Burung-Burung yang Datang dari Bulan


Menurut Zumy Muhyidin, hanya orang Cangkreng yang punya tradisi menangkap burung bhārkè' (berkek/berkik) untuk konsumsi. Mereka memburu burung misterius ini di berbagai sawah dan padang terbuka daerah Sumenep dengan jaring dan metode khusus.

Perburuan hewan, penebangan pohon, meratakan bukit, dan aktivitas lain yang berpotensi mengancam alam memang harus dilindungi oleh mitos. Kalau perlu, harus diadakan ritual khusus agar mereka yang melakukannya tanpa tujuan mendekatkan diri pada Sang Khalik segera tertimpa musibah.

Nelayan di Lamalera, NTT, punya tradisi berburu paus kepala kotak selama ratusan tahun. Namun mereka memiliki protokol ketat: hanya memburu paus yang lewat, bukan mencarinya; mereka memburunya menggunakan perahu peledang dengan layar dari anyaman daun pandan yang bergerak tanpa mesin sehingga paus terhindar dari ancaman baling-baling motor. 

Lamafa, si juru tombak, haruslah lelaki saleh yang sebelum perburuan tidak menggauli isterinya. Orang Lamalera tidak memburu paus muda yang masih produktif, apalagi paus bunting. Mereka juga menjaga di dalam satu tahun tidak berburu melebihi jumlah tertentu. Setelah perburuan, daging dibagi rata untuk seluruh warga desa dengan mendahulukan para janda, fakir-miskin dan anak-anak yatim.

Daging bhārkè ' yang dimasak di Cangkreng memang lezat. Gurih, manis, dengan tekstur yang khas. Di tempat lain, rasanya lebih amis dan tak lebih hebat dari dara. Orang Cangkreng percaya, burung yang tertangkap memanglah burung yang pas dari segi usia untuk dikonsumsi. Jadilah burung ini dikonsumsi secara terbatas dan seringkali menjadi persembahan istimewa bagi tetua dan para tokoh.

Diriwayatkan oleh Zumy, menurut seorang Kiai sepuh, bhārkè memiliki salah satu ciri burung surgawi, yang di antaranya tidak membuat sarang di dekat perkampungan. Kata orang Cangkreng, bhārkè datang dari bulan.

Di dalam bahasa Indonesia, burung ini disebut Berkik, burung air arung-benua (wader), diyakini bermigrasi dari utara jauh, bahkan dari Eropa. Burung jenis ini bisa terbang cepat ribuan bahkan belasan ribu kilometer tanpa istirahat. Pada musim-musim tertentu, mereka tiba di Sumenep, barangkali sebagai pesan sapa alam untuk orang-orang Cangkreng, satu-satunya "suku" yang pantas menjumpai dan mengolahnya. Semoga lestari: lestari alamnya, lestari burungnya, lestari undangan dari Zumy dan Miko Chile untuk menikmati burung-burung bulan ini. (sumber FB: Pangapora)




POSTING PILIHAN

Related

Utama 2174104697272040766

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item