Peran Pemuda dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Tengah Covid 19

Mereka adalah pendekar intelektual meski dalam penademi tetap belajar


Oleh: Hanafi

Pemuda adalah seseorang yang berusia produktif dan mempunyai karakter khas yang kuat, yaitu revolusioner, optimis, berpikir maju dan memiliki semangat yang tinggi. Pemuda merupakan generasi penerus bangsa yang memiliki peran sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Dalam kaitannya dengan SDM (Sumber Daya Manusia) dengan potensi dan kemampuannya, pemuda dapat menjadi penggerak dan mengubah berbagai aspek kehidupan ke arah yang lebih maju. Pemuda mempunyai peran sebagai pendekar intelektual dan sosial.

Dalam artian bahwa pemuda selain mempunyai ide (gagasan) yang perlu dikembangkan, pemuda juga berperan sebagai agent of change (agen perubahan) suatu bangsa. Peran pemuda sangat dibutuhkan dalam mengatasi berbagai persoalan yang terjadi dalam suatu bangsa dan negara. Hal ini sesuai dengan apa yang telah diungkapkan oleh Ir. Soekarno: “Berikan Aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda niscaya akan kuguncang dunia”. Hal tersebut menunjukan bahwa betapa besar peran pemuda dalam kemajuan suatu bangsa.

Pemuda harus memiliki sifat kritis dan peduli terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat termasuk pada kondisi saat ini, di mana virus baru yang dikenal dengan virus corona atau Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) telah melanda hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Karena dampak dari adanya Virus Covid 19 ini tidak hanya terhadap kesehatan melainkan ke berbagai sektor di negara Indonesia termasuk terhadap sektor pendidikan. Hal ini berdampak sangat signifikan terhadap dunia pendidikan karena kita sadari pendidikan sebagai investasi jangka panjang manusia untuk menghasilkan manusia-manusia yang berbudi luhur dan insan akademis seperti yang diharapkan oleh Pancasila yaitu mencerdaskan seluruh anak bangsa.

Pendidikan sendiri merupakan tonggak senjata sebagai alat peradaban untuk membangun manusia yang memiliki budi luhur dan berinsan akademis. Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Artinya pendikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. islam baik meliputi akidah, syariat, dan akhlak.

Apalagi di tengah arus cengkeraman globalisasi ini yang membuat tantangan semamkin meningkat dalam menjawab eksitensi bangsa ini. Di tengah Virus Covid 19 yang melanda kondisi pendidikan di bangsa Indonesia mengalami perubahan yang drastis. Tidak hanya negara Indonesia sebenarnya namun juga negara luar karena penyakit Virus Covid 19 ini merupakan bencana non alam yang tidak hanya melibatkan Indonesia tetapi sudah menjadi penyakit global.

Perubahan tersebut yang mendasar dapat dilihat dalam aktivitas belajar mengajar di sekolah yang seyognya belajar secara tatap muka namun karena pandemic proses pembelajaran dialihkan secara daring. Kondisi demikian tentu memunculkan permasalahan baru di dunia pendidikan yang mengarah terhadap kurang efektifnya dalam proses pembelajaran dan hasilnya. Seperti banyaknya keluhan-keluhan yang diberitakan di media cetak maupun online, keluhan keluhan siswa hingga tingkat mahasiswa ketika melaksanakan pembelajaran secara daring.

Dimulai dari jaringan lemah, biaya internet, handphone tidak mendukung, hingga yang paling urgent tidak mampunya memiliki handphone sebagai sarana yang menghubungkan pembelajaran secara daring. Kondisi-kondisi seperti inilah yang membuat siswa hingga mahasiswa banyak yang mengeluh dan bosan akan pembelajaran secara daring karena selain permasalahan tersebut juga dinilai kurang efektif memberikan dampak yang signifikan dalam transformasi ilmu pengetahuan baik secara kognitif, afektif, hingga psikomotorik.

