Menilik Kitab Pentigraf Ala Lilik Rosida Irmawati
http://www.rumahliterasisumenep.org/2020/09/menilik-kitab-pentigraf-ala-lilik.html
Oleh: Husnul Hafifah
Kitab Pentigraf Tikaman Penuh Senyum, Penulis Lilik Rosida Irmawati, Penerbit Rumah Literasi Sumenep. Buku ini saya dapatkan dari penulisnya langsung, saat perjalanan menuju tempat kopi darat, Sabtu 12 September 2020. Tepatnya di warung Bu Kadir - Bondowoso.
“Rezeki emak solehah”. Mungkin benar seperti yang disampaikan oleh banyak orang yang menekuni dunia kepenulisan, menulis itu membawa reski, menulis membawa keberkahan tersendiri. Saya tak akan menguraikan panjang lebar tentang rezeki dan keberkahan apa yang didapatkan dari menulis, mengingat saya belum mengalami. Dalam tulis menulis saya masih baru memulai.
Singkat cerita perantara hobi baru menulis yang saya mulai, sahabat literasi saya mengenalkan saya pada Mbak Lilik Rosida Irmawati - seorang Kepala SD dibilangan Kota Sumenep sekaligus Ketua Rumah literasi Sumenep, tanpa dinyana beliau menghadiahi saya sebuah buku “Kitab Pentigraf Tikaman Penuh Senyum”.
Menurutnya kitab pentigraf yang berisi 55 judul ini, ditulis dan diterbitkan sebagai rasa syukur atas dikaruniainya umur 55 tahun serta sebagai bukti kreativitas kepenulisan yang ia tekuni konon sejak penulis duduk di bangku SMP, jejak tulisannya bisa di lacak di sejumlah media, baik cetak maupun online
Membaca cerita dalam "Kitab Pentigraf Tikaman Penuh Senyum" ini seakan mengajak pembaca memperbincangkan realiatas sosial dan budaya yang sederhana. Peristiwa-peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa sederhana, kadang sudah menjadi budaya, kadang dipandang sepele dan dipandang remeh. Melalui olah kata dan olah rasa, Mbak Lilik (begitu saya memanggilnya) mampu menuangkan ide kreatifnya dalam cerpen tiga paragraf ala dirinya.
Perbedaan yang mencolok pentigraf ala Lilik Rosida dengan penggagas pentigraf Tengsoe Tjahono adalah pada jumlah kata. Tengsoe pada suatu webinar menyarankan jumlah kata pada pentigraf tidak melebihi 210 kata, nilai keseksian suatu pentigraf jika ditulis tidak melebihi satu halaman, begitu paparannya.
Pun pentigraf ala Lilik Rosida Irmawati ini adalah bentuk kreativitas yang patut diapresiasi. 55 judul pentigrafnya menampilkan aneka permasalahan yang dialami manusia. Tema yang diusung beragam, dari realitas sehari- hari yang bersifat fakfual sampai ke magis, persoalan himpitan ekonomi, cinta, perselingkuhan, poligami bahkan merambah kehidupan dunia lain, yang mengaduk emosi kehororan pembaca, tak jarang juga bulu kuduk ikut bergidik ketika membacanya.
Keunikan lain dari kitab pentifgraf ala mbak Lilik desain cover mengundang penasaran. dengan melihat covernya saja orang akan menduga jika isi buku secara umum mengambarkan tentang pembunuhan yang mengerikan. Selain cover, gambar -gambar pendukung cerita merupakan khas lukisan ekspresionisme. Penulis seakan menyengaja adanya kolaborasi antara sastra dan seni lukis.
Terajut dari “Hasrat” sampai “Sosialita Kampung”, gaya tutur penceritaannya menarik, sebagaimana khas pentigraf , pada paragraf ketiga selalu ada kejutan yang dinarasikan secara tertata dalam sajian kalimat puitik serta penuh makna.
Penulis yang merupakan alumni SPG Bondowoso, tahun 1984 ini hijrah ke pulau garam -Madura mengikuti belahan jiwanya. Kehidupan masyarakan Madura yang menyatu dalam kesahariannya, tak ayal realitas sosial yang diangkat pada kitab pentigraf ini juga kental mewarnai. Salah satu contoh pada kisah “Uang Duka”.
