Siput yang Baik Hati


Cerita: Delisa Kholistiyana Arifa

Di sebuah hutan hiduplah seekor siput. Siput itu disukai banyak hewan di hutan. Si siput sangat baik, pintar, dan suka menolong. Siput tidak pernah membantah ucapan temannya sehingga terkenal suka mengalah. Ia juga sabar.

Suatu hari, siput sedang mencari makan di pinggir danau dan tidak lama kemudian muncullah seekor buaya. Kemunculan buaya yang tiba-tiba sungguh mengagetkan siput.

Byarr… suara gemeriak air sungai terdengar.

“Aaaa!” teriak siput yang ketakutan.

“Tenanglah siput, ini aku temanmu, buaya?” kata buaya menenangkan siput.

“Aku kira kamu siapa ha..ha..ha..!” kata siput sambil tertawa lebar.

Siput dan buaya memang sudah lama berteman. Memang buaya selalu memakan hewan-hewan seperti siput, tapi buaya

tidak berani lagi makan siput. Sebab, dulu seekor buaya perrnah mengalami kejadian yang sangat tak terduga. Saat itu seekor buaya sangat lapar, karena tidak sabar lagi buaya langsung menelan seekor siput. Saat buaya menelan siput ia menjerit kesakitan karena gusinya terluka sebab kerasnya cangkang si siput. Sejak saat itu buaya tak pernah memakan siput lagi. Sebaliknya buaya berteman dengan siput. Buaya pun menyebarkan berita ini kepada teman-temannya untuk tidak memakan siput agar kejadian serupa tidak terulang lagi.

“Siput, kau sedang mencari apa?” tanya si buaya.

“Oh… aku sedang mencari makanan, Buaya,” jawab siput.

“Tadi aku melihat banyak buah-buahan di pinggir danau sana!” Kata buaya yang sambil menunjuk ke pinggir danau.

“Iya, terima kasih buaya, tapi aku kan harus menyeberangi danau ini?” Kata siput lemas.

“Tenang saja siput, ayo naik ke punggungku,” ajak buaya memberi pertolongan kepada siput.

“Terima kasih banyak buaya, kau memang temanku,” jawab siput yang tersenyum manis.

Siput pun langsung naik ke punggung buaya. Dan buaya segera berenang menuju pinggir danau.

Sesampainya di seberang siput segera turun dari punggung buaya dan berkata, “Terima kasih buaya, kamu telah mengantarkanku ke sini.” Kata siput dengan nada yang halus.

“Iya siput sama-sama, binatang yang baik pasti akan dapat pertolongan juga dari binatang lain, Siput.” Kata buaya.

Buaya pun langsung pergi menjauh dari siput. Setelah itu siput langsung pergi mencari makanan untuk dimakan.

Setelah siput menemukan makanan, siput pun langsung kembali ke dekat danau. Siput heran dan menoleh-noleh mencari buaya, temannya itu. Saat mencari buaya, siput bertemu dengan kura-kura.

“Hai, Kura-kura!” sapa siput pada kura-kura.

“Hai juga, Siput.” jawab kura-kura.

“Kura-kura kau mau ke mana?” tanya siput.

“Oh, aku ingin ke seberang danau di sana! Ini aku mau berenang untuk menyeberangi danau,” jawab kura-kura.

“Bolehkah aku ikut denganmu? Aku juga ingin ke seberang sana!” kata siput.

“Boleh, ayo ikut aku. Naikklah ke punggungku siput.” jjak kura-kura.

Setelah sampai di seberang, siput turun dari pungggung kura-kura dan berterima kasih. Siput pun pulang.

Di perjalanan siput melihat matahari yang hampir terbenam. Siput bergegas pulang ke rumahnya. Di rumahnya siput langsung makan, dan karena kekenyangan ia tertidur.

Keesokan harinya siput keluar dari rumahnya. Hari ini siput berencana untuk berjalan-jalan berkeliling sekitar hutan. Saat di tengah perjalanan siput menemukan satu buah pisang yang tergeletak di tanah. 
“Buah siapa ini?” Tanya siput dalam hati.

“Itu buahku!” terdengar suara dari atas pohon. Ternyata itu monyet.

”Aku akan bantu ambilkan buahmu, Monyet!” Siput menawarkan, ia pun mendorong buah pisang itu ke arah monyet.

“Tidak usah Siput, biar aku ambil sendiri,’ kata monyet dengan nada halus. Dibiarkannya monyet mengambil pisang itu.

Siput diam, isyarat menyetujui. Tapi dalam hati, ia menginginkan pemberian pisang dari sahabatnya itu. Siput menelan air liur melihat buah pisang yang ranum itu. Agak lama siput menunggu. Tapi monyet itu melahap pisang dengan

nikmatnya tanpa mempedulikan siput yang menatapnya. Siput hanya diam, dan mengeluh dalam hati, “dasar!”

Siput lalu melanjutkan perjalanannya. Ia pergi ke rumah kelinci, dan terdengar suara teriakan kelinci dan kucing. Mereka bertengkar.

