Telur Rebus
Pentigraf: AH Hasmidi Ini sudah tidak wajar dilakukan hampir tengah malam. Apalagi hanya mencari sebutir telur untuk dimasak. Bukan kar...
http://www.rumahliterasisumenep.org/2020/03/telur-rebus.html
Pentigraf: AH Hasmidi
Ini sudah tidak wajar dilakukan hampir tengah malam. Apalagi hanya mencari sebutir telur untuk dimasak. Bukan karena kelaparan atau untuk menu sahur karena kehabisan lauk di dapur. Tidak! Bukan karena itu. Ibuku yang berada di kota mengabari untuk segera mencari telur untuk direbus dan dimakan. Begitu infomasi yang didapat dari seseorang kawan yang telah mengirimi sebuah video seorang bayi baru lahir mengatan tentang telur rebus.
Beberapa toko terdekat sudah kehabisan telur. Ternyata aku termasuk orang yang telat dengan rebusan telur sebelum pukul dua belas malam. Dan dua toko lainnya sebelum pengkolan sudah habis juga dan terakhir sudah direbus untuk keluarganya sendiri. Sementara telpon dari ibu terus menanyakan sudah menemukan telur apa belum. Aku semakin panik dengan keadaan ini karena takut kehabisan waktu yang telah ditentukan.
Aku sudah merasa lelah karena belum juga mendapatkan telur. Aku memilih duduk di teras sebuah toko yang menjadi pusat penjualan telur. "Teruslah kau cari sampai dapat meski harus mencari ke toko-toko di desa lain atau jika tidak jumpa juga carilah di toko dekat pasar kecamatan. Waktumu tinggal beberapa menit lagi. Ibu tidak mau kamu nanti akan terjangkit virus korona ini." Selepas ibu menutup telponnya aku melihat seseorang datang padaku dan memberikan satu butir telur yang dibawa dari rumahnya.
Ini sudah tidak wajar dilakukan hampir tengah malam. Apalagi hanya mencari sebutir telur untuk dimasak. Bukan karena kelaparan atau untuk menu sahur karena kehabisan lauk di dapur. Tidak! Bukan karena itu. Ibuku yang berada di kota mengabari untuk segera mencari telur untuk direbus dan dimakan. Begitu infomasi yang didapat dari seseorang kawan yang telah mengirimi sebuah video seorang bayi baru lahir mengatan tentang telur rebus.
Beberapa toko terdekat sudah kehabisan telur. Ternyata aku termasuk orang yang telat dengan rebusan telur sebelum pukul dua belas malam. Dan dua toko lainnya sebelum pengkolan sudah habis juga dan terakhir sudah direbus untuk keluarganya sendiri. Sementara telpon dari ibu terus menanyakan sudah menemukan telur apa belum. Aku semakin panik dengan keadaan ini karena takut kehabisan waktu yang telah ditentukan.
Aku sudah merasa lelah karena belum juga mendapatkan telur. Aku memilih duduk di teras sebuah toko yang menjadi pusat penjualan telur. "Teruslah kau cari sampai dapat meski harus mencari ke toko-toko di desa lain atau jika tidak jumpa juga carilah di toko dekat pasar kecamatan. Waktumu tinggal beberapa menit lagi. Ibu tidak mau kamu nanti akan terjangkit virus korona ini." Selepas ibu menutup telponnya aku melihat seseorang datang padaku dan memberikan satu butir telur yang dibawa dari rumahnya.
POSTING PILIHAN