Refleksi dan Peran Pemuda Masa Kini



Oleh: Taufiqullah Hasbul *)

Zaman semakin menggoda kehidupan seseorang. Sesuatu yang baru bermacam-macam hadir atas kreativitas seseorang. Produk-produk baru datang dari luar dengan gairah menantang, membuat siapa saja kagum untuk merasakan. Indonesia dari masa kerajaan, penjajahan hingga sekarang masih saja senang mengimpor barang. Kekayaan Sumber Daya Alam (SDM) menjadi slogan saat sekolah dasar.

Ya, “Indonesia akan maju dengan kekayaan alamnya”, ketika pahlawan kenegaraan berjanji di saat kampanye. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia harus bersatu padu untuk meraih kemajuan. Janji manis tersebut sering kita temukan. Namun, Janji tetap janji, tak pernah terealisasikan sama sekali. Jangan percaya terhadap janji, percayalah kepada diri sendiri untuk menemukan jati diri. Negara yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dengan beragam Suku, Agama, Ras dan Antargolongan masih juga stagnan, belum mengalami kemajuan.

Ya, seperti cinta tanpa saling menguatkan, akan luntur di makan di kemudian hari.  Terlalu bangga sebagai negara besar. Namun juga malu lantaran masih banyak negara kecil yang lebih maju. Kualitas bangsa saat ini berbanding terbalik pada masa kolonialisme. Zaman dulu, rakyat berlomba-lomba mengusir penjajah hingga rela bertaruh nyawa demi tanah air tercinta. Saat ini, rakyat berlomba-lomba untuk bertahan hidup dari kejamnya rezim politik.

Realita pemuda saat ini, cenderung acuh tak acuh terhadap dirinya sendiri. Kehilangan idealisme yang sejatinya harus dimiliki. Bobroknya moral remaja masa kini yang cenderung membawa problem setiap hari, sering kita temui di media sosial maupun media massa. Di sekolah misalnya, banyak guru yang mendapatkan perlakuan buruk dari muridnya. Murid seperti layaknya antagonis yang siap memangsa sekitarnya meskipun bukan lawan.

Orang tua sudah takut terhadap anaknya, sesuatu yang diminta harus dituruti. Itulah remaja saat ini, tanpa mempertimbangkan konsekuensi. Pendidikan yang menjadi instrumen penting guna majunya bangsa dan negara sudah tidak lagi bersinar. Agen of change dan agen of control telah mati suri dalam sanubari diri.

Perilaku tidak baik anak terhadap seseorang acap kali kita temukan, zaman sekarang sungguh keterlaluan. Bagaimana tidak, sikap berani dan menantang sering terjadi. Pertengkaran rumah tangga tidak hanya berawal dari suami istri. Namun juga dari anak sendiri. Entah, orang tuanya yang belum tepat mendidik anaknya, atau sebaliknya.  Di sekolah juga lebih parah, kasus pencabulan dan kekerasan seksual yang tak manusiawi sering terjadi. Inilah ironi negeri ini. Nafsu diutamakan dari pada harga diri, entah itu di politik, sosial dan ekonomi.

Tak hanya demikian, pengangguran semakin banyak kita temukan. Pemuda tidak lagi siap membawa perubahan. Banyak desa tetap stagnan, tak berubah sesuai keinginan. Jika pemudanya masih belum peka sosial, maka mafia desa terus memanfaatkan anggaran tanpa peduli sosial. Bosan hidup di kampung halaman, maka merantau ke kota, dan negeri orang untuk bisa bertahan hidup. Itulah pemuda mayoritas saat ini, tatkala tidak bisa memberi sumbangsih terhadap sekitar, maka merantau menjadi solusi paling aman.

Bung Karno pernah berkata,“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Tentu kita sudah pernah mendengar salah satu mutiara Soekarno yang mendunia itu. Kata mutiara di atas telah menunjukkan betapa besarnya harapan beliau terhadap kaum muda.

Beliau menyadari betul akan artinya kaum muda untuk membawa bangsa semakin maju. Rakyat Indonesia sangat majemuk dengan kondisi tempat tinggal dan budaya yang berbeda. Hal ini menyebabkan kebutuhan dan sumber daya yang dimiliki untuk pembangunan pun berbeda. Pemuda tentu, diharapkan banyak dalam sumbangsih pembangunan yang lebih maju.

Satu pemuda bukanlah sembarang pemuda. Pemuda yang diharapkan pendiri bangsa adalah pemuda cerdas, kritis, peka sosial, dan bisa digunakan dalam setiap hal. Oleh karena itu, tepat kiranya jika pihak yang berwenang untuk selalu mengawasi dan mengatur bagaimana pemuda saat benar-benar mampu membawa perubahan di setiap daerahnya guna terciptanya bangsa yang lebih aktif, inovatif, dan progresif.

*) Mahasiswa Ilmu Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

POSTING PILIHAN

Related

Utama 3863378072248197475

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item