Bagaimana Lilik meramu pentigraf tentang jamu yang tersohor dari pulau Madura penggalan kisahnya berikut ini:
Uang Duka
....( pargraf 1)
....(pargraf 2)
Paragraf ketiga:
Yud jatuh sakit, ketika aku menjenguknya tak ada kalimat yang meluncur, tatapan mata demikian kosong ada tangis tertahan saat kucoba melihat kedalaman genangan yang berkilau. Ketika kurengkuh tangisnya memecah keheningan. Yud bercerita ramuan jamu laki laki yang dibuatnya ampuh untuk menaikan libido laki laki. Yud mengaku bahwa ramuannya tidak murni herbal, tetapi campuran dengan obat kimia. Setelah tangisnya reda, Yud mengambil beberapa amplop yang diserahkan padaku dengan pesan untuk disampaikan sesuai nama dan alamat tertera. Ada lima amplop. Penerima semua wanita. "Tolonglah aku, uang ini gaji dan TPP-ku selama dua tahun, masing masing dua puluh juta. Ini uang duka atas nyawa suami mereka. Aku bertanggung jawab karena obat yang kuramu bisa membangkitkan kejantanan suami mereka tetapi mempercepat kematian mereka".
Dari ending pentigraf , melalui tokoh Yud , Penulis mempertegas bila Madura dikenal dengan ramuan obat atau jamu. Salah satu jamu yang tersohor hingga ke luar pulau Madura adalah ramuan untuk meningkatkan vitalitas /libido laki laki. Masyarakat harusnya juga paham jika dibalik propaganda khasiat obat itu sendiri sebenarnya ada bahaya yang menanti. Mengingat peramu obat kadang berbuat curang. Demi kemanjuran obat tak jarang mencampur ramuan jamu dengan zat kimia yang membahayakan. Dari pengalaman dalam cerita pembaca bisa belajar dan kian arif dalam bertindak. Obat kuat memang dapat membangkitkan kejantanan tapi sekaligus juga mempercepat kematian.
Bagaimana ? Anda penasaran dengan isi kitab pentigraf Tikaman Penuh senyuman? Segera miliki melalui chat disini
Selamat untuk Mbak Lilik Rosida Irmawati, Sukses selalu!
Bondowoso, 12/09/2020
POSTING PILIHAN
Kitab Pentigraf Tikaman Penuh Senyum, Penulis Lilik Rosida Irmawati, Penerbit Rumah Literasi Sumenep. Buku ini saya dapatkan dari penulisnya langsung, saat perjalanan menuju tempat kopi darat, Sabtu 12 September 2020. Tepatnya di warung Bu Kadir - Bondowoso.
“Rezeki emak solehah”. Mungkin benar seperti yang disampaikan oleh banyak orang yang menekuni dunia kepenulisan, menulis itu membawa reski, menulis membawa keberkahan tersendiri. Saya tak akan menguraikan panjang lebar tentang rezeki dan keberkahan apa yang didapatkan dari menulis, mengingat saya belum mengalami. Dalam tulis menulis saya masih baru memulai.
Singkat cerita perantara hobi baru menulis yang saya mulai, sahabat literasi saya mengenalkan saya pada Mbak Lilik Rosida Irmawati - seorang Kepala SD dibilangan Kota Sumenep sekaligus Ketua Rumah literasi Sumenep, tanpa dinyana beliau menghadiahi saya sebuah buku “Kitab Pentigraf Tikaman Penuh Senyum”.
Menurutnya kitab pentigraf yang berisi 55 judul ini, ditulis dan diterbitkan sebagai rasa syukur atas dikaruniainya umur 55 tahun serta sebagai bukti kreativitas kepenulisan yang ia tekuni konon sejak penulis duduk di bangku SMP, jejak tulisannya bisa di lacak di sejumlah media, baik cetak maupun online
Membaca cerita dalam "Kitab Pentigraf Tikaman Penuh Senyum" ini seakan mengajak pembaca memperbincangkan realiatas sosial dan budaya yang sederhana. Peristiwa-peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa sederhana, kadang sudah menjadi budaya, kadang dipandang sepele dan dipandang remeh. Melalui olah kata dan olah rasa, Mbak Lilik (begitu saya memanggilnya) mampu menuangkan ide kreatifnya dalam cerpen tiga paragraf ala dirinya.
