiap bayangan tentang kisahmu itu
Karena semuanya tak ditemui di generasi tekhnologi
Yang tak mengerti dengan hikayat klasik itu
Pisau Yang Tak Tampak
Semua orang lihai memainkannya
Tanpa takut akan terluka
Pucuknya yang tajam tak menggentarkan tuannya
Nikmat sekali bermain dengannya, tanpa sadar waktu telah terhabisi
Dunia berada dalam satu genggaman
Semua negara dapat dijangkau dengan satu gerakan
Semua hiburan dapat dinikmati
Pada satu layar yang berukuran sedang
Anak-anak yang seharusnya menikamti masa kecilnya
Telah terpaku dengan kemajuan tekhnologi
Tangannya telah berisi pisau yang bersembunyi
Menari-nari memainkannya kesana kemari
Satu kali salah bergerak maka hatinya akan rusak
Kehidupannya dirobek oleh pisau yang tak tampak
Karena salah cara memainkannya
Orang tua pun pasrah melihat semuanya