Puisi-puisi Wafiqatun Nuraniyya

Kepada-Nya
Saat keheningan malam
Memjadi pengiring munajat Kepadanya
Saat surban hijau tua
Menjadi saksi sujud Kepadanya
Kepadanya……
Tempat kucurahkan
segala asa dan harapan
Kepadanya…….
Yang selalu merawat hamba hambanya
Dia yang lebih dari kata sempurna
Meski dinginyya malam mengusik
Tak kuhiraukan itu
Tuk membalas apa yang ia berikan padaku
Dariku….
Hambanya yang jauh dari kata sempurna
Sang Pendekar Jalanan Bersenjata Gitar
Tetesan air dari langit
Yang semu berkelabu
Gemuruh yang seolah
Menjadi pengiring jatuhnya
Ke dunia yang fana
Angina dingin
Yang menjadi pelengkap suasana
Yang mewakili kalbu ini
Saat ku temuinya
Basah kuyup
Dengan gitar kecil nan tua
Dan dengan seragam sekolah
Yang mulai berwarna putih tulang
Petikan gitarnya
Yang ia harapkan
Menjadi sumber penghasilannya
Saat lampu lalu lintas
Mulai berwarna merah
Dia mulai berjalan
Bernyanyi dengan petikan gitarnya
Dia yang saat ditanya
“Untuk apa kau lakukan semua ini?”
Dia mengalihkan pandangannya
Pada sosok Bidadari tak bersayap
Baginya
Yang sedang duduk
Dan terbujur lemah
Dibawah jembatan itu
Dengan beralaskan kardus
Lalu dia menjawab
“Ibu.”
Yang dengan seketika
Tanpa ia sadari
Jatuhlah air mata
Di pipi manisnya
Dengan tubuh kecilnya
Tak memengaruhi usahanya
Tuk memperoleh penghasilannya
Dan menjadi tulang punggung keluarganya
Betapa kuatnya dirimu
Wahai musisi jalanan cilik
Kau layaknya seorang
Pendekar kecil
Dengan gitar kecil
Sebagai senjatanya
Yang ia bawa kemana-mana
Sebut Saja Dia Senja
Tarian ilalang di senja kali ini
Dengan hilir angin pelan
Nan sejuk
Dihiasi langit senja
Nan merona di ufuk barat
Saat burung-burung hilir kembali
Ke sarang tempat berteduhnya
Dengan kicauannya yang merdu
Tenang…
Namun, ya seperti biasanya
Ketenangan yang sementara
Ah…
Suasana ini mengingatkanku
Padanya
Juluki saja dia senja
Yang berikanku ketenangan
Yang indah
Namun hanya sementara
Butiran Ganja
Garis waktu yang merangkak maju
Mengajarkanku tentang kejamnya dunia
Anasir-anasir itu
Para penghasut harapan-harapan bangsa
Yang menghasutnya tuk menghisap
Butiran-butiran ganja di tangannya
Katanya…
“Ini yang akan membuat hidupmu tenang”
“Ini yang membuat hidupmu senang”
Apakah yang ia maksud itu?
Yang membuat badannya lemah
Yang membuat busa putih
Keluar dari mulutnya
Yang membunuhnya perlahan-lahan
Yang membuat uangnya terbuang sia-sia
Akankah kau sadari
Betapa sedihnya orang-orang yang menyayanginya
Yang ditinggalkannya
Dengan keadaan buruknya
Sudikah kau menyentuhnya?
Teman
Saat ia berada
Di puncak ketenarannya
Kadang kala khalayak
Membuatnya termangu
Dikala keramaian
Remuk
Mensyukuri memori kalbu
Yang sedang diselimuti kelabu
Petir cemoohan bergemuruh
Menyerang rancaknya asa
Yang rancak terbangun
Dalam hati
Yang kadang kala retak
Namun…
Kau ulurkan tanganmu
Pada saat keterpurukanku
Kau yang kuatkan aku
Saat asa yang kususun mulai retak
Teman…
Dalam keadaan apapun aku
Kau masih mau menemaniku
Terima kasih kau telah selalu ada
Teman