Yulianti: "Tinggalkan Fixed Mindset Menuju Growth Mindset"

Yulianti
“Ah pelatihan lagi, palingan cuma ngabisin dana aja. Males banget, buang-buang waktu saja”. Pernahkah pemikiran semacam itu ketika atasan meminta untuk mengikuti workshop atau pelatihan?". Atau saat orang lain berhasil dengan prestasinya lalu berpikir “ah palingan juga KKN atau dia lagi bersama dewa keberuntungan,”.

“Pemikiran-pemikiran semacam itu adalah ancaman bagi diri kita sediri,” ungkap Yulianti saat menyajikan materi Growth Mindset bagi guru MI Mambaul Ulum Lenteng, Jum’at (28/08/2020).

Semua itu akan mengkerdilkan kreativitas dan pola pikir kita. Kita akan hanya jalan di tempat saja. “Kita harus bijak menyikapi keberhasilan seseorang bahasa kekiniannya jangan suka nyiyir,” tandas aktivis Rumah Literasi Sumenep (Rulis)

Menurut guru SMPN 1 Dasuk Sumenep itu, pola pikir semacam ini disebut dengan fixed mindset. Bagi pemilik pola pikir seperti ini sulit sekali seseorang menerima perubahan. Karena baginya ia memang pintar sejak lahir, tidak perlu bekerja keras apalagi belajar untuk sebuah kesuksesan.

“Bisa dibayangkan betapa bahayanya jika pola pikir semacam ini terus berkembang dalam diri kita. Kita akan merasa menjadi orang superior yang pada akhirnya akan menjadikan kita manusia yang selalu membusungkan dada,” ujar Yulis.

Dikatakannya, seharusnya kita membuka mata dan telinga, melihat dan mendengarkan kisah-kisah inspiratif orang-orang yang sukses di luar sana. Adakah mereka yang tidak belajar dan bekerja keras? Atau mereka hanya kebetulan karena dewa keberuntungan sedang berpihak pada mereka?

“Tentu kerja keras diperlukan di setiap kesuksesan. Sebuah kesuksesan tentu memliki proses yang panjang, bukan abrakadabra langsung jadi,”.

Yuli menyarankan hendaknya selalu berpositif thingking dengan perubahan yang ada, misalnya jika ada pelatihan katakan pada diri sendiri atau self talk ‘ini pasti baik untuk saya, saya ingin memeperbaiki diri.

Secara logika semua pelatihan yang digratiskan oleh pemerintah tentu memerlukan biaya yang besar, dan semuanya tidak mungkin tanpa pertimbangan. Apalagi pelatihan yang berbayar, sudah meluangkan waktu, maka sebagai kompensasinya harus ada perubahan yang positif sebagai bentuk hasil dari pelatihan.

“Pola pikir yang selalu berkembang dimana pemiliknya percaya bahwa kesuksesan bisa didapatkan melalui kerja keras disebut dengan Growth mindset.”, tegas perempuan yang telah melahirkan beberapa buku cerpen.

Sebagai tenaga pendidik, siswa adalah amanah bagi semuanya. Sebenarnya beban yang berat ada pada pundak semua pihak, guru, orang tua, dan lingkungannya.

“Bagaimana guru yang menjadi panutan anak-anak mampu mentransfer ilmu, memberikan teladan, serta menjadikan mereka anak-anak yang bermoral, trampil, dan siap terjun hidup dimasyarakat,”.

Ia berpendapat, bukan hanya siswa yang harus belajar, menjadi guru tidak lantas membuat berhenti belajar. “Kita harus terus mengikuti perkembangan. Bukan hanya dari segi materi dan media pembelajaran, tetapi juga perubahan-perubahan yang ada di luar sana,” katanya.

Apalagi saat ini telah memasuki era digital, semuanya bisa diakses melalui internet. Jangan sampai guru tertinggal jauh dengan siswa.

“Hidup adalah pilihan, tinggal memilih saja. Akan tetap berada pada zona fixed mindset atau growth mindset,” tandas Yulianti semangat. (Redaksi)


POSTING PILIHAN

Related

Utama 3612826852856369685

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item