“Kucing! Jangan itu!” tegas kelinci yang berteriak keras. Siput yang mendengar suara itu langsung memasuki rumah kelinci dan menghentikan pertengkaran mereka.

”Kelinci, dan kau kucing! Sudah, hentikan!” Teriak siput menghentikan pertengkaran mereka.

“Kenapa kalian bertengkar?” tanya siput yang merasa bingung.

“Dia yang mulai duluan siput!” teriak kelinci dengan marah sambil menunjuk kucing.

“Tidak, dia yang mulai duluan! Dia yang mengambil bajuku!” teriak kucing dengan marah yang luar biasa.

“Sudah-sudah, kalian jangan bertengkar terus!” kata siput.

“Bagaimana kita tidak bertengkar. Ini gara-gara baju!” kata kelinci dengan nada tinggi.

“Sudah, sudah. Kalian tidak boleh bertengkar sesama hewa.” kata siput yang menenangkan mereka.

“Tapi Siput, bagaimana dengan bajuku?” tanya kucing dengan nada lemas.

“Aaah, gak usah mengadulah. Masa siput yang akan mengganti?” kata kelinci dengan nada mengejek kucing.

“Iih kamu. Diam, jangan ikut campur!” kata kucing

“Sudah-sudah!” lerai siput. Ternyata mereka bertengkar karena berebut baju. Keduanya saling mengaku sebagai pemilik baju itu.

“Begini saja, kalian satu-satu mencoba baju itu!” pinta siput.

“Untuk apa?” tanya mereka berdua kompak.

“Coba dulu!” jawab siput.

Saat kelinci mencoba baju itu, ternyata terlalu longgar. Baju itu terlalu besar untuk ukuran tubuh kelinci. Dan saat dicoba kucing, baju itu pas.

“Berarti baju ini milik kucing!” siput menengahi.

“Bukan milikmu, hai Kelinci!” kata siput.

“Ya sudah aku minta maaf, Kucing! Aku berbohong karena aku menyukai baju itu,” kata kelinci dengan perasaan bersalah.

“Ya sudah, baju ini ambillah kalau kau suka! Tapi kau berjanji tidak boleh mengulangi lagi perbuatanmu.“ kata kucing dengan senyuman manis.

“Benarkah?” tanya kelinci.

“Benar.” kata kucing dengan sikap bersahabat.

“Ambillah!”

“Terima kasih kucing, kau baik sekali.”

“Oh, ya kami berterima kasih siput atas bantuanmu menyelesaikan masalah ini.” kata kucing.

“Iya sama-sama,” jawab siput.

Siput pun pulang ke rumahnya karena ia merasa mengantuk dan kecapean. Saat sampai di rumahnya siput tidak bisa melihat apapun. Ternyata lampu rumahnya padam. Saat siput ingin menghidupkan lampu.

”Selamat siput!” teriak teman-temannya dari berbagai jenis binatang. Siput sangat terharu dan ingin menangis. Mereka sudah sejak tadi menunggu kedatangan siput. Mereka membawa berbagai makanan dan buah.

“Ini adalah kejutan untukmu siput karena telah menolong hewan-hewan di hutan ini, Siput!“ kata kelinci.

“Iya Siput, kami, semua hewan di sini ingin memilih kau.“ kata kucing terpotong.

“Menjadi..” sambung buaya yang tidak dilanjutkan.

“Pemimpin di hutan ini!” kata kelinci dengan berteriak.

“Hore!!! Setuju!” mereka melompat kegirangan.

“Kami telah sepakat untuk menjadikanmu pemimpin di hutan ini!” Kata kura-kura dengan nada keras di sela-sela teriakan teman-temannya.

“Terima kasih teman-teman!” kata siput terharu mendengarnya.

Mereka bersuka cita. Tanpa disuruh kucing mempersiapkan makanan untuk dimakan bersama-sama.

“Ayo kita makan, yuk!” ajak kucing. Mereka pun makan bersama di rumah siput. Menikmati pesta pengangkatan siput sebagai pemimpin dunia hewan di hutan itu.
****

Delisa Kholistyana Arifa, lahir di Sumenep pada 17 Desember 2010. Bercita-cita menjadi pengarang sepanjang zaman. Sekarang ia duduk di kelas 3 SDN Pangarangan I, Sumenep. Anak ketiga dari tiga bersaudara itu tinggal di Jalan Giliraja Perumnas Giling Sumenep. Sekarang bergabung di Club Penulis Cilik Sumenep. “Tunggu karyaku selanjutnya ya?”, ujarnya.
POSTING PILIHAN

Related

Utama 8104678398170114940

Posting Komentar

Komentar dan kritik Anda akan memberi semangat pada penulis untuk lebih kreatif lagi.Komentar akan diposting setelah mendapat persetujuan dari admin.Silakan

emo-but-icon

Baru


Indeks

Memuat…

Idola (Indonesia Layak Anak)

Idola  (Indonesia Layak Anak)
Kerjasama Rumah Literasi Sumenep dengan Pro 1 RRI Sumenep

Kolom Aja

 Lihat semua Kolom Aja >

Kearifan Lokal

 Lihat semua Kearifan Lokal >


 

Jadwal Sholat

item