Namun persolan tersebut berada diluar kendali sekolah, terkhusus siswa hingga mahasiswa sepenuhnya. Karena perubahan tersebut merupakan bagian dari antisipasi dalam pola adaptasi baru memutus penyebaran rantai Virus Covid 19. Untuk itulah dituntut terutama pihak penyelenggara sekolah memberikan sarana dan pra-sarana yang memadai. Selain itu tenaga pendidik seperti guru harus kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan tekhnologi bagi siswa-siswinya.

Hal ini memberikan tantangan sendiri bagi pemuda bagaimana menjawab persoalan pendidikan di tengah pandemic dengan semangat eksitensi untuk memperoleh esensinya sebagai pemuda yang berkualitas dan siap bertarung. Pemuda menurut Pasal 1 angka 1 yang memiliki usia dari 16 tahun hingga 30 tahun, memiliki emosional yang sangat tinggi sehingga dengan demikian harus mampu dikontrol diarahkan dalam menciptakan perubahan yang baik bagi bangsa. Karena pemuda merupakan aset emas bagi bangsa untuk menciptakan peradaban yang lebih baik ke depan. Karenya peran pemuda dalam menunjang kualitas dunia pendidikan sangat dibutuhkan.

Pemuda adalah mereka yang selalu resah dengan keadaan, seperti Tan Malaka mengatakan bahwa pemuda adalah subjek perubahan yang revolusioner terhadap pembangunan yang berkelanjutan. Tanpa peran pemuda di dalam dunia pendidikan maka akan menjadi rapuh dalam dunia pendidikan itu sendiri karenanya pemuda seperti yang dikatakan oleh Paulo Freire harus menjadi dalam perubahan pendidikan bukan objek ala pendidikan gaya bank. Artinya pemuda sebagai pribadi yang memiliki karakter dan pemikiran kritis dapat memberikan sumbangsihnya terhadap format ideal pendidikan terhadap bangsa yang dihasilkan dari ide-ide dalam keterlibatannya terhadap penyelenggara pendidikan seperti dari hasil dialog yang mengahsilakan konklusi yang konstruktif di dalamnya.

Pemuda juga menjadi volunteer yang berjuang mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada masa lalu ada mahasiswa yang dimobilisasi menjadi pendidik secara sukarela terutama bagi masyarakat di daerah terpencil atau minimal di daerah masing-masing sebagai agen perubahan yang transformative terhadap masyarakat khususnya anak-anak bangsa yang tidak mampu secara ekonomi untuk bersekolah.

Pemuda dapat membangun sekolah alternative non formal untuk membantu anak-anak yang putus sekolah karena kendala biaya secara ekonomi. Apalagi di tengah pandemic sudah terdapat beberapa anak yang putus sekolah akibat tidak mampu memiliki handphone bahkan menikah di tengah pandemic karena merasa bosan dengan pembelajaran daring yang tidak jelas hingga kapan kondisi tersebut. Maka sangat penting peran pemuda sebagai garda terdepan untuk menghubungkan kembali ke dunia pendidikan bagi anak-anak yang putus sekolah meskipun secara non formal.

Selain itu di zaman tekhnologi ini pemuda dapat memanfaatkan tekhnologi dengan kreatif yang mampu mendidik dan memberikan dampak positif buat masyarakat terutama anak-anak yang masih minim pengetahuan tekhnologi seperti menciptakann aplikasi yang kontennya untuk belajar. Pemuda juga juga dapat melaksanakan pendidikan dengan memanfaatkan media-media informasi dan komunikasi dengan menyebarluaskan tulisan-tulisan yang positif dan mendidik di media online.

Pemuda juga berperan penting untuk menangkal berita hoax yang rentan terjadi di media sosial. Dengan menyebarkan tulisan –tulisan positif akan mampu menyadarkan pentingnya akan pendidikan sehingga diharakan memberikan dampak yang progres bagi masyarakat bagaimana menciptakan kesadaran akan pentingnya dunia pendidikan.

Hanafi, Jurusan : Tarbiyah Prodi Tadris IPS ,Kampus : IAIN Madura, Organisasi : HMI Tarbiyah IAIN Madura




POSTING PILIHAN

Related

Utama 6088423538016478331

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item