Pengalaman Hidupku di Berbagai Kota
http://www.rumahliterasisumenep.org/2020/07/pengalaman-hidupku-di-berbagai-kota.html
Cerita: Amilia Jannatul Khoiriyah
Pada hari Sabtu, 21 Juni 2008 Aku dilahirkan oleh Ibuku di kota Sumenep tepatnya desa Paberasan. Setelah 21 hari Aku diakikahi oleh kedua orang tuaku dan diberi nama Amilia Jannatul Khoiriyah dan biasa dipanggil Amel. Sejak kecil aku sudah sering di-ajak kemana-mana, karena rumah Mbahku jauh dari kota Sumenep yaitu kota Trengga-lek tepatnya kecamatan Pogalan desa Ngetal.
Pada tahun 2010 Mbah Kakong dan mbah putriku akan melaksanakan ibadah haji, jadi aku dan keluargaku berangkat ke Trenggalek pada waktu itu aku masih berusia 2 ta-hun,setelah mbah berangkat ke tanah suci kami pun pulang 1 bulan kemudian aku dan keluarga berangkat lagi ke Trenggalek untuk menyambut kedatangan mereka berdua dari tanah suci.
Semua keluarga besarku merasa bahagia sekali karena mbahku pulang dengan keadaan selamat walafiat setelah 1 minggu di Trenggalek kami pun pulang.
2 tahun kemudian tepatnya tahun 2020 mbah kakung dan Mbah Putridijemput oleh pakdeku ke Kalimantan timur tepatnya kota Berau, karena Mbah Kakung dan Mbah Putribelum pernah melihat cucunya yang berada di Kalimantan timur.
Setelah 3 bulan di Berau aku mendapatkan kabar duka bahwa Mbah Putritelah meninggal dunia. Hancur perasaanku bercampur antara sedih dan senang, sedih karena kehilangan Mbah Putridan senang karena akan naik pesawat. Pada waktu itu aku masih berusia 4 tahun, hanya aku, Ibu dan Rama yang berangkat ke Berau.
Kami menaiki pesawat Batavia Air. Setelah 1 minggu di Berau hari ke-8 Mbah Putri meninggal, aku, Ibu, Rama dan Mbah Kakong pulang kembali ke Sumenep. Kami berempat naik pesawat Lion Air.
Senang sekali hatiku karena Mbah Kakong ikut ke Sumenep, kebahagiaan kami terasa lebih lengkap dengan adanya Mbah Kakong tinggal bersama kami di Sumenep.
Detik, menit, jam pun berlalu, 6 bulan kemudian Mbah Kakong mendapat kabar bahwa tante Nur istrinya Om Arif menantunya Mbah Kakong meniggal dunia di Kalimantan selatan, tepatnya kota Tandung desa Haruhai. Ibu dan Mbah Kakong berangkat lagi ke-sana, lagi-lagi hancur perasaanku antara sedih dan senang.
Sedih karena kehilangan tanteku dan senang karena akan naik pesawat lagi. Kami bertiga naik pesawat Citylink. Setelah pemakaman tanteku kami bertiga menghibur anak-anaknya tante yang sedang menangis karena ditinggal mamanya.
Intan nama anak tante yang pertama dan Berlian nama anak yang kedua. Mereka berusia 9 tahun dan 5 tahun
“Kak Intan dan kak Berlian ayo ikut Amel ke Madura.” kataku, “Jangan menangis lagi.” lalu kak Intan dan kak Ber-lian menjawab dengan bersamaan
“Tapi mama sudah tidak ada, Mel.” lalu saya menjawab,
“Yang sabar ya kak mamanya sudah dipanggil yang maha kuasa.”
Malampun tiba kami tertidur lelap, keesokan harinya Om Arif mengurus surat pindah sekolah kak Intan dan kak Berlian ke Sumenep.
Setelah 7 hari meninggalnya Tante Nur, kami semua pulang ke Madura Sumenep. Kami pulang naik pesawat Lion Air. Bersyukur bisa mengendarai pesawat walaupun sedih harus kehilangan keluarga. Dari atas pesawat aku melihat pemandangan yang sangat indah, rumah, pohon, jalan, sungai, dan gedung-gedung tinggi semuanya terlihat sangat kecil dari dalam pesawat.
