Ruba'iyat Riwayat Juang Kiai Abdullah Sajjad
http://www.rumahliterasisumenep.org/2020/08/rubayat-riwayat-juang-kiai-abdullah.html
![]() |
M. Faizi, saat membacakan ruba'iyat |
Dan K. M. Faizi, penyair dari pesantren ini sempat melahirkan karya sastra dalam bentuk ruba’iyat yang berkisah tentang para pejuang yang lahir di bumi Pondok Pesantren Annuqayah, yang dikenal dengan nama Kiai Abdullah Sajjad dan dibacakan saat “Refleksi 75 Tahun Indonesia Merdeka” (29/08/2020)
Riwayat Juang Kiai Abdullah Sajjad
(Senarai Kisah dalam 17 Ruba’iyat)OIeh M. Faizi
Wahai permirsa, mari berlarut di dalam khidmat
Menyimak ksah pejuang kita Kiai Sajjad
Ia pahlawan yang wafat oleh bedil penjajah
Tujuhbelas bait untaian dalam ruba’iyat
Abdullah Sajjad adalah kiai fenomenal
Ia pendidik, juga pejuang, serta pengarang
putra Kial Syarqawi dan Nyai Mariyah
layak ditiru tekadnya jadi suri teladan
Beliau nyantri, belajar ngaji, pergi melanglang
Dari GuIuk-GuIuk mengelana ke Kademangan
Mengaji pada Syaichona KhaIiI bin Abdul Lathif
Lantas dilanjut ke Tebuireng lalu Buduran
Daerah Latee adalah mula tempat berpindah
Itulah tanda dimulainya awal berhijrah
Demikianlah pengembangan. yang pertama kali
Pemekaran pondok pun terjadi di Annuqayah
Kiai Sajjad adalah tokoh ulet dan tangguh
Giat mengajarkan kitab nyaris sehari penuh
Hanya rehat di awal malam dan akhirnya saja
Demi mulang Al Quran sehabis Maghrib dan Subuh
Sikap merakyat bermasyarakat adatah sifat
Kiai Abdul Basith putranya menutur singkat
Jikalau ada tetangga sakit kan disambangi
Bersama santri mendaras Burdah sebagai obat
Jika Kiai Ilyas bertugas mulang di dalam
Kiai Sajjad atur siasat gerak di luar
Bahkan akhirnya beliau jadi kepala desa
sebagai cara dakwah di jalur pemerintah
Abdullah Sajjad kiai kita tegas wibawa
Membela paham dan keyakinan dengan digdaya
terhadap orang yang melecehkan tak akan gentar
silang pendapat, beradu dalil, dan wawansabda
Fushusul Hikam karya Muhyiddin Ibnu ‘Arabi
BeIiau baca, mempelajari, dan menanggapi
Itulah ciri alim ulama yang bijaksana
Tak antipati namun berhujjah aqli dan naqli
Bala tentara Belanda datang kembali lagi
Tahun 47, dua tahun pascaProkIamasi
Kial Ilyas menyerahkan Laskar Sabilillah
Pada Kial Abdullah Sajjad jadi pengganti
Dibantu oleh Kiai Khazin sang kemenakan
Kiai Sajjad mengatur taktik di medan perang
Namun karena laskar terdesak oleh Belanda
Santri terancam, akhirnya pondok pun dikosongkan
Baca juga: Refleksi 75 Tahun Indonesia Merdeka Dalam Puisi
Kiai Ilyas ngungsi ke Berca di Guluk-Guluk
Kiai Sajjad bersembunyi di Desa Karduluk
Dengan pengikut dan para santri yang mengiringi
atur strategi tak kan menyerah mengaku takluk
Selama empat bulan beliau di pengungsian
Tersiar kabar bahwa Lu’-GuIu’ sekarang aman
Kiai dengan semua pengikut pulang kembali
Namun ternyata, itu siasat, hanya tipuan
Pada seusai Maghrib yang kelam, langit kelabu
Datanglah tiba- tiba sembilan orang serdadu
mereka sergap Kiai Sajjad selepas shalat
diangkut ke Lapangan Kemisan di malam itu
Di tempat itu, Kiai Sajjad dihukum mati
Peluru mental, namun kompeni menembak lagi
Setelah wafat, jasadny.a dilarikan ke Latee
Penggotong hilang, darah Kial wangi kesturi
Kisah Kiai Abdullah Sajjad adalah tamsil
pejuang-pengarang kitab Mandzumatul Masa’il
sebuah kitab yang menguraikan cara bertauhid
perihal iman agar yang benar tak samar batil
Putra-cucunya kini meneruskan perjuangan
Mengajar santri pondok pesantren dan pendidikan
Semoga senantiasa mendapatkan anugerah
Menempuh jalan berjuang melawan kebodohan
Guluk-Guluk, dan Maghrib sampal Isya, 11 Agustus 2016
POSTING PILIHAN