Perbedaan yang mencolok pentigraf ala Lilik Rosida dengan penggagas pentigraf Tengsoe Tjahono adalah pada jumlah kata. Tengsoe pada suatu webinar menyarankan jumlah kata pada pentigraf tidak melebihi 210 kata, nilai keseksian suatu pentigraf jika ditulis tidak melebihi satu halaman, begitu paparannya.
Pun pentigraf ala Lilik Rosida Irmawati ini adalah bentuk kreativitas yang patut diapresiasi. 55 judul pentigrafnya menampilkan aneka permasalahan yang dialami manusia. Tema yang diusung beragam, dari realitas sehari- hari yang bersifat fakfual sampai ke magis, persoalan himpitan ekonomi, cinta, perselingkuhan, poligami bahkan merambah kehidupan dunia lain, yang mengaduk emosi kehororan pembaca, tak jarang juga bulu kuduk ikut bergidik ketika membacanya.
Keunikan lain dari kitab pentifgraf ala mbak Lilik desain cover mengundang penasaran. dengan melihat covernya saja orang akan menduga jika isi buku secara umum mengambarkan tentang pembunuhan yang mengerikan. Selain cover, gambar -gambar pendukung cerita merupakan khas lukisan ekspresionisme. Penulis seakan menyengaja adanya kolaborasi antara sastra dan seni lukis.
Terajut dari “Hasrat” sampai “Sosialita Kampung”, gaya tutur penceritaannya menarik, sebagaimana khas pentigraf , pada paragraf ketiga selalu ada kejutan yang dinarasikan secara tertata dalam sajian kalimat puitik serta penuh makna.
Penulis yang merupakan alumni SPG Bondowoso, tahun 1984 ini hijrah ke pulau garam -Madura mengikuti belahan jiwanya. Kehidupan masyarakan Madura yang menyatu dalam kesahariannya, tak ayal realitas sosial yang diangkat pada kitab pentigraf ini juga kental mewarnai. Salah satu contoh pada kisah “Uang Duka”.
Bagaimana Lilik meramu pentigraf tentang jamu yang tersohor dari pulau Madura penggalan kisahnya berikut ini:
Uang Duka
....( pargraf 1)
....(pargraf 2)
Paragraf ketiga:
Yud jatuh sakit, ketika aku menjenguknya tak ada kalimat yang meluncur, tatapan mata demikian kosong ada tangis tertahan saat kucoba melihat kedalaman genangan yang berkilau. Ketika kurengkuh tangisnya memecah keheningan. Yud bercerita ramuan jamu laki laki yang dibuatnya ampuh untuk menaikan libido laki laki. Yud mengaku bahwa ramuannya tidak murni herbal, tetapi campuran dengan obat kimia. Setelah tangisnya reda, Yud mengambil beberapa amplop yang diserahkan padaku dengan pesan untuk disampaikan sesuai nama dan alamat tertera. Ada lima amplop. Penerima semua wanita. "Tolonglah aku, uang ini gaji dan TPP-ku selama dua tahun, masing masing dua puluh juta. Ini uang duka atas nyawa suami mereka. Aku bertanggung jawab karena obat yang kuramu bisa membangkitkan kejantanan suami mereka tetapi mempercepat kematian mereka".
Dari ending pentigraf , melalui tokoh Yud , Penulis mempertegas bila Madura dikenal dengan ramuan obat atau jamu. Salah satu jamu yang tersohor hingga ke luar pulau Madura adalah ramuan untuk meningkatkan vitalitas /libido laki laki. Masyarakat harusnya juga paham jika dibalik propaganda khasiat obat itu sendiri sebenarnya ada bahaya yang menanti. Mengingat peramu obat kadang berbuat curang. Demi kemanjuran obat tak jarang mencampur ramuan jamu dengan zat kimia yang membahayakan. Dari pengalaman dalam cerita pembaca bisa belajar dan kian arif dalam bertindak. Obat kuat memang dapat membangkitkan kejantanan tapi sekaligus juga mempercepat kematian.
Bagaimana ? Anda penasaran dengan isi kitab pentigraf Tikaman Penuh senyuman? Segera miliki melalui chat disini
Selamat untuk Mbak Lilik Rosida Irmawati, Sukses selalu!
Bondowoso, 12/09/2020