Tidak berapa lama pun kami semua sampai di Bandara Juanda Surabaya. Lalu kami semua naik mobil ke Sumenep. Setelah sampai di Sumenep Rama segera mendaftarkan Kakak Intan ke Sekolah SDN. Paberasan 1, dan Kakak Berlian ke TK. Indra Kusuma. Setelah 1 minggu di Sumenep, Om Arif kembali pulang ke Kali-mantan Selatan Kota Tanjung. Isak tangispun selalu terdengar di rumahku, karena Kakak Intan dan Kakak Berlian selalu menangisi kepergian Mama dan Papanya. Mamanya meninggal dunia dan Papanya kembali ke Kalimantan karena terikat dinas.
Pada suatu hari Kakak Berlian jatuh, lalu menangis memanggil-manggil Mamanya. Ibu ku mendengar lalu menghampirinya sambil berkata
“Dedek Berlian kenapa panggil-panggil Mama?”.
Kakak Berlianpun menjawab, “aku jatuh Bude,”
“Kalau jatuh tidak perlu panggil-panggil Mama, Dedek tahu Mama sekarang ada dimana?”
“Ya, Bude. Mama sekarang ada di lobang sendirian ditutupi tanah, pakai baju apa?” tanya Ibu saya.
Kakak Berlian menjawab, “Pakai baju pocong Bude”.
Lalu ibuku bertanya lagi, “Kalau panggil-panggil Mama lalu Mama dengar terus datang bagaimana, memang Dedek berani?”
“Hii serem, takut Bude.” jawab Kak Ber-lian.
“Makanya kalau jatuh atau kangen tidak perlu panggil-panggil mama.” kata ibuku.
“Ya Bude, jawab Kak Berlian, lalu dia bermain lagi. Keesokan harinya Kakak Berlian jatuh lagi dan menangis lagi, lalu memanggil-manggil papanya. Ibupun menghampirinya.
“Mengapa dedek memanggil-manggil papa?” “Dedek kangen Bude.”
“Kalau dedek ikut dengan papa, papa dinas malam mengejar maling ke hutan, terus dedek mengantuk, apa mau ditidurkan di pohon?” kata ibu.
“Tidak Bude kata kakak Berlian, makanya mulai sekarang tidak boleh memanggil-manggil mama dan papa lagi,” kata Ibu.
Hari dan bulanpun berlalu, kak Intan dan kak Berlian akhirnya bisa beradaptasi. Kami semua bisa bersenda gurau dan ketiga kakak laki-laki yaitu Mas Ubaid, Sulton dan Alek sering mengajak jalan-jalan pagi kakak Intan, Berlian dan mbah kakung di sekitar rumahnya.
Bulan puasapun tiba kami semua menyambut dengan suka cita dan melewatinya bersama dengan perasaan bahagia sampai hari raya hampir tiba. Om Ari datang menemui anak-anaknya, betapa senang dan gembiranya kak Intan dan kak Berlian melepas rindu dengan papanya setelah beberapa bulan tidak bertemu.
Hari raya tiba kami semua merasa bahagia karena semua keluarga berkumpul bersama. Setelah acara ketupatan kami pun berangkat berlibur. Aku, Ibuku, kak Intan, kak Berlian, Om Arif, dan Mbah Kakung berangkat ke kota Madiun Kecamatan Dolopo Desa Bangun Sari, rumah saudaranya Mbah Putri, karena Mbah Putriasli madiun.
Setelah bermalam satu hari kamipun berangkat ke Kota Ponorogo daerah Tonatan rumah saudaranya Mbah Kakung, karena Mbah Kakung asli ponorogo. Setelah bermalam satu
hari kami pun berangkat ke kota Trenggalek kecamatan Pogalan rumah Bude saya anaknya Mbah Kakung yang pertama. Setelah satu malam menginap di rumah Bude, kamipun berangkat ke Tulungagung kecamatan Boyolangu tepatnya di Desa Serut, rumah sepupuku anak ke-2 dari Bude yang tinggal di Trenggalek.
Satu hari juga kami menginap di Tulungagung, akhirnya kamipun pulang kembali ke Sumenep. Setelah sampai di Sumenep, Om Arif siap-siap pulang kembali ke Kalimantan, karena harus dinas. Beliau adalah seorang polisi yang berdinas di Desa Haruai kota Tanjung Banjarmasin Kalimantan Selatan.
1 tahun kemudian yaitu tepatnya tahun 2013 Om arif menikah lagi di kota Tanjung. Kami semua berangkat kesana. Ibuku, Mas Ubaid, Kak Intan, Kak Berlian, dan mbah Kakung. Kami semua naik pesawat Lion Air. Aku merasa bahagia sekali bisa naik pesawat dengan moment bahagia. Sesampainya di Tanjung, persiapan pernikahanpun sudah siap. Kami semua merasa bahagia karna disambut keluarga disana.
Setelah 1 minggu kami berada disana, kami semuapun pulang kembali ke Sumenep. Enam bulan kemudian, setelah kenaikan kelas Om Arif dan istri barunya datang ke Sumenep untuk menjemput kak Intan dan kak Berlian pindah sekolah ke Kalimantan.
Hari, bulan tahunpun berlalu. Pada tahun 2014 tepatnya bulan Oktober Mbah Kakung meninggal dunia. Semua keluarga berduka cita atas kepergian orang yang sangat dicintai. Semua keluarga berdatangan turut belasungkawa. Semua datang untuk memberikan penghormatan terakhir.
Terjadi perdebatan tentang dimana almarhum akan dikebumikan, akhirnya diputuskan menunggu Om Arif datang dari Kalimantan. Keesokan harinya penguburan dilaksanakan para sahabat, kerabat, tetangga, dan handaitaulanpun datang berta’ziah. Setelah 7 hari semua kerabat kembali ke tempat masing-masing.
Hari, bulan, dan tahunpun berlalu. Tepatnya pada bulan Januari 2015 Aku dan semua keluargaku pergi ke kota Malang mengantarkan mas Ubaid, kakakku yang pertama per-gi mondok di Ponpes Al Muflihun daerah Belimbing di bundaran Tugu Pesawat Kota Malang.
Kami juga menyempatkan rekreasi ke Selecta di daerah Batu Malang. Setahun kemudian tepatnya bulan Januari 2016 kembali kami dan semua keluarga berangkat ke kota Kediri mengantarkan Mas Sulton juga pergi mondok di Ponpes Wali Barokah daerah Burengan. Selama 7 bulan mas Sulton di pondok, karena sering sakit-sakitan akhirnya pulang dan berhenti. Pada bulan September mas Sulton mengikuti seleksi Polsuspas (Polisi khusus lapas) dan alhamdulillah lulus.
Bulan Desember dia berangkat ke Surabaya untuk mengikuti penataran selama 1 minggu, dan di hari terakhir SK-nya ditempatkan di Kota Jember. Pada bulan Januari 2017 kami sekeluargapun berangkat mengantarkan mas Sulton ke sana. Selama 8 hari kami disana mencari tempat kost untuk tempat tinggal mas Sulton selama di Jember.
Setelah selesai akhirnya kamipun kembali ke Sumenep. Setelah keberangkatan mas Ubaid ke Palu dan mas Sulton ke Jember, rumah terasa sepi karena hanya tinggal berempat, yaitu Mas Alex, Rama, dan Ibu. Untunglah 3 bulan kemudian mas Ubaid pulang dan berkumpul bersama lagi. Libur sekolahpun tiba kami semua berlibur ke kota Jember. Di sana kami berwisata ke kebun botani. Ada banyak macam pohon dan tumbuhan di sana, juga aneka macam hewan.
Mas Sulton dan mas Alex menaiki flying fox, Aku, mas Ubaid, Ibu, dan Rama naik se-peda air. Setelah kami puas di botani, akhirnya kami pulang ke tempat kost mas Sulton. Malampun tiba, kami berjalan-jalan ke Lippo Mall disana.
Setelah 1 minggu berlibur di Jember kami kembali ke Sumenep. Beberapa bulan kemudian mas Ubaid berangkat ke Tangerang
hendak mencari pekerjaan. Ia berhasil diterima bekerja di pabrik Paragon Wardah Kosmetik.
Dari dulu setiap aku liburan selalu diajak mbah Kakung ke kota Madiun, Ponorogo, Trenggalek, dan Tulungagung. Sekarang sudah tidak lagi, karena Beliau sudah wafat, tapi sekarang aku masih bisa berlibur ke kota Jember tempat mas Sulton.
Di dalam hati kecilku ingin rasanya berlibur ke kota Tanggerang tempat mas Ubaid sekarang, karena aku belum pernah pergi ke sana. Mudah-mudahan suatu saat nanti aku dan keluargaku bisa berlibur ke kota Tanggerang Jawa Barat. Ya Allah kabulkanlah do’a ku. Aamiin!
🍟🍟🍟
Amilia Jannatul Khoiriyah, Sumenep, 21 Juni 2008, kelas 6A, SDN Paberasan 1 Kecamatan Kota